sejarah

Jejak Charlie Chaplin di Garut hingga Sematkan Swiss Van Java

Stasiun Cibatu dan Grand Hotel Ngamplang di Garut, menjadi saksi persinggahan aktor film paling sohor di dunia pada zamannya: Charlie Chaplin.

Editor: ferri amiril
istimewa dokumentasi archief ernst drissen/hertogenbosch
Aktor Charlie Chaplin saat berada di Stasiun Garut 

TRIBUNPRIANGAN.COM. GARUT - Stasiun Cibatu dan Grand Hotel Ngamplang di Garut, menjadi saksi persinggahan aktor film paling sohor di dunia pada zamannya: Charlie Chaplin.

Chaplin menuntaskan ekspedisi liburannya di Garut. Ia melakukan perjalanannya bersama kakaknya, Sydney Chaplin beserta krunya. Mereka melakukan perjalanan ke Garut pada 30 Maret 1932 dengan menggunakan kereta api dari Bandung. Jarak yang ditempuh untuk sampai ke Stasiun Cibatu berkisar 75 km dengan lama perjalanan 190 menit.

Tak disangsikan lagi, Garut punya banyak destinasi menawan. Pemerintah kolonial Hindia-Belanda telah menarik para wisatawan Eropa untuk mampir dan berwisata di sana.

Sejak diresmikan pada 1888, Stasiun Cibatu telah sibuk sebagai persinggahan para wisatawan mancanegara yang penasaran dengan destinasi wisata di Garut.

Setibanya Chaplin di Cibatu, ia melanjutkan perjalanannya ke Grand Hotel Ngamplang dengan sebuah mobil. Jarak yang ditempuhnya menuju hotel tempat ia menginap berkisar 30,8 km, ditempuh sekitar 40 menit.

Meski jarang sekali akses untuk bisa menikmati tontonan film bisu di Hindia-Belanda, kebesaran namanya tetap bisa diketahui oleh para penduduk pejabat hingga penduduk lokal bumiputera di Garut.

"Saat menampakkan batang hidungnya di Garut, Chaplin segera dikerumuni oleh orang-orang yang meminta berfoto dengannya," tulis Saeful Wanda Saputra.

Ia menulis dalam skripsinya berjudul Perancangan Informasi Kunjungan Wisata Tokoh Charlie Chaplin Di Garut Melalui Media Buku Cerita Bergambar. Skripsinya dipublikasi pada 2019.

Destinasi wisata pertama yang Chaplin kunjungin ialah Situ Bagendit. Pemerintah kolonial telah merancang sebuah destinasi yang menjual keindahan alamnya, membuat Charlie Chaplin beserta kakak dan krunya, memilih untuk berlibur di sana.

Setelahnya, tempat yang tak kalah memikat perjalanan Chaplin adalah Situ Cangkuang. Sebelum kedatangan Charlie Chaplin di tahun 1932, Situ Cangkuang telah sohor di tahun 1918.

Menurut Saeful Wanda Saputra, pemberitaan yang dilakukan oleh Thilly Weissenborn, fotografer berkebangsaan Jerman, memantik rasa penasaran dunia.

Thilly Weissenborn telah memasang foto Situ Cangkuang ke dalam kartu pos yang beredar luas di Eropa, menarik banyak perhatian wisatawan dari berbagai penjuru Eropa, bahkan dunia untuk datang ke Garut, melihat eksotisnya Situ Cangkuang itu.

Menariknya, di sekitar situ juga terdapat adanya Rumah Adat Pulo dan Candi Cangkuang yang menambah rasa penasaran dalam melihat peninggalan budaya kuno di kawasan Garut yang eksis selama ratusan tahun yang lalu.

Candi Cangkuang juga merupakan salah satu candi bercorak Hindu yang ditemukan di Jawa Barat.

Setelah melalui dua destinasi situ yang menyenangkan, Charlie Chaplin juga mengunjungi Gunung Papandayan. Gunung merapi aktif di Garut ini memiliki tinggi sekitar 2.665 mdpl.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved