Ulama dan Kiai di Kuningan Harapkan Pemimpin di 2024 Konsisten Tangkal Radikalisme dan Intoleransi

Kiai Udi menyebut, figur pemimpin yang diharapkan menjadi presiden dan wakil presiden di 2024 adalah memiliki rekam jejak dalam menangkal radikalisme.

Istimewa
Kiai dan Ulama di Kuningan Harapkan Pemimpin di 2024 Konsisten Tangkal Radikalisme dan Intoleransi. Para ulama dan kiai dari berbagai wilayah di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, berkumpul dalam kegiatan Halaqoh Kebangsaan Jaringan Ahlussunah Wal Jamaah Indonesia, yang digelar di Pondok Pesantren Manbaul Ulum Silebu, Kecamatan Pancalang Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, kemarin. 

TRIBUNPRIANGAN.COM, KUNINGAN - Para ulama dan kiai dari berbagai wilayah di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, berkumpul dalam kegiatan Halaqoh Kebangsaan Jaringan Ahlussunah Wal Jamaah Indonesia.

Para ulama dan kiai berharap cawapres Mahfud MD dapat secara konsisten menangkal radikalisme dan intoleransi di Indonesia

Kegiatan yang digelar di Pondok Pesantren Manbaul Ulum Silebu, Kecamatan Pancalang Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, kemarin ini, diisi diskusi mengenai sosok pemimpin yang memenuhi harapan bangsa.

Baca juga: Ganjar-Mahfud MD Resmi Bacapres Bacawapres 2024, Ini Komentar Ganjarian Spartan Ciamis

Kiai Udi menyebut, figur pemimpin yang diharapkan menjadi presiden dan wakil presiden 2024-2029 salah satunya yang memiliki rekam jejak dalam menangkal radikalisme dan intoleransi.

"Kita lihat Pak Mahfud MD sendiri bagaimana saat beliau menjadi Menkopolhukam begitu dengan tegas membubarkan FPI," kata KH Udi Masudi dalam siaran persnya, disadur Kamis (19/10/2023).

Menurut dia, paham radikalisme berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia begitu juga sikap Intoleransi yang dianggap mengganggu keamanan dan kenyamanan masyarakat.

Baca juga: Anggaran Kemensos 2024 Capai Rp79 Triliun, Kang Ace: Harus Dimanfaatkan untuk Masyarakat

Lebih lanjut, dia juga membeberkan langkah-langkah yang telah dilaksanakan secara swadaya oleh para pengurus pondok pesantren untuk menangkal paham radikalisme masuk ke para santri dan masyarakat.

Pendekatan yang dilakukan pihak pondok pesantren menyesuaikan dengan bahasa dan budaya lokal agar mereka bisa lebih mengerti bentuk dan bahaya dari paham radikalisme.

"Yang pertama yang kami tekankan ke masyarakat yaitu, taat kepada ulil amri. Itu hal yang terkecil saja dulu. Setelah itu kita mencintai keberagaman masyarakat. Dan, masih banyak bahasa-bahasa yang kita sampaikan kepada masyarakat tentu dengan pemahaman-pemahaman di masyarakat," tuturnya. (*)

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved