Naskah Khutbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat 13 Juni 2025/ 17 Zulhijah 1446 H: Pentingnya Menjaga Sikap Tenang dalam Hidup

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

NASKAH KHUTBAH TERBARU - Naskah Khutbah Jumat 13 Juni 2025/ 17 Zulhijah 1446 H: Pentingnya Menjaga Sikap Tenang dalam Hidup (Dok: Tribun Jogja)

Salah satu nikmat terbesar dari Allah yang patut kita syukuri bersama adalah ketenangan dalam hati kita semua. Dengan sikap tenang, maka ibadah yang kita lakukan akan lebih khusuk dan lebih fokus kepada Allah swt, sehingga ibadah yang kita lakukan akan menjadi perantara untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Karena itu, Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an:

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَاناً مَعَ إِيمَانِهِمْ

Artinya: “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang beriman untuk menambahkan keimanan atas keimanan mereka.” (QS. Al-Fath: 4).

Merujuk pendapat Syekh Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili dalam kitab Tafsir al-Munir fi al-‘Aqidah wa asy-Syari’ah wa al-Manhaj, ia mengatakan bahwa ayat ini Allah turunkan kepada para sahabat yang ikut serta bersama Rasulullah saw dalam Perjanjian Hudaibiyah. Pada saat itu Allah memberikan ketenangan dalam hati mereka, dan para sahabat patuh pada hukum Allah dan keputusan Rasul-Nya yang dihasilkan dalam perjanjian tersebut. Dengan ketenangan hati itu juga, Allah menambah dan menguatkan iman mereka.

Kendati diturunkan dalam peristiwa Perjanjian Hudaibiyah, ayat ini juga mengisyaratkan bahwa sikap tenang merupakan sikap orang-orang beriman, karena semua tindakan dan perbuatannya akan selalu berada dalam bimbingan Allah dan dalam pertolongan-Nya.

Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 13 Juni 2025: Manfaatkan Sisa Waktu untuk Selalu Bertobat

Sikap tenang juga mencerminkan bahwa kita memiliki kesadaran diri yang baik, sehingga bisa menjadi penyebab untuk berpikir lebih jernih dalam menyikapi berbagai persoalan dan masalah yang ada. Dengan itu, semua aktivitas yang mudah akan semakin mudah, dan aktivitas yang sulit akan dipermudah oleh Allah swt. Karena dengan ketenangan itu akan Allah tampakkan jalan keluarnya, hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi dalam salah satu hadisnya, yaitu:

إِذَا أَرَدْتَ أَمْرًا فَعَلَيْكَ فِيهِ بِالتُّؤَدَةِ حَتَّى يُرِيَكَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْهُ الْمَخْرَجَ

Artinya: “Apabila engkau menghendaki sesuatu, maka engkau harus bersikap tenang, sehingga Allah memperlihatkan kepadamu jalan keluarnya.” (HR. Bukhari).

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Dalam hadis lain, Rasulullah juga menyebutkan perihal pentingnya sikap tenang, karena tenang akan lebih berpeluang untuk memperoleh kebenaran,

مَنْ تَأَنَّى أَصَابَ أَوْ كَادَ وَمَنْ عَجَّلَ أَخْطَأَ أَوْ كَادَ

Artinya: “Siapa saja yang bersikap tenang, maka ia akan memperoleh (kebenaran) atau mendekati, dan siapa saja yang terburu-buru maka akan keliru atau mendekati (kekeliruan).” (HR. at-Thabrani).

Saat hati dalam keadaan tenang, maka lisan, pikiran dan anggota badan juga akan ikut tenang. Hal itu akan senantiasa membuat kita semua senantiasa berpikir positif dan lebih mengedepankan kemaslahatan, serta mampu mengambil keputusan yang baik. Sementara itu, sikap tergesa-gesa akan menjadikan kita semua tidak cermat dalam menyelesaikan masalah, karena terdapat nafsu dan watak buruk yang ikut berperan di dalamnya.

Oleh karena itu, Syekh Abdurrauf al-Munawi dalam karyanya Faidhul Qadir Syarh Jami’is Shagir menjelaskan alasan dan hikmah yang terkandung di sikap tenang setiap orang. Menurutnya, orang yang bisa bersikap tenang akan memperoleh kebenaran atau setidaknya mendekati kebenaran, karena dalam sikap tenang tersebut Allah sertakan keberkahan, sehingga akan Allah permudah jalan untuk meraih kebenaran tersebut dan Allah tampakkan jalan keluar dari sesuatu yang sulit.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 13 Juni 2025: Sombong Awal Mula Kehancuran

Sedangkan sikap tergesa-gesa akan menjadi penyebab untuk memperoleh kekeliruan, atau mendekatinya, karena sikap tersebut muncul dari watak yang jelek, sehingga juga menghasilkan hasil yang jelek pula, bahkan bisa menghilangkan tujuan dan bisa menjerumuskan pada kemaksiatan,

Halaman
123