Sebagai Muslim yang baik, tentu saja kita ingin menghamba kepada Allah swt dengan sebaik-baiknya. Itulah sebabnya kita ini perlu terus didorong dengan motivasi-motivasi yang kuat untuk menjadi hamba yang taat. Motivasi ini boleh saja dimunculkan oleh diri kita sendiri dengan selalu mengingat bahwa hidup di dunia tidak abadi, bahkan hanya sang pemberi nyawalah yang tahu kapan dan di mana kita harus meninggalkan dunia ini selamanya. Oleh karenanya, selama masih diberikan kesempatan di dunia, tidak ada pilihan lain kecuali memanfaatkan waktu itu dan mengisinya dengan aneka kebaikan dan ketakwaan kepada Allah swt.
Baca juga: 5 Naskah Khutbah Jumat 16 Mei 2025/18 Zulkaidah 1446 H, Ragam Tema Bermakna Mendalam dalam Kehidupan
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah
Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad menjelaskan, ada 4 pengingat yang bisa menjadi pendorong umat Islam dalam melaksanakan ibadah dan meninggalkan maksiat.
Umat Islam diharapkan bisa memegang teguh 4 pengingat ini di setiap waktu, tempat, maupun kesempatan. Tujuannya tiada lain agar umat Islam selalu berjalan di atas jalan yang lurus dan tidak terjerumus pada lubang kemaksiatan. Adapun 4 pengingat tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, merasakan kehadiran Allah swt. Habib Abdullah mengingatkan bahwa Allah selalu memantau pergerakan semua makhluk yang ada di langit dan bumi, tidak ada satu pun makhluk yang bisa lepas dari pandangan-Nya. Umat Islam hendaknya bisa merasakan kehadiran-Nya di setiap langkah kehidupan.
"Sesungguhnya Allah mengetahui setiap rahasia. Allah selalu menyertaimu di setiap keadaan," tulis Habib Abdullah. (Abdullah bin Alawi Al-Haddad, Risalatul Mu'awanah, [Semarang: Thoha Putra], halaman 5).
Dengan Ilmu dan Iradah-Nya, Allah selalu mengawasi setiap perbuatan manusia, baik yang bersifat lahir seperti perilaku anggota tubuh maupun yang bersifat batin yaitu bisikan-bisikan hati. Jika belum bisa merasakan kehadiran Allah, hendaknya mengingat bahwa semua aktifitas kita terpantau dengan jelas oleh “CCTV” Allah meski sedang berada di tempat tersembunyi sekalipun.
Rasulullah saw bersabda:
أَنْ تَعْبـــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Artinya, “(Ihsan adalah) engkau menyembah Allah seakan engkau melihat-Nya, bila engkau tak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu.” (HR Muslim)
Mengingat hal tersebut, umat Islam hendaknya merasa malu ketika hendak meninggalkan perintah-Nya maupun ketika mau mencoba untuk melakukan maksiat pada-Nya.
Kedua, merasakan kehadiran malaikat pencatat amal. Sebagaimana diketahui, setiap manusia ditemani oleh dua malaikat kiraman katibin yang bertugas mencatat amal baik dan buruk. Keduanya dikenal dengan Malaikat Raqib dan Atid. Malaikat Raqib berada di sebalah kanan untuk mencatat amal baik dan Malaikat Atid ada di sebelah kiri untuk mencatat amal buruk.
Ketika tidak bisa merasakan kehadiran Allah di setiap saat, umat Islam diharapkan bisa merasakan atau mengingat bahwa setiap gerak-geriknya akan direkam dan dicatat oleh kedua malaikat ini. Di akhirat kelak, semua catatan tersebut akan dibuka kemudian diminta pertanggungjawabannya.
Dengan mengingat kehadiran dua malaikat ini, diharapkan bisa mendorong seseorang untuk terus beramal saleh dan mengurungkan niat saat hendak melakukan maksiat.
Ketiga, kematian sudah di depan mata. Jika kehadiran Allah dan dua malaikat pencatat amal belum bisa dirasakan dan belum juga membuat ibadah kita meningkat, maka ingatlah dengan adanya kematian. Setiap manusia pasti akan meninggal dunia, hanya saja waktu dan tempatnya dirahasiakan, bisa jadi hari ini, esok, atau lusa.