Kedatangan Listrik di Desa Pasirkiamis Garut Diabadikan dengan Nama Me'en
Bagi warga di Kampung Pasirkiamis, Desa Pasirkiamis, Kabupaten Garut, Jawa Barat datangnya listrik bukan sekadar kisah
Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: ferri amiril
Laporan Kontributor TribunPriangan.com Garut, Sidqi Al Ghifari
TRIBUNPRIANGAN.COM, GARUT - Bagi warga di Kampung Pasirkiamis, Desa Pasirkiamis, Kabupaten Garut, Jawa Barat datangnya listrik bukan sekadar kisah tentang terang yang mengusir gelap.
Itu juga kisah tentang kelahiran seorang bayi yang tangis pertamanya menandai awal perubahan di kampung mereka.
'Jika ingin tahu kapan listrik datang ke sini, ingatlah saat Me'en dilahirkan,' begitu ungkapan yang biasa diucapkan para orang tua di kampung tersebut.
Para tetua adat dan warga kampung memberi nama Me'en kepada bayi yang baru dilahirkan itu, sebuah nama yang secara fonetik menyerupai sebutan "PLN", Perum Perusahaan Listrik Negara, atau yang kini dikenal PT PLN (Persero).
Namun, di Kartu Tanda Penduduk (KTP) Me'en sejatinya memiliki nama Rahmat Abdul Hidayat (34) lahir tanggal 1 Juli 1991.
Saat Tribun mengunjungi kediamannya pada Selasa (21/10/2025) sore. Tangan Me'en masih sibuk mengutak-atik fusion splicer alat canggih berbentuk kotak untuk menyambung serat optik.
"Ini penting bagi pekerjaan, pulang kerja harus dicek, saya rawat seperti anak sendiri," ujarnya tersenyum.
Me'en diketahui bekerja sebagai tukang instalasi listrik sekaligus instalasi internet lokal, usaha milik salahsatu penduduk desa.
Meski hanya lulusan sekolah dasar, kepiawaiannya di kedua bidang itu tak diragukan lagi. Ia bahkan sempat bekerja sebagai teknisi di sebuah layanan internet milik PLN.
Ayah dari dua orang anak itu hanya bisa tersenyum saat menceritakan awal mula dirinya diberikan nama sebagai penanda sebuah peristiwa. Dengan wajah serius, ia perlahan-lahan menceritakan asal muasal nama tersebut.
"Sampai hari ini kebanyakan orang-orang tidak tahu nama asli saya, mereka hanya tahu Me'en, nama yang diberikan sesepuh (tetua) adat saat saya lahir," katanya.
Menurut cerita orang tuanya, ia dilahirkan pada malam hari ketika warga kampung tengah bersiap menyambut peresmian masuknya listrik.
Rumah-rumah hingga lorong di kampungnya itu seketika terang benderang oleh cahaya lampu yang baru saja dialiri energi listrik.
Peristiwa tersebut bukan hanya peristiwa bersejarah baginya, tetapi bagi seluruh masyarakat kampung halamannya.
Kelahirannya ikut dirayakan, bersama datangnya cahaya yang kelak akan merubah kehidupan banyak orang, termasuk bagi kedaulatan bangsanya sendiri.
"Dalam hidup saya, saya sangat bersyukur dilahirkan, bisa selamat hingga dibesarkan, saya hidup dari keluarga miskin, sekolah pun tak tamat," ungkapnya.
Me'en merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, ia kini sudah beristri dan memiliki dua orang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Kehidupannya sudah sejak lama bergantung pada keahliannya sebagai teknisi listrik panggilan. Hal-hal yang berbau jaringan listrik perumahan tentu ia ahlinya.
"Pekerjaan mah ya sebagai pemasang jaringan internet, saya juga sering dipanggil untuk memasang jaringan listrik," jelasnya.
Keahliannya itu sudah dikuasainya hampir satu dekade ini, ia mengaku belajar secara otodidak, membaca hingga mempelajarinya dari internet.
Dengan tangannya itu, sudah tak terhitung berapa banyak jaringan listrik yang telah ia pasang, mulai rumah-rumah warga, gudang, hingga tempat usaha.
Berjarak 15 kilometer dari pusat Kota Garut, Kampung Pasirkiamis memang sudah sejak lama dikenal sebagai kawasan industri alumunium yang diolah menjadi peralatan masak seperti panci, wajan, teko dan lain-lain.
Perputaran uang di kampung tersebut juga tak main-main, bisa mencapai Rp. 5 Miliar hingga Rp. 10 Miliar perbulannya. Dengan keahlian yang dimiliki Me'en, ia membantu para pengrajin aluminium untuk memaksimalkan potensi mereka.
Jika ada masalah dalam jaringan listrik misalnya, orang kampung pasti memanggilnya untuk dimintai bantuan. Bengkel-bengkel produksi olahan aluminium itu bahkan bisa melakukan produksi 24 jam nonstop.
"Apalagi kalo bulan puasa, siang malam kerajinan alumunium itu tak berhenti beroperasi," ucapnya.
