Sejarah Penyebaran Islam di Sumedang Larang, Lewat Pernikahan

Islam berkembang di Kabupaten Sumedang. Hal ini terjadi sejak lama, sejak wilayah ini masih merupakan wilayah Kerajaan Sumedang Larang

Penulis: Kiki Andriana | Editor: ferri amiril
tribunpriangan.com/kiki andriana
Islam berkembang di Kabupaten Sumedang. Hal ini terjadi sejak lama, sejak wilayah ini masih merupakan wilayah Kerajaan Sumedang Larang 

Laporan Kontributor TribunPriangan.com, Kiki Andriana 

TRIBUNPRIANGAN.COM, SUMEDANG - Islam berkembang di Kabupaten Sumedang. Hal ini terjadi sejak lama, sejak wilayah ini masih merupakan wilayah Kerajaan Sumedang Larang, kerajaan yang menjadi penerus Kerajaan Sunda. 

Radya Anom Karaton Sumedang Larang, Rd. Luky Djohari Soemawilaga mengatakan penyebaran agama Islam di Sumedang Larang ada kaitan dengan leluhur Sumedang yang membawa agama Islam ke Sumedang. 

"Sejarah ini dimulai dengan sosok leluhur bernama Soleh Abdurrachman yang menikah dengan Ratu Pucuk Umun Sumedang Larang," kata Luky saat berbincang dengan TribunPriangan.com, Senin (4/3/2024). 
 
Dari pernikahan ini, lahirlah Pangeran Angkawijaya. Seorang yang pernah menimba ilmu agama Islam di Demak. 

Pangeran Angkawijaya lantas berjuluk Prabu Geusan Ulun ketika menerima perpindahan Kerajaan Pajajaran (Sunda) ke Sumedang Larang. 

Pernikahan itu menurut Luky terjadi pada sekitar tahun 1530. Soleh Abdurrachman bergelar Pangeran Santri. 

Lalu, siapa Pangeran Santri itu? Yaitu, putra Pangeran Pamelekaran bin Pangeran Panjunan yang merupakan satu silisilah dengan Syaikh Datul Kahfi. 

"Syaikh Datul Kahfi Nurjati, nasabnya lurus sampai ke Sayyidina Ali, menantu Rasulullah SAW," katanya.

Jejak perkembangan Islam di Kabupaten Sumedang dapat dilihat di antaranya keberadaan Al-Quran kuno yang ditulis tangan.  

"Ada naskah Al-Quran tua tulisan tangan yang dibuat abad ke-17, dan itu asli tulisan tangan menggunakan kertas lontar. Juga ada naskah keagamaan lainnya," katanya. 

Naskah itu masih terawat hingga kini di museum Karaton Sumedang Larang. 

"Perawatannya menggunakan cengkih dan irisan serai, naskahnya terpelihara. Pusaka lain dari perkembangan masa Islam ada keris berkaligrafi arab, yang cara merawatnya, kita ada jamasan (memandikan) pusaka rutin setahun sekali, pada bulan maulid," kata Luky.(*)

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved