Pesawat Susi Air Dibakar

Hampir Sepekan, Pencarian Pilot Susi Air WNA Asal Selandia Baru Belum Juga Membuahkan Hasil

Pencarian pilot pesawat Susi Air, Philips Mark Methrtens (37) yang dilakukan TNI-Polri masih nihil hingga hari ke Tujuh, Senin (13/2/2023).

Kompas.com
Pesawat Susi Air diduga dibakar di Nduga, Selasa (7/2/2023).(Kompas.com) 

TRIBUNPRIANGAN.COM - Pencarian pilot pesawat Susi Air, Philips Mark Methrtens (37) yang dilakukan TNI-Polri masih nihil hingga hari keenam, Senin (13/2/2023).

Philips yang merupakan warga negara Selandia Baru itu bersama lima penumpang lainnya hilang kontak sesaat setelah mereka mendarat di Bandara Udara Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, pada Selasa (7/2/2023).

Pesawat dengan nomor registrasi PK-BVY itu diduga dibakar oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya sesaat mendarat.

Baca juga: Viral, Ardhito Pramono Pingsan di Panggung saat Isi Acara di Medan, Ardhito: Jam Makan Berantakan

Pilot dan lima penumpang, kata Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, melarikan diri ke arah berbeda.

Lima penumpang merupakan orang asli Papua (OAP), yang telah dievakuasi dan kembali ke rumah masing-masing, namun sayang Philips belum ditemukan hingga saat ini.

Penyerangan tersebut rupanya ada kaitannya dengan KKB yang mencurigai 15 pekerja bangunan puskemas di Paro, pada awal Januari 2023.

Baca juga: Nasib Pilot Susi Air yang Disandera di Papua, TPNPB : Jujur dan Jangan Anggap Remeh Ancaman Kami

KKB menduga, sebagian pekerja tersebut merupakan anggota TNI atau Badan Intelijen Negara (BIN).

"Sehingga mereka melakukan pemeriksaan terhadap warga yang membangun puskesmas. Namun, setelah dibangun memang ada lima orang yang tidak ada identitasnya, tidak ada id card," kata Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Mathius D Fakhuri usai Rapim TNI-Polri di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (8/2/2023).

Baca juga: Tangis Haru Ibu Brigadir J Pecah, Usai Hakim Memvinos Hukuman Mati untuk Ferdy Sambo

Setelah mendapatkan informasi itu, Mathius memerintahkan jajarannya untuk mengevakuasi ke-15 pekerja itu.

Kapolres Nduga langsung melakukan koordinasi dengan Bupati Kenyam untuk mengeluarkan ke-15 pekerja itu dari Distrik Paro.

Baca juga: Bantahan Panglima TNI Soal Dugaan Penyandraan Pesawat Susi Air oleh KBB : Mereka Menyelamatkan Diri

"Karena kami tidak mau ada pembantaian. Lanjutan dari prakejadian, tanggal 4, 5, dan 6 (Januari 2023), kita sudah susun rencana rapat di Timika, apabila nanti pesawat masuk (Bandara Paro), kita akan bawa keluar para pekerja ini," ujar Mathius.

Mathius menyebutkan, ke-15 pekerja itu tidak pernah disandera oleh KKB, dan hingga pada akhirnya datang pesawat yang dipiloti Philips tiba di Bandara Paro pada Selasa (7/2/2023).

Namun, KKB kemudian membakar pesawat itu. Pilot dan lima penumpang melarikan diri ke arah berbeda, sementara, ke-15 pekerja itu telah dievakuasi ke Timika.

Baca juga: Kabar Duka, Banjir Bandang Freeport di Papua Sebabkan 1 Warga Meninggal Dunia

Tidak ada penyanderaan

Sebelumnya Panglima TNI Laksamana Yudo Margono membantah adanya penyanderaan dalam insiden terkait 15 pekerja bangunan tersebut, dan juga menyebutkan bahwa pilot dan penumpang menyelamatkan diri.

