OJK Sebut Paylater Bikin Anak Muda Terbuai & Sulit KPR, Pengamat: Tiap Individu Punya Credit Rating
Semakin lancar seseorang mengembalikan pinjamannya, maka credit rating-nya akan naik.
Penulis: Nappisah | Editor: Gelar Aldi Sugiara
Laporan Wartawan TribunJabar, Nappisah
TRIBUNPRIANGAN.COM, BANDUNG - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut, kini banyak anak muda sulit mengambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR) akibat terjerat Paylater.
Menanggapi hal tersebut, Dosen Manajemen Investasi dan Pembina Galery Investasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Langlangbuana Bandung Asep Saepudin mengatakan, tidak banyak orang tahu bahwa masing-masing individidu memiliki credit rating yang dikeluarkan oleh Pefindo Biro Kredit.
"Jadi ketika seseorang memiliki pinjaman pada suatu lembaga keuangan maka akan dilaporkan oleh perusahaan tersebut ke Pefindo," ujarnya, kepada Tribunjabar.id, Senin (21/8/2023).
Baca juga: OJK Regional 2 Jawa Barat Kunjungi Wakil Bupati Ciamis Hari Ini, Ada Apa?
Sebaliknya, kata Asep, mengalami kredit atau cicilan macet secara otomatis credit rating-nya akan turun.
Bahkan menurutnya, hal itu bisa berdampak pada peminjam akan dicoret atau blakclist oleh lembaga keuangan manapun yang resmi.
Semakin lancar seseorang mengembalikan pinjamannya, lanjut Asep, maka credit rating-nya akan naik.
"Seolah-olah uang pinjaman itu uang hadiah. Padahal itu ada pemiliknya. Biasanya yang suka susah mengembalikan pinjaman, memang kebanyakan dari generasi muda," jelasnya.
Baca juga: Melalui Program Peduli Bencana, OJK dan IJK Salurkan Rp750 Juta untuk Korban Gempa Cianjur
Menurutnya, generasi muda beranggapan seperti mudah saja dapat pinjaman. Namun terkadang mungkin lupa bahwa pinjman itu harus dikembalikan dengan cara mencicil.
"Tetapi jika anak muda berdisiplin dengan manajemen keuangan dan memiliki penghasilan yang stabil, bukan tidak mungkin memiliki cicilan KPR yang lancar," imbuhnya.
Asep menuturkan, lembaga keuangan seperti bank, biasanya akan memberikan batasan 30 persen dari penghasilan untuk bisa digunakan cicilan tetap seperti perumahan atau kendaraan.
Itulah mengapa, menurut Asep, sulit mendapatkan KPR lantaran individu-individu memiliki credit rating yang buruk.
Baca juga: Anggota DPR RI Ini Minta Warga Cianjur Waspada Pinjol Ilegal, Hanya 102 yang Disepakati OJK
"Bahwa betul harga rumah di Indonesia relatif sangat mahal. Tantangannya sekarang, berapa cicilan terendah untuk sebuah rumah," katanya.
Asep mengatakan, biasanya masyarakat menggabungkan penghasilan suami dan istrinya untuk membayar cicilan KPR.
"Makanya di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung atau Surabaya, suami istri sama-sama bekerja, bahu membahu menghasilkan uang untuk mencicil KPR," katanya.
Adapun untuk penghasilan normal suami dan istri, yakni sesuai dengan UMR.
Kendati demikian, menurut Asep, kedisiplinan dalam mengolah keuangan akan cukup untuk mencicil rumah walaupun mungkin bukan rumah yang cukup mewah.
"Hal tersebut sudah biasa. Terutama bagi para perantau," tandasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.