BBM Dicampur 10 Persen Etanol

Ini Jenis Kendaraan yang Rentan Rusak Jika Rencana 10 Persen Ethanol Dicampurkan ke BBM

Ini Janis Kendaraan yang Rentan Rusak Jika Rencana 10 Perses Ethanol Dicampurkan ke BBM

Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: ferri amiril
Kompas.com
BBM DICAMPUR ETANOL - Ini Janis Kendaraan yang Rentan Rusak Jika Rencana 10 Perses Ethanol Dicampurkan ke BBM. Ilustrasi pengisian BBM.(KOMPAS/Adityo) 

TRIBUNPRIANGAN.COM - Kebijakan pemerintah untuk menambahkan kadar etanol pada bahan bakar minyak (BBM), masih menjadi kekhawatiran ditengah masyarakat.

Sekilas tak ada yang mengkhawatirkan dengan rencana ini.

Namun, nyatanya pengembangan tersebut merupakan perencanaan melibatkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia untuk memberi opsi pencampuran etanol ke bensin sebesar 10 persen atau E10.

Sekedar info, saat ini, kadar Etanol pada BBM yang dijual salah satunya di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) Pertamina hanya 3,5 persen.

Etanol merupakan alkohol yang berasal dari bahan nabati seperti tebu atau singkong. 

Campuran bensin 90 persen dengan etanol 10 persen ini disebut untuk mengurangi emisi karbon dan ketergantungan terhadap impor.

Baca juga: Mobil Minibus Terbakar di SPBU Cimahi, Mulanya Terjadi Letupan Saat Isi BBM

Adapun, rencana ini dikabarkan telah mendapat restu dari Presiden Prabowo Subianto.

Menteri Bahlil mengatakan, hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk menekan impor BBM bensin. Pasalnya, saat ini 60?ri kebutuhan bensin nasional masih diimpor.

Hal ini memicu pertanyaan masyarakat awam tentang pengaruh besar lanjutan jika progres ini diterapkan.

Mengutip Kompas.com, ada hal positif dan negatif mengenai penggunaan etanol pada BBM. 

Hal ini diterangkan Tri Yuswidjajanto Zaenuri, Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) dan pakar bahan bakar serta pelumas.

Yuswidjajanto menambahkan, etanol berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga menyerap CO2. 

Baca juga: Pemerintah Ingin Campur 10 Persen Etanol ke Tiap Liter BBM, Bikin Kendaraan Rusak?

Diolah menjadi bahan bakar, dipakai di kendaraan, dan menghasilkan CO2 lagi. 

Hal ini menambah nilai positif yang akan menaikkan oktan dan berkontribusi mengurangi emisi CO2.

"Jadi, siklusnya kan pendek ya. Maka itu, disebut sebagai carbon neutral, tidak menambahkan CO2 di udara," kata Yuswidjajanto.

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved