Keanehan Pohon Saparantu Cianjur yang Berusia 300 Tahun, Cerita Api Kecil dan Bekas Cakaran Harimau
Pohon rindang menjulang setinggi 50 meter berusia sekitar 300 tahun terletak di pinggir permukiman warga di Kampung Saparantu
TRIBUNPRIANGAN.COM, CIANJUR - Pohon rindang menjulang setinggi 50 meter berusia sekitar 300 tahun terletak di pinggir permukiman warga di Kampung Saparantu, Desa Kademangan, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur.
Pohon tersebut bernama saparantu. Sekilas pohon tersebut seperti pohon biasa, namun dibaliknya menyimpan banyak cerita sejarah berbagai versi.
Pohon yang disebut erat kaitannya dengan sejarah Cianjur tersebut kini dipagari besi dan dirawat keluarga Pesantren Bahrululum. Batangnya masih kokoh demikian pula daun hijau dan berbuah sepanjang musim.
Pimpinan Pondok Pesantren Bahrululum, KH Khudzaifah (60), mendengar ada berbagai versi cerita turun temurun mengenai pohon Saparantu dari nenek moyangnya.
"Versi pertama pohon tersebut merupakan perwujudan dari tongkat seorang kiai sakti yang sedang diburu penjajah Belanda. Saat itu Kiai sakti menghilang setelah menancapkan tongkat, lalu tongkat tersebut tumbuh menjadi pohon Saparantu," ujar Khudzaifah ditemui di pondok pesantren Bahrululum, beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan, saat kecil sempat menyaksikan keanehan yang dialami anak-anak seusianya yang mencoba mengambil layangan yang menyangkut di atas pohon. Sepulangnya ke rumah, pada malam harinya dinding rumah anak tersebut berdecit decit. Keesokan harinya ada bekas cakaran-cakaran. Warga menduga ada jelmaan Harimau yang memperingatkan agar tak mengganggu pohon Saparantu.
"Sejak itu sekeliling pohon dijaga, saat ini sudah ditembok pagar besi agar tak ada gangguan lagi dan menghindari anak kecil atau hewan penganggu lainnya," ujarnya.
Keanehan lainnya yang ia dapat dari warga sekitar adalah adanya cahaya api kecil yang suka mengelilingi pohon tersebut. Jumlahnya tak banyak namun lebih dari satu api kecil.
Budayawan Cianjur yang juga mendapat cerita dari pohon Saparantu selalu meminta izin kepada pengelola pesantren untuk mengambil daun saparantu. Daun saparantu dipakai untuk budaya kuda kosong yang digelar setiap Helaran Kabupaten Cianjur.
Ia mengatakan, usia pohon saparantu kini diperkirakan berumur 300 tahun, jika musim kemarau suka berguguran daun dan buahnya. Keunikan dari buah Saparantu di bagian luarnya mengeluarkan getah yang bening mengeras dan jika dibakar mengeluarkan bau kemenyan.
"Berbagai kalangan sudah datang ke sini, termasuk dari universitas yang konsen di tumbuhan, namun tak ada yang berhasil mengembangbiakan pohon Saparantu meski benihnya diambil dari sini," katanya.
Para peneliti mengaku berhasil menumbuhkan hanya ukuran satu meter, setelah itu mati dan mati lagi.
Versi kedua dari cerita pohon saparantu merupakan hadiah dari kerajaan Mataram, Khudzaifah meyakini jika kiai sakti yang menghilang tersebut juga merupakan keturunan dari kerajaan Mataram.
"Kabarnya pohon ini hanya ada tiga di Indonesia yakni di Cirebon, Cianjur, dan Banten, namun setelah saya cek di Cirebon dan Banten tidak ada," katanya.
Ia mengatakan, berbicara mengenai sejarah Cianjur memang tak terpisahkan dengan sejarah sebuah daerah yang dinamakan Cibalagung. Daerah ini merupakan titik awal Cianjur itu sendiri. Banyak referensi dan bukti yang menguatkan kesimpulan tersebut. Saat ini Cibalagung terkenal dengan sebuah lapangan bola dan sebuah masjid besar serta Desa Kademangan dimana terdapat pohon Saparantu.
Pohon Saparantu memiliki buah berbentuk ceper ada benjolan-benjolan kecil di sekelilingnya.
Versi lainnya, pohon Saparantu merupakan hadiah dari Sultan Mataram, ketika Cianjur merupakan bagian dari kesultanan Islam tersebut.
Ada tiga hadiah yang diberikan Sultan Mataram kepada Cianjur, yakni genta raksasa, yang kini disimpan di gedung DPRD Cianjur, yang satu lagi berupa Gong, yang disimpan di salah seorang tetua di kampung kaum tengah, di dekat kampung Saparantu, dan yang satu lagi pohon Saparantu.
Pohon Saparantu tidak bertunas, dan tidak dapat ditanam lagi baik dari biji maupun melalui pencangkokan. Buah Saparantu jika dibakar asapnya wangi seperti wangi kemenyan.
KH Khudzaifah mengatakan, bahwa herbal dari pohon Saparantu juga dipercaya sebagai orang untuk menyembuhkan gangguan dari ibu yang suliy mempunyai keturunan.
"Iya sebagian orang sering menggunakannya untuk herbal, katanya bagi yang sulit punya ketur
unan," katanya.(fam)
| Hari Listrik Nasional Malah Mati Lampu di Cianjur, Banyak Anak Sekolah Terpaksa Tak Mandi |
|
|---|
| 2 Pelangi Busur Terbentuk Sore Hari Ini di Cianjur, Pertanda Apa? Ini Mitologinya |
|
|---|
| Pohon Besar Tumbang Rusak Rumah Warga Ciamis, Kerugian Capai Rp 200 Juta |
|
|---|
| Cuaca Ekstrem, Pohon Kelapa di Pamarican Tumbang Timpa Rumah Warga, Kerugian Rp 10 juta |
|
|---|
| Diterjang Angin Kencang, Pohon Kelapa di Pangandaran Tumbang Menimpa Rumah Warga |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/priangan/foto/bank/originals/Saparantu.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.