"Enggak ada penyanderaan, dia (mereka) kan ini menyelamatkan diri," ujar Yudo Margono di sela-sela Rapim TNI-Polri di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (8/2/2023).

Yudo Margono juga membantah adanya penyanderaan dari KKB.

"Dari mana itu infonya? Saya malah enggak dapat infonya. Saya belum ada informasi kalau yang dibawa itu," kata Yudo.

Mengenai pilot Susi Air, ia belum bisa memastikan apakah Philips saat ini disandera KKB atau tidak, sebab menurutnya, tidak ditemukan saksi yang ditanya soal hilangnya kontak Philips dan lima penumpang pesawat sesaat usai mendarat di Bandara Paro.

Baca juga: Fakta-Fakta Pembakaran Pesawat Susi Air, dari Kronologi hingga Kabar Penumpang Pesawat

"Dibawa KKB atau enggak itu masih belum bisa dipastikan, karena dari awal kan kami enggak ada saksinya di situ," ujar Yudo, dikutip dari Kompas.com usai Rapim TNI di Museum Satria Mandala, Jakarta, Kamis (9/2/2023).

"Saat dibakar kemudian dia larinya ke mana atau dibawa ini sampai sekarang masih belum ada info. Makanya saya belum bisa menentukan itu ditahan atau tidak oleh KKB," kata Yudo.

Namun, kata Yudo, pilot Philips telah diketahui keberadaannya.

Pengamat militer dan pertahanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi memahami alasan Panglima TNI tidak menggunakan kata "sandera".

Baca juga: Terungkap Identitas Pilot dan Penumpang Susi Air yang Dibakar di Nduga Papua, Ada 1 Balita

Kata "sandera", menurut Khairul Fahmi, akan membuat KKB di atas angin.

"Tentu saja ini bukan sekadar agar KKB tidak terkesan di atas angin, tapi juga soal ketepatan tindakan," ujar Khairul Fahmi saat dihubungi, Minggu (12/2/2023) malam.

Status pilot Philips saat ini hilang, dan yang dilakukan TNI-Polri adalah mencari.

"Panglima TNI menurut saya sudah berhati-hati dengan menyebutkan upaya pencarian, bukan pembebasan sandera," kata Khairul Fahmi.

Baca juga: Selain Hari Radio Sedunia, Berikut Hari Penting Lain yang Diperingati Setiap 13 Februari

Pasukan pencarian ditambah

Kepala Staf AD (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman usai Rapim TNI AD, mengatakan TNI Angkatan Darat (AD) menambah pasukan untuk operasi pencarian pilot Philips, pada Jumat (10/2/2023).

Dudung menyatakan bahwa ia bertolak ke Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, untuk melihat pemberangkatan pasukan.

"Saya akan ke Halim, saya akan melihat pasukan yang akan diberangkatkan ke Papua, saya akan memberikan moril kepada mereka," kata Dudung kepada awak media di Markas Besar AD, Jakarta.

Namun demikian, Dudung merahasiakan satuan mana yang akan diberangkatkan, termasuk jumlah personel. Saat ditanya soal tujuan penambahan pasukan guna mencari keberadaan Philips dan menebalkan pengamanan di Paro dari KKB, Dudung membenarkannya.

Baca juga: Pesawat Susi Air Diduga Dibakar di Paro Nduga Papua, Pilot dan Penumpang Masih dalam Pencarian

"Kira-kira begitulah. Dua-duanya, target itu harus tercapai," ujar Dudung.

Menurut Dudung, sejumlah masyarakat di sana masih terintimidasi dengan keberadaan KKB.

Hal itu terbukti karena pada Jumat (11/2/2023), aparat gabungan TNI-Polri mengevakuasi 33 warga Paro ke Distrik Kenyam karena aksi teror dan provokatif oleh KKB, sebagaimana yang disampaikan Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel (Kav) Herman Taryaman dalam keterangannya dikutip dari Kompas.com.

"Warga berhasil dievakuasi setelah berjalan melintasi hutan dari kampungnya di Paro, kemudian berjalan menuju Quary Bawah dan selanjutnya dijemput menggunakan dua truk dan tiga kendaraan lainnya," kata Herman dalam keterangannya, Sabtu (11/2/2023) dini hari.

Baca juga: Viral, Ardhito Pramono Pingsan di Panggung saat Isi Acara di Medan, Ardhito: Jam Makan Berantakan

TNI-Polri pakai dua cara Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen Saleh Mustafa mengatakan, saat ini ada dua tahapan yang dilakukan TNI-Polri dalam operasi pencarian terhadap Philips.

Pertama, kata Saleh, dengan mengutamakan dialog, dimana mereka mendekati tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat buat mencari tahu keberadaan Philips.

"Langkah ini akan terus dievaluasi, sejauh mana keberhasilan dari dialog yang dilakukan," kata Saleh dalam program Kompas Petang di Kompas TV, seperti dikutip pada Minggu (12/2/2023).

Cara kedua, kata Saleh, adalah dengan menggunakan pendekatan penegakan hukum. "Kedua, hard approve. Hard approve ini mencari dan melakukan penegakan hukum. Kalau dalam militer, operasi pembebasan," ujar Saleh.

Pendekatan dengan meminta bantuan kepada tokoh masyarakat dan pemuka agama setempat sampai saat ini masih diutamakan.

Anggota Komisi I DPR Mayjen (Purn) TNI TB Hasanuddin meminta TNI tak bertindak gegabah dalam upaya penyelamatan Philips.

Baca juga: Tangis Haru Ibu Brigadir J Pecah, Usai Hakim Memvinos Hukuman Mati untuk Ferdy Sambo

TB Hasanuddin mengingatkan, saat ini yang sepenuhnya berwenang untuk mencari pilot tersebut adalah kepolisian.

Menurutnya TNI hanya bisa menunggu perintah dari Polri jika dibutuhkan untuk membantu mereka.

"Sekarang kalau soal ini, ya tanyakan ke Kapolri lah itu gimana itu pilot itu. Kan tanggung jawabnya dia," kata Hasanuddin saat dihubungi, Jumat (10/2/2023).

Menurut TB Hasanuddin, aturan menjamin keamanan di Papua berada di tangan kepolisian, namun menurutnya, butuh penguatan dari personel TNI.

Baca juga: Viral, Ardhito Pramono Pingsan di Panggung saat Isi Acara di Medan, Ardhito: Jam Makan Berantakan

Hanya saja, ia mengatakan, hingga kini tidak ada peraturan yang menjadi payung hukum TNI untuk bisa melakukan operasi di Papua, dan lantas mengusulkan dibuatkan peraturan presiden (perpres) agar TNI bisa segera bertindak di Papua.

"Dengan Perpresnya begini, nanti bisa dilihat, oh ya kita operasi teritorial. Dengan Perpres begini, oke kita hanya operasi intelijen, atau dengan Perpresnya seperti apa di dalamnya kita nanti akan melakukan operasi tempur misalnya," kata TB Hasanuddin.

Namun, selama belum ada Perpres, Hasanuddin mengingatkan agar TNI tidak sembarangan melakukan operasi, sebab menurutnya, keterlibatan TNI tanpa adanya payung hukum berupa Perpres malah memicu masalah baru.

"Harus ada, jangan sampai suatu saat seolah-olah prajurit TNI melakukan operasi tanpa perintah," ujar TB Hasanuddin. "Begitu. Nanti lagi-lagi dikejar soal HAM, hak asasi manusia," kata dia.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Operasi pencarian pilot susi air yang masih nihil hingga hari ke 6"

Simak berita TribunPriangan.com lainnya di : Google News

Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved