Tingkat Konsumsi Produk Kelapa Sawit di Jabar Masih Rendah, Sosialisasi Produk Harus Digencarkan

Kesadaran tingkat konsumsi produk berbasis minyak kelapa sawit berkelanjutan atau certified sustainable palm oil (CSPO) masih belum terbentuk.

Penulis: Nappisah | Editor: Gelar Aldi Sugiara
Tribun Jabar/Padna
Foto bersama talk show Disperindag Jabar dan WWF Indonesia di One Eighty Coffee and Music, Sabtu (20/1). 

Laporan Wartawan TribunJabar, Nappisah

TRIBUNPRIANGAN.COM, BANDUNG - Penggunaan atau pembelian produk berbasis minyak kelapa sawit berkelanjutan di kota-kota besar dinilai bukan sebagai hal yang memberatkan.

Menurut Kepala Bidang Industri Logam, Mesin, Alat Transformasi dan Elektronika (Ilmate) Disperindag Jawa Barat, Meidy Mahardani, kesadaran tingkat konsumsi produk berbasis minyak kelapa sawit berkelanjutan atau certified sustainable palm oil (CSPO) masih belum terbentuk.

“Awareness-nya belum ada, meski potensinya besar,” ujarnya, pada talkshow Disperindag dan WWF Indonesia di One Eighty Coffee and Music, Sabtu (20/1/2024).

Baca juga: Ineu Purwadewi Pastikan Hengkangnya Maruarar Sirait dari PDIP Tak Tinggalkan Gejolak di Jawa Barat

Meidy mengatakan, Pemprov Jabar terus menggenjot masyarakat menjadi konsumen yang cerdas, terutama dalam konsumsi produk minyak kelapa sawit.

“Sosialisasi kepada konsumen terus digencarkan, agar dapat memilih barang dengan bijak, bukan yang dia mau tapi yang dibutuhkan,” tuturnya.

Menurutnya, CSPO dapat meningkat dengan menyediakan pasar dan membuka jalur kedutaan di luar negeri.

“Harus ada kampanye khusus untuk menyadarkan masyarakat dampak dari sosial dan lingkungannya,” imbuhnya.

Baca juga: 414 Kasus Penahanan Ijazah di Jawa Barat, Orangtua Ramai-ramai Demo ke Gedung Sate

Sementara Sustainable Palm Oil Leader WWF Indonesia, Angga Prathama Putra, mengatakan, pengolahan kelapa sawit di Jawa Barat harus dipastikan suistanable terhadap sosial dan ekonomi.

“Dampak komoditas berkelanjutan di perkotaan seperti Bandung, berkontribusi menjaga hutan di Indonesia,” ujarnya.

Kontribusi tersebut dapat diperoleh dengan membeli produk ekolabel, meski harganya di atas rata-rata penjualan di pasar.

“Itu dapat membangkitkan ekonomi lokal kita, dengan optimalisasi hilir ke hulunya,” tuturnya.

Baca juga: Jumlah DPT Jawa Barat Terbesar di Indonesia, Posko Pengaduan Pemilu 2024 Didirikan

Angga mengatakan, produk ekolabel yang diproduksi di Indonesia untuk dikirimkan ke Eropa, sehingga produk tersebut di Tanah Aiar tidak mudah ditemui.

“Kenapa kita dapat produk yang kurang bagus, karena rata-rata masyarakat cenderung tidak mau produk yang lebih mahal sedikit dan memburu produk dengan harga yang murah,” kata Angga.

Adapun serapan CSPO tersertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) di Indonesia hanya sebesar 2 persen dari konsumsi domestik (total konsumsi domestik sekitar 18 juta ton CPO).

Baca juga: WASPADA, Inilah Deretan Sesar Aktif di Provinsi Jawa Barat dan Wilayah Jangkauan Bencananya

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved