TRIBUNPRIANGAN.COM – Tribuners, kini tengah rami dibahas oleh para netizen baik di media sosial atau pun dilingkungan masyarakar perihal kurikulum yang dipakai oleh Sekolah Rakyat 2025.
Yang mana, kurikulum Sekolah Rakyat tersebut bernama Kurikulum Multi Entry Multi Exit (MEME).
Hal itu pun sudah dikatakan langsung oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti yang menegaskan jika Sekolah Rakyat akan menggunakan Kurikulum Multi Entry Multi Exit (MEME).
Bahkan, nantinya saat penerapan kurikulum tersebut, Sekolah Rakyat juga akan menggunakan sistem satuan kredit semester (SKS) seperti di perguruan tinggi.
“Sistemnya kira-kira kalau secara sederhana itu seperti kuliah dengan sistem SKS," kata Mu'ti dikutip dari Antara, Minggu (24/8/2025).
Mu'ti menjelaskan, dengan sistem SKS ini siswa Sekolah Rakyat tidak perlu mengikuti pelajaran dalam satu waktu yang sama. Tetapi bisa berbeda-beda sesuai dengan kemampuan.
Lantas, sebetulnya apa itu Kurikulum Multi Entry Multi Exit (MEME)?
Baca juga: Daftar Lokasi Sekolah Rakyat di Jawa Barat 2025, Sudah Ada 13 Titik
Baca juga: Daftar 13 Sekolah Rakyat di Jawa Barat 2025, Kabupaten Sumedang Sudah Tersedia, Cek Alamatnya!
Mengenal Kurikulum Multi Entry Multi Exit (MEME)
Nah Tribuners, Mendikdasmen Abdul Mu'ti pun juga mengtakan jika Kurikulum MEME ini dinilai paling sesuai untuk diterapkan di Sekolah Rakyat karena mampu mengakomodasi transisi murid dari berbagai jalur pendidikan, sekaligus menghadirkan pengelolaan mata pelajaran dan pengaturan waktu belajar yang lebih adaptif.
Kurikulum MEME di Sekolah Rakyat dibangun atas tujuh prinsip utama, yaitu:
Baca juga: Pembangunan Sekolah Rakyat di Ciamis Tunggu Sertifikat Lahan Rampung
1. Fleksibilitas
Murid bisa menentukan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan gaya mereka. Waktu serta metode pembelajaran yang beragam memberi ruang bagi setiap anak untuk belajar dengan kecepatannya masing-masing.
"Murid dapat masuk dan menyelesaikan program pendidikan sesuai kebutuhan pribadi, sosial, atau pekerjaan mereka. Inilah saya kira yang berbeda dengan sekolah yang biasa, di mana mereka masuk pada tahun ajaran yang sama, kemudian lulus pada tahun ajaran yang sama," jelas Mu'ti.
2. Kontekstual dan Relevan