Pendeknya di zaman modern seperti ini, keahlian yang terfokus seperti yang dimilikinya itu akan mampu mengalirkan pundi-pundi rupiah demi menafkahi keluarga.
Dengan nama yang seakan menyiratkan hubungan dengan PLN, ternyata membuktikan bahwa nama itu bukan sekadar kebetulan, melainkan sebuah doa yang mengantarnya menuju kemandirian hidup.
Meski hanya berpendidikan setingkat SD, ia mampu mengubah nasib sekaligus menerangi masa depan, bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi untuk keluarga yang dicintainya dan khalayak banyak.
"Ya begitulah hidup, saya hanya ingin hidup saya bermanfaat bagi banyak orang, bukankah itu tujuan hidup kita di dunia ini" ungkapnya.
Doa Ibu dan Saksi Kelahiran Me'en
Seorang warga Kampung Pasirkiamis bernama Jajang Koswara (51) adalah saksi dari kelahiran Me'en, di tahun itu ia bekerja sebagai seorang teknisi pemasangan jaringan listrik di desanya.
Ia bercerita bahwa Me'en lahir bertepatan saat listrik mulai menerangi desa. Nama tersebut diberikan oleh masyarakat kampung untuk mengenang peristiwa tersebut.
Kedatangan listrik bagi masyarakat Sunda adalah peristiwa yang kerap dikenang, bahkan selalu jadi topik pembicaraan orangtua jaman dulu saat membahas awal mula suatu kampung mulai berkembang.
"Me'en atau Pe'en atau PLN, itu untuk mengenang dan bentuk rasa syukur masyarakat atas datangnya listrik ke kampung ini," ujar Jajang.
Ia menjelaskan, pada masa itu masyarakat begitu antusias menyambut kehadiran listrik. Warga berbondong-bondong keluar rumah hanya untuk menyaksikan lampu-lampu mulai menyala satu per satu.
Cahaya itu ungkapnya, merata ke seluruh penjuru desa, menerangi kegelapan malam yang selama ini hanya diterangi sumbu minyak.
"Setelah ada listrik di kampung ini, kehidupan berubah ekonomi pun berubah, perlahan berkembang sampai saat ini," ungkapnya.
Di balik lahirnya Me'en, sang ibu, Enyi (65) mengungkap bahwa anak bungsunya itu ternyata lahir tanpa bantuan dukun beranak atau paraji.
Bahkan saat lahir, ayah dari Me'en tengah sakit keras sehingga detik-detik kelahiran anak bungsunya itu tanpa sempat diawasi oleh suaminya.
"Ya lahir saja sendiri, di samping bapaknya yang lagi sakit, sudah itu baru diurus paraji," ungkapnya.
Tak lama dari itu ayah Me'en meninggal dunia karena sakit paru yang sudah dideritanya selama satu tahun, sang ibu kemudian harus berjuang sendirian mengurus tiga anak-anaknya.
Keluarga Me'en saat itu hidup dalam garis kemiskinan, bahkan saat listrik tiba, rumahnya masih gelap gulita dibandingkan para tetangganya.
"Makanya anak saya ini dulu dikasihani sama tetangga, karena lubang hidungnya sering hitam karena asap minyak, tetangga akhirnya memberikan listrik ikut nyolok," tuturnya.
Dengan berlinang air mata, Enyi menceritakan kisah hidupnya itu, ia berhasil membesarkan anak-anaknya dengan berjualan kerajinan alumunium khas kampungnya.
"Usia tiga bulan, dia sudah ditinggal oleh bapaknya, Ujang mah tak pernah tahu wajah bapaknya," kaya Enyi.
Namun ungkapnya, masa masa sulit itu adalah jalan hidup yang harus disyukuri, hidupnya telah disarati dan dilandasi pengalaman besar, ia pun berharap Me'en bisa menjadi manusia yang maju, soleh, dan taat kepada Tuhannya.
Soal harta, adalah bukan hal yang perlu dinomor satukan, asalkan bisa hidup penuh ketaatan dengan menjunjung nilai-nilai moral dan agama.
"Saya mah satu, omat (ingat) jangan pernah tinggalkan salat, mau bawa apa ke akhirat kalau tidak salat, mudah-mudahan anak-anak ibu semuanya selamat dunia akhirat," tutupnya.(*)
| 17 Desa dan 5 Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya Tercabik Tol Geta, Ini Daftarnya |
|
|---|
| 37 Desa dan 7 Kecamatan di Kabupaten Garut Tercabik Tol Geta, Ini Daftarnya |
|
|---|
| 28 Desa dan 6 Kecamatan di Kabupaten Bandung Tercabik Tol Geta, Ini Daftarnya |
|
|---|
| Sejoli Diduga Bandar Sabu Digerebek Warga, Terungkap Sudah 7 Bulan Ngekos di Jatinangor Sumedang |
|
|---|
| Warga Wanayasa Cibadak Ciamis Terbangun Dengar Letupan Disusul Cahaya Api, Rumah Terbakar |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.