Ketua PCNU Ciamis Bilang Begini Soal Politik Identitas
Ketua PCNU Ciamis, KH Arief Ismael Chowas, mengatakan politik indentitas itu sah-sah saja, dan tidak mungkin dihilangkan. Asal tujuannya baik
TRIBUNPRIANGAN.COM, CIAMIS - Ketua PCNU Ciamis, KH Arief Ismael Chowas, mengatakan politik indentitas itu sah-sah saja, dan tidak mungkin dihilangkan. Asal tujuannya baik, dengan cara-cara yang baik pula.
“Asalkan tidak dilakukan secara kotor, tujuannya juga yang tidak merusak. Kenapa tidak, politik identitas itu sah-sah saja,” ujar KH Arief Ismael Chowas pada kegiatan sosialisasi dan pendidikan pemilih Pemilu Serentak 2024 yang berlangsung di Hotel Tyara Ciamis, Rabu (19/10/2022) siang.
Menurut KH Arief Ismael Chowas, politik idenitas itu bukan suatu yang haram asal dilakukan cara yang baik dan tidak menyesatkan.
Politik identitas yang sering digunakan katanya adalah identitas keagamaan. Jadi tak mungkin identitas keagamaan digunakan untuk kepentingan yang kotor, digunakan untuk cara-cara jahat dalam menggapai kekuasaan.
NU menurut KH Arief Ismael Chowas bukanlah partai politik, tetapi bukan berarti NU tidak berpolitik. “Karena NU juga berkepentingan dengan negara ini,” katanya.
Ulama-ulama NU tempo doeloe ikut memperjuangkan kemerdekaan negara ini. Dengan resolusi jihadnya, para kiayi NU telah mengobarkan semangat kepahlawan dalam mempertahakan kemerdekaan mengusir tentara kolonial yang ini kembali menjajah Indonesia.
Sementara anggota Komisi II DPR RI, H Yanuar Prihatin M.Si pada kesempatan tersebut mengingatkan bahayanya politik identitas yang selalu muncul setiap pemilu baik itu Pilpres maupun Pilkada.
“Bila porsi politik identitasnya berlebihan malah bisa menimbulkan perpecahan. Apalagi politik identitas yang dipakai berupa isiu-isu sensitif,” kata H Yanuar Prihatin.
Politik identitas yang biasa digunakan setiap pemilu menurut Yanuar, di antaranya soal kesukuan, agama, ras, kelompok ke daerahan, kelompok latar belakang sekolah/pendidikan, kelompok pekerjaan dan sebagainya.
“Politik identitas yang paling sering digunakan adalah agama, dan itu powerfull,” katanya.
Politik identitas tersebut menurut Yanuar cenderung destruktif yang menimbulkan ketersinggungan antar kelompok. Biasanya politik identitas tersebut muncul dari kelompok pinggiran yang ingin masuk ke tengah, untuk ikut berkuasa. “Itu tafsir ekstrimnya dari politik identitas,” ungkap Yanuar.(*)
