Sosok
SOSOK Buya Syakur, Ulama Cerdas dari Indramayu Sahabat Gus Dur, Wafat di RS Plumbon Cirebon
Sosok KH Abdul Syakur Yasin MA akrab disapa Buya Syakur, ulama cerdas dan kharismatik dari Indramayu, kuasai 4 bahasa dan sahabat Gus Dur
Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
Sesuai arahan ayahnya, beliau melanjutkan mengaji pada kiai Rumli di Tegalgubug untuk memperdalam ilmu mantiq dan balaghoh sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri.
Setelah selesai menempuh pendidikan di pondok pesantren Babakan Ciwaringin dan Tegalgubug, beliau melanjutkan pendidikannya menuju Timur Tengah melalui jalur beasiswa pada tahun 1971.
Irak adalah negara pertama yang beliau tuju.
Selama di Irak, beliau bersama Muzammil Basyuni, Irfan Zidni, Kyai Masyhuri, Munzir Tamam.
Pada tahun 1972, beliau melanjutkan pendidikanya di Syria kemudian diangkat menjadi ketua PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Syria.
Dalam menyelesaikan S1 nya, beliau menulis karya tentang Kritik Sastra Objektif Terhadap Karya-karya Yusuf As-Siba'i (Novelis Mesir).
Setelah menyelesaikan studi di Syria, beliau melanjutkan ke Lybia, belajar di Fakultas Sastra jurusan sastra Arab serta mendalami ilmu Alquran dari tahun 1977 sampai tahun 1979 dan selama belajar disana, beliau diangkat jadi ketua PPI Lybia.
Pada tahun 1979 sampai tahun 1981, beliau menyelesaikan studi sastra Linguistik di Tunisia.
Setelah menyelesaikan studi di Tunisia, beliau melanjutkan studinya di London dan menyelesaikan Ilmu Metodologi dan Dialog Teatris pada tahun 1985.
Setelah kurang lebih 20 tahun mengenyam pendidikan akademik di Timur Tengah dan Eropa, akhirnya pada tahun 1991, beliau kembali ke Indonesia bersama dengan Gus Dur, Quraish Shihab, Nurcholis Madjid dan Alwi Shihab, kemudian mereka membentuk Forum Empati Club.
Tak berselang lama, beliau kembali ke kampung halaman pada tahun 1991, pada saat itu buya masih belum memiliki cita-cita untuk mendirikan sebuah pesantren, namun atas dorongan ibundanya, pada akhirnya di tahun itu buya menerima seorang santri pertama yant kemudian terus bertambah.
Hingga akhirnya, pada tahun 1991 buya mendirikan sebuah pesantren yang diberi nama pondok pesantren Yasiniyah.
Pondok pesantren Yasiniyah itu sendiri diambil dari nama ayahandanya.
Hingga pada tahun 1994, Pesantren Yasiniyah mengalami kemajuan yang begitu pesat dari sisi kualitas dan kuantitas.
Karena begitu banyaknya santri pada saat itu, sedangkan asrama tempat tinggal santri mengalami kesulitan untuk berkembang maka, Buya memutuskan untuk hijrah ke tempat baru.
SOSOK Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, Keponakan Presiden Prabowo, yang Mundur Mendadak dari DPR RI |
![]() |
---|
SOSOK Purbaya Yudhi Sadewa, Anak Buah Luhut yang Gantikan Sri Mulyani Jadi Menteri Keuangan |
![]() |
---|
SOSOK Delpedro Marhaen, Direktur Lokataru Foundation yang Ditangkap Polisi dan Jadi Tersangka |
![]() |
---|
Sosok AKP Arwin Bachar Kasat Reskrim Polres Indramayu yang Sujud Syukur Seusai Bekuk Bripda Alvian |
![]() |
---|
SOSOK Laksma TNI Arif Badrudin, Staf Khusus Kasal yang Viral Setelah Bertanya Kepada Wapres Gibran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.