Napi Lapas Kelas IIB Sumedang Diasah Bikin Kerajinan Sebagai Bekal Usaha Setelah Bebas

Tahu-tahu Sumedang yang berwarna coklat terlihat renyah. Tahu itu diletakan pada sebuah wadah persegi panjang dengan alas daun pisang. 

Penulis: Kiki Andriana | Editor: ferri amiril
tribunpriangan.com/kiki andriana
Tahu-tahu Sumedang yang berwarna coklat terlihat renyah. Tahu itu diletakan pada sebuah wadah persegi panjang dengan alas daun pisang.  

Laporan Kontributor TribunPriangan.com, Kiki Andriana dari Sumedang

TRIBUNPRIANGAN.COM, SUMEDANG - Tahu-tahu Sumedang yang berwarna coklat terlihat renyah. Tahu itu diletakan pada sebuah wadah persegi panjang dengan alas daun pisang. 

Penganan khas Sumedang yang berada di sebuah meja di dalam Lapas Kelas II B Sumedang itu sangat menggugah. Kalau tidak izin kepada tuan rumah dan buru-buru memakannya, bisa sakit gigi! Sebab, itu bukan tahu sungguhan. 

Ya, itulah hiasan Tahu Sumedang yang terbuat dari resin. Tahu hiasan itu merupakan hasil karya warga binaan Lapas Kelas II B Sumedang. Selain membuat tahu, warga binaan juga diajarkan merajut dan melakukan kreativitas lainnya untuk bekal mereka selepas dari penjara. 

Budi (45), warga etnis Jawa adalah di antara warga binaan yang menguasai pembuatan hiasan dari resin itu. Resin adalah zat tumbuhan atau sintetik yang mulainya kental kemudian bisa mengering dan keras. 

"Buatnya pakai cetakan, Bapak. Selain tahu, kita juga bikin asbak," kata Budi, pria yang divonis 11 tahun kasus narkoba. 

Dia mengatakan, karena sudah memiliki keterampilan membuat kerajinan tersebut, selepas dari penjara, itu yang akan menjadi usahanya kelak. 

"Alhamdulillah bidang usaha ini diteruskan, ilmunya sudah didapat. Mudah sekali buatnya karena sudah faham," kata Budi yang baru menjalani hukuman 4,6 tahun. 

Selain para napi pria, ada pula para napi perempuan yang diajarkan membuat kerajinan bernilai jual. Pelatihnya mula-mula pelaku UMKM dari luar Lapas Kelas II B Sumedang, namun setelah ada yang mahir, mereka saling menularkan kemampuan. 

Iis (40), warga binaan Lapas Kelas II B Sumedang asal Kecamatan Cicalengka, Bandung mengatakan dia belajar membuat rajutan. Bahan dan jarum rajut disediakan semua oleh pihak lapas. 

"Sulit ya awalnya, membuat rajutan, tapi ditekuni saja," katanya sambil merajut kain penutup galon dispenser.  

Membuat rajutan penutup galon perlu waktu lama. Setengahnya saja membutuhkan waktu 5 hari. 

"Ini lima hari, namanya juga kerajinan tangan. Daripada kesel (di penjara)," katanya. 

Kalapas Kelas II B Sumedang, Ratri Handoyo Eko Saputro mengatakan pihak lapas bekerja sama juga dengan pelaku UMKM di Sumedang, baik untuk pembinan para napi maupun untuk tujuan pemasaran. 

"Sejauh ini sudah sering dipamerkan ya. Kami bekerjasama dengan para pelaku UMKM, terutama pemasaran," katanya. 

Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan HAM Kanwil Kemenkumham Jawa Barat,  Andi Taletting Langi mengatakan upaya pembinaan tersebut sangat bernilai positif. 

"Ini tentunya ada pembimbingan yang jadi nilai positif bagi lapas dalam memberikan corak baru, bahwa di lapas tidak semata-mata menjalani hukuman tapi di dalam lapas, mereka juga mengalami pembekalan keahlian," katanya.

Harapannya, para napi jika bebas nanti, bisa berkolaborasi dengan pelaku UMKM. 

"Ini jadi lapas industri ke depan, jadi nilai ekonomi tersendiri, kenapa karena sumber daya SDM dan keahlian ini saling sambut-menyambut," katanya. 

Produk-produk buatan para napi itu sudah bisa dibeli oleh masyarakat luar, sebab sudah dipamerkan dalam e-katalog.(*)

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved