Ibunda Zulfa di Garut Ingin Kembangkan UMKM, Tapi Keterbatasan Modal Usaha

Aneu menjelaskan, selama ini ia berbelanja bahan baku mentah seperti kerupuk, makaroni, dan baso goreng, semua itu lalu diolah jadi beragam snack

Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: Dedy Herdiana
Tribunpriangan.com/Sidqi Al Ghifari
MODAL USAHA - Aneu Aliyah (37) ibunda dari Zulfa pelajar viral di Kabupaten Garut berharap bisa kembangkan usahanya berjualan snack.  

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Garut, Sidqi Al Ghifari

TRIBUNPRIANGAN.COM, GARUT - Di ruang tamu yang juga menjadi tempat menata dagangan, Aneu Aliyah (37) tampak sibuk menyiapkan jajanan kering. 

Wadah plastik kotak berisi makaroni dan baso goreng tertata rapih, siap diedarkan untuk dijual.

Di ruangan itu anak bungsunya tengah bermain, Aneu dan suaminya sesekali berhenti untuk menenangkan.

Sejak kisah putrinya, Zulfatunnisa Qaulani Ma’ruf (13), viral di media sosial, perhatian banyak orang tertuju pada keluarga kecil ini.

Zulfa viral usai sebuah video memperlihatkan dirinya tengah belajar di ruang kelas sembari membawa adiknya sendiri yang masih berusia 16 bulan.

Baca juga: Sosok Zulfa Pelajar Garut Bawa Adik ke Sekolah, Cita-cita Jadi Fotografer

Dalam video lain, ia tampak duduk di halaman kelas, di sebelahnya tergeletak wadah berisi jajanan yang tengah ia jual.

Zulfa merupakan pelajar di MTS Al Iryad Karangpawitan, ia merupakan warga Kampung Panyingkiran, Desa Situsaeur, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Di balik viral itu, Aneu tetap menjalani hari seperti biasa, menjaga ekonomi keluarga lewat usaha kecil yang dimulainya dengan modal tak seberapa.

"Karena fokus ngurus dede berobat, usaha snack jadi tak seratus persen, kekurangan modal juga, ya paling 100 ribu," ujarnya saat ditemui Tribunjabar.id, Kamis (30/10/2025).

Ia bercerita, sebelum anak bungsunya lahir dan mengalami down syndrome, ia sempat berjualan cukup rutin ke sekolah juga berkeliling di kampung.

Namun sejak fokus mendampingi pengobatan sang anak, kegiatan usahanya tersendat. Kini ia berusaha bangkit pelan-pelan, dibantu Zulfa yang ikut menjajakan dagangan ke teman sekolahnya.

"Karena kan berobat itu harus ke Bandung ya, kadang sampai delapan hari, tidurnya d rumah singgah IZI dekat dengan RSHS," 

"Dede ini mengalami penyakit penyerta setelah lahir dalam keadaan down syndrome," ungkapnya.

Aneu menjelaskan, selama ini ia berbelanja bahan baku mentah seperti kerupuk, makaroni, dan baso goreng, semua itu lalu diolah jadi bermacam-macam snack.

Cukup sederhana, namun aktivitas berdagangnya itu cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sembari menunggu hasil panen di sawah milik kerabat yang digarap suami.

"Sangat besar sekali harapan saya untuk mengembangkan ini, kemarin sempat ngemodal tapi habis lagi dipakai biaya sehari-hari selama berobat anak," ungkapnya.

Tak hanya itu, Aneu ternyata sudah mengantongi sertifikat halal untuk usahanya dalam membuat olahan tepung tapioka, seperti baso aci, dan seblak.

Namun usahanya itu kini sementara terhenti karena lebih memilih fokus untuk merawat anak menjalani rawat jalan.

Ia juga bersyukur karena selama berobat jalan, sopir ambulans desa yang mengantarnya itu tak pernah mau dibayar alias gratis.

"Dulu berobat sampai satu minggu sekali, sekarang sebulan sekali, bagaimana jadwal ya pernah sampai berminggu-minggu di rumah singgah," ucapnya.

Dengan segala keterbatasannya itu, Aneu tetap berharap anak-anaknya bisa mandiri dan sukses di kemudian hari.

Terkhusus untuk Zulfa, ia berharap pendidikan anak keduanya itu bisa berjalan dengan baik sampai ke jenjang lebih tinggi 

"Ya harapannya semoga sukses, masuk sekolah ke sekolah yang dia mau, semoga cita-citanya tercapai dan tak terganggu juga sama saya yang menitipkan dagangan ke dia," tandasnya.

Baca juga: SDN 3 Barusari Garut Bangkit dari Reruntuhan, Jadi Pionir Sekolah Tahan Gempa

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved