Naskah Khutbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat 13 Juni 2025/ 17 Zulhijah 1446 H: Istidraj Sumbu Kenikmatan yang Membinasakan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KHUTBAH JUMAT JUNI - Naskah Khutbah Jumat 13 Juni 2025/ 17 Zulhijah 1446 H: Istidraj Sumbu Kenikmatan yang Membinasakan. (Dok: TribunNews.com)

Allah berikan keluarga yang sehat dan cerdas padahal dia memberi makan dari harta hasil yang haram. Hidup bahagia penuh canda tawa padahal banyak orang yang dia zalimi. Kariernya terus menanjak padahal banyak hak orang yang diinjak-injak. Semakin tua semakin makmur padahal berkubang dosa sepanjang umur.

Dalam Al-Qur’an Allah mengingatkan:

وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَ، وَاُمْلِيْ لَهُمْۗ اِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh” (QS Al-‘Araf [7]: 182-183).

Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 13 Juni 2025: Menjaga Keikhlasan Dalam Beribadah

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Istidraj itu berasal dari إستدرج- يستدرج- إستدراجا (istadraja-yastadriju-istidrâjan) yang berakar kata dari درج (daraja) yang secara bahasa berarti tangga, meningkat, sedikit demi sedikit, tahap demi tahap, ataupun perlahan-lahan. Sedangkan secara istilah istidraj berarti kenikmatan materi yang diberikan kepada seseorang yang secara lahir semakin bertambah, tetapi kenikmatan yang bersifat batin semakin dikurangi atau dicabut, sementara ia tidak menyadarinya.

Secara lahiriah kemewahan duniawi Allah berikan, namun secara batiniah perintah ketakwaan (ittaqullah) ia abaikan. Uraian tersebut diperkuat oleh Rasulullah saw melalui hadits yang berbunyi:

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: إِذَا رَأَيْتَ اللّٰهَ يُعْطِى الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ. ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللّٰهِ صلى الله عليه وسلم (فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

“Dari Uqbah ibn Amir dari Nabi saw, beliau bersabda: ‘Jika kamu melihat Allah memberikan kemewahan dunia kepada hamba-Nya yang suka melanggar perintah-Nya, maka itulah yang disebut istidraj.” Kemudian beliau membaca firman Allah surat al-An`am ayat 44: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (HR. Ahmad)

Buya Hamka, dalam Tafsir Al-Azhar jilid 3, menjelaskan bahwa istidraj menurut QS Al-An’am ayat 44 bermakna dikeluarkan dari garis lurus kebenaran tanpa disadari. Allah swt memperlakukan apa yang dia kehendaki, dibukakan segala pintu kesenangan hingga orang tersebut lupa diri.

Bila dianalogikan, ibaratnya tidak ingat bahwa sesudah panas, pasti ada hujan; sesudah lautan tenang, gelombang pasti datang. Mereka dibiarkan berbuat maksiat dengan hawa nafsunya hingga tersesat jauh. Lalu, siksaan Allah datang sekonyong-konyong.

Allah melakukan pembiaran atas maksiat yang dia lakukan. Memberikan banyak kesenangan yang melalaikan hingga pada saatnya Allah akan mencabut semua kesenangan sampai dia termangu dalam penyesalan yang terlambat. Hal ini juga terjadi pada zaman dahulu, istidraj menimpa pada diri Fir’aun dan Qarun.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 13 Juni 2025: Menyiapkan Diri dan Cara Mengisi Bulan Muharram

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Fir’aun diberikan kekuasaan tetapi tetap jumawa. Akhirnya Allah tenggelamkan ia karena kepongahannya. Ia menjadi manusia yang sombong dan menentang bahkan mengaku sebagai Tuhan. Akhirnya ia mati ditenggelamkan di dalam laut bersama pasukannya ketika mengejar Nabi Musa.

Qarun adalah salah satu orang yang hidup pada zaman Nabi Musa as. Awalnya ia adalah orang miskin yang tidak punya apa-apa. Kemudian diajarkan kepadanya oleh Nabi Musa tentang cara mengelola emas. Dalam waktu singkat, ia pun menjadi kaya raya dengan mempunyai banyak emas dan harta melimpah. Akan tetapi, lambat laun ia mulai lupa kepada Allah.

Halaman
1234