Satu Tahun Gempa Cianjur
Satu Tahun Gempa Cianjur, Kakek 75 Tahun Ini Masih Tinggal di Gubuk, 'Kalau di Relokasi Sama Siapa?'
kakek berusia 75 tahun sudah satu tahun bertahan hidup di sebuah gubuk setelah Gempa Cianjur menghancurkan rumah dan menyebabkan istri meninggal
Laporan Kontributor Tribunjabar Kabupaten Cianjur, Fauzi Noviandi.
TRIBUNPRIANGAN.COM, CIANJUR - Masih jelas tergambar peristiwa gempa bumi berkekuatan magnitudo 5.6 yang terjadi pada Senin (21/11/2022) lalu di ingatannya.
Peristiwa tersebut juga membuat dirinya terpaksa selama satu tahun tinggal di sebuah gubuk berukuran 2 X 3 meter persegi di atas lahan kebun singkong milik seorang warga.
Ia adalah Bah Ikin, kakek berusia 75 tahun, warga Kampung Rawacina RT 03/05, Desa Cibulakan, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur.
Kondisi gubuk itu terbuat dari kayu triplek beralas balok kayu. Agar lebih nyaman untuk tidur Bah Ikin hamparkan kasur tipis atasnya.
Baca juga: Suasana Malam Takbiran di Tenda Pengungsian Gempa Cianjur
Baca juga: Momen Ramadan, Para Pemain IBL Kunjungi Pengungsi Gempa Cianjur
Tidak hanya memaksa Bah Ikin untuk tinggal di gubuk lusuh, gempa bumi magnitudo 5.6 yang terjadi satu tahun lalu itu juga mengakibatkan sang istri meninggal dunia, akibat tertimpa bangunan rumahnya yang ambruk.
"Saat kejadian, istri sedang menunggu waktu untuk pergi operasi ke rumah sakit di Cimahi. Namun sekitar 13.30 WIB, terjadi gempa dan membuat si ibu tertimpa bangunan yang roboh hingga melukai bagian kepalanya," kisah Bah Ikin pada Tribunjabar.id, Selasa (21/11/2023).
Pria kelahiran tahun 1948 lalu itu, mengisahkan jauh sebelum terjadi bencana gempa bumi dirinya tengah mengantar sang istri berobat di rumah sakit di Cimahi. Seusai berobat istrinya pun meminta untuk pulang.
"Saat Jumat (21/11/2023) si ibu seusai dioperasi meminta pulang, padahal perawat meminta tetap menginap di rumah sakit hingga Senin (21/11/2022). Namun si ibu malah memilih untuk pulang. Dan hingga Senin siang menunggu pergi ke rumah sakit gempa bumi terjadi," ucapnya sambil menahan air mata.
Hingga satu tahun berlalu, Bah Ikin bapa dari empat orang anak itu hingga kini masih tinggal sebuah gubuk yang terbuat dari terpal bekas, dan kayu sebagai penopangnya.
Padahal dirinya sudah dipastikan mendapatkan kunci rumah di lokasi relokasi yang disediakan pemerintah.
Bukan karena kondisi rumah yang tidak layak. Namun karena sebuah alasan yang sangat berarti bagi pria berbadan kurus kering itu untuk tetap tinggal di gubuk kampung sebelah. Alasan tersebut yaitu Bah Ikin hanya ingin dekat dengan anak dan cucu yang sangat ia sayangi.
"Anak saya sudah beberapa kali meminta untuk mengambil kunci rumah, tapi tidak mau. Kalau di sana saya dengan siapa, ditambah mata sudah tidak jelas melihat," tuturnya sambil menatap lurus.
Sebenarnya anak Bah Ikin sudah membujuknya beberapa kali untuk tinggal bersama satu rumah. Namun laki-laki yang kini sudah dipenuhi keriput itu tetap memilih tinggal di gubuknya.
Bah Ikin yang kini sudah tak kuat lagi untuk bertani untuk memenuhi segela kebutuhanya hanya mengandalkan pemberian dari sang anak juga warga sekitar.
Meski begitu, sebenarnya Bah Ikin memiliki harapan bisa kembali membangun rumah yang layak mendapatkan dana bantuan dari pemerintah.
Bahkan di usianya yang sudah uzur ia sudah menyiapkan sebidang tanah milik sang anak yang kini tinggal di Garut.
"Rencananya pengen bangun rumah kembali di kampung sebelah di lahan milik anak saya. Dan saya juga sudah ditanya Kepala Desa untuk dibangunkan rumah, dan saat ini saya masih menunggu informasinya," harapnya.
Bah Ikin kini hanya bisa menggantungkan harapanya itu kepada pemerintah. Walaupun dia sampai saat ini belum menerima kabar baik untuk nasibnya di masa-masa tua. (*)
Baca Berita-berita TribunPriangan.com di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.