Angin Puting Beliung Terjang Jatinangor
Sederet Fakta dan Petunjuk Brin soal Puting Beliung Rancaekek, Disebut yang Pertama di Indonesia
Sederet Fakta dan Petunjuk dari Brin soal Angin Puting Beliung di Rancaekek, Disebut-sebut Sebagai yang Pertama di Indonesia
Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: ferri amiril
TRIBUNPRIANGAN.COM - Angin puting beliung menerjang kawasan kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung hingga sebagian wilayah Sumedang, tapatnya di Desa Cintamulya, Kecamatan Jatinangor, Rabu (21/2/2024) sore masih menyisahkan pertanyaan besar bagi masyarakat tanah air.
Sebab, bencana alam tersebut terbilang amat sering terjadi, namun hingga beberapa tahun belakangan ini tak ada yang separah Rabu kemarin.
Baca juga: Posko Bantuan Korban Terdampak Angin Puting Beliung di Sumedang Dibuka, Ini Lokasinya
Pasalnya ratusan rumah rusak, 13 pabrik dilaporkan rusak parah, pepohonan disekitar area keajadian tumbang, beberapa kendaraan besar seperti Truk ikut terguling, dan sejumlah kendaraan roda dua dilaporkan terjatuh.
Kejadian ini juga jelas menimbulkan korban luka sebanyak 29 orang.
Kata Peneliti BRIN
Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, mengkategorikan bencana yang terjadi di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang, Rabu (21/2/2024) sebagai tornado, bukan angin puting beliung.
Menurut Erma, bencana tornado yang merusak ratusan bangunan itu merupakan bencana alam pertama kali terjadi di Indonesia.
"Ini bukan puting beliung yang biasanya terjadi di wilayah kita, yang sulit dideteksi karena mikro. Ini bukan mikro lagi, ini meso. Tornado itu meso," kata Erna melalui sambungan telepon, Kamis (22/2/2024).
Baca juga: Rumah Korban Angin Puting Beliung di Sumedang yang tak Beratap Dapat Terpal
Sebelumnya, bencana puting beliung menerjang wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang pada Rabu (21/2).
Data terkini BPBD Jabar, terdapat lima kecamatan yang terdampak bencana di dua wilayah tersebut yakni Kecamatan Jatinangor, Kecamatan Cimanggung, Kecamatan Cileunyi, Kecamatan Rancaekek, dan Kecamatan Cicalengka.
Selain tergolong dalam Tornado, dan merupakan yang pertama di Indonesia dari peniliti, beberapa fakta juga sempat diungkapkan dari kejadian tersebut, diantaranya :
1. Memiliki Durasi Perputaran yang Cukup Panjang dan Lama
Kata Erma, faktor pertama adalah skala kecepatan anginnya. Menurut dia, tornado mempunyai kecepatan angin mencapai angka 65 hingga 67 kilometer/jam.
"Selama ini kan kita hanya mengatakan angin puyuh atau puting beliung karena tidak pernah bisa mencapai ambang batas kecepatan angin yang bisa kita katakan tornado level awal atau paling rendah," kata Erma.
Terkait dengan skala radius dampaknya. Erma menyebut bencana tornado mempunyai skala radius hingga mencapai dua kilometer.
Apabila skala radiusnya masih berada di bawah angka dua kilometer, maka hal itu masih dikategorikan mikro dan belum termasuk meso seperti tornado.
Baca juga: Sumedang Tanggap Darurat Bencana Angin Puting Beliung, Berlaku 7 Hari
2. Beberapa Data yang Sulit Terbaca
Kendati demikian, Erma belum menyebutkan data kecepatan angin dan diameter maupun penyebab tornado tersebut.
"Kami tim periset dari BRIN secepatnya akan melakukan rekonstruksi dan investigasi tornado Rancaekek," ungkap Erma.
3. Memiliki Radius Efek yang Lebih Luas dari Puting Beliung Biasa
"Efek tornado: beda dengan puting beliung, tornado punya skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas. Angin tornado minimal kecepatan angin mencapai 70 km/jam. Dalam kajian kami di BRIN, angin puting beliung terkuat: 56 km/jam,”tandasnya.
Baca juga: 13 Pabrik di Sumedang Rusak Diterjang Puting Beliung, Bagaimana Nasib Ribuan Karyawan?
4. Masyarakat Diminta Selalu Waspada dan Mencari Titik Teraman
Selama ini, menurut Erma, bencana angin kencang yang terjadi di Indonesia tak pernah mempunyai dampak terlalu merusak dan durasinya pun cenderung singkat.
"Kemudian, yang keempat itu durasi. Puting beliung di wilayah kita selalu kurang dari 10 menit. Enggak ada yang melampaui durasinya 10 menit," katanya.
Erma pun mengatakan bahwa angin kencang yang terjadi di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang sudah memenuhi keempat faktor tersebut.
Kemudian, kata dia, fenomena angin kencang itu terlihat jelas di satelit awan sehingga memperkuat kepastian bahwa fenomena itu merupakan tornado.
"Mata badainya terlihat dari satelit awan, ya berarti tornado dong. Karena kalau puting beliung enggak bisa terdeteksi dari satelit awan, awannya itu enggak kelihatan," ujar dia.
Lebih lanjut, Erma mengimbau masyarakat agar lebih waspada saat memasuki musim penghujan.
Alangkah lebih baik, katanya, mencari tempat berlindung bila melihat awan gelap di langit yang bergerak dengan cepat.
"Intinya harus waspada kalau sudah ada awan gelap dan sebagainya. Awan itu bergerak dengan cepat, awan mendungnya itu, maka itu bisa dipastikan ada angin kencangnya. Cuma kita enggak tau muter atau enggaknya kan, jadi kita sendiri yang harus waspada," kata dia.(*)
Simak berita update TribunPriangan.com lainnya di : Google News
Rumah Korban Angin Puting Beliung di Sumedang yang tak Beratap Dapat Terpal |
![]() |
---|
Sumedang Tanggap Darurat Bencana Angin Puting Beliung, Berlaku 7 Hari |
![]() |
---|
Cerita Pemilik Warung di Rancaekek yang Memeluk Istrinya Untuk Melindungi dari Angin Puting Beliung |
![]() |
---|
13 Pabrik di Sumedang Rusak Diterjang Puting Beliung, Bagaimana Nasib Ribuan Karyawan? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.