قَالَ: ثُمَّ قَرَأَ: ﴿ وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ ﴾ [هود: 102].
“Sesungguhnya Allah memberi kelonggaran waktu untuk orang yang zalim sampai waktu di mana Allah menghukum orang yang zalim dan tidak melepaskannya.” (HR. Bukhari no. 4686)
Kemudian Nabi membacakan firman Allah Ta’ala yang artinya,
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 8 November 2024: Menyembuhkan Fitnah dan Ujian Hidup
“Demikianlah hukuman Tuhanmu jika mengazab penduduk suatu kampung yang zalim. Sungguh siksaan-Nya itu sangat menyakitkan.” (QS. Hud: 102)
Lihatlah bagaimana Allah Ta’ala menjamin dukungan dan pertolongannya kepada orang-orang yang terzalimi dan tertindas meskipun hal tersebut membutuhkan waktu yang lamaal. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
دَعْوَةُالمَظْلومِ ؛ يَرْفَعُها فَوْقَ الغَمامِ ، وتُفَتَّحُ لها أبوابُ السَّماءِ ؛ ويقولُ الرب : وعزَّتي لَأنْصُرَنَّكِ ولَوْ بعدَ حِينٍ
“Doanya orang yang dizalimi diangkat di atas awan. Dibukakan pintu-pintu langit. Allah Azza Wajalla berfirman, ‘Demi kemuliaan-Ku, Aku pasti menolongmu meskipun setelah beberapa waktu.’ ” (HR. Tirmidzi no. 3598, Ibnu Majah no. 1752, Ahmad no. 8030 dan Al-Baghawi di dalam Syarh As-Sunnah 1395. Ibnu Hajar Al-Asqalani mengahasankan hadis ini.)
Doa kedua yang Nabi sebutkan adalah doanya seorang musafir, yaitu seseorang yang sedang meninggalkan kampungnya dan menempuh perjalanan yang jauh jaraknya.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 8 November 2024: Pemimpin yang Adil Disenangi Oleh Rakyatnya
Seorang musafir termasuk dari orang-orang yang sangat membutuhkan, sedangkan seorang hamba apabila sangat membutuhkan sesuatu kemudian berdoa meminta kepada Allah Ta’ala kebutuhannya tersebut, maka insyaAllah akan dikabulkan.
Karena Allah Ta’ala lebih mengabulkan doanya mereka yang sedang dalam keadaan terdesak dan membutuhkan melebihi pengabulannya kepada selain keduanya.
Seorang muslim hendaknya memanfaatkan momentum safar sebagai waktu untuk banyak berdoa, terlebih lagi bila safar yang dilakukannya tersebut bertujuan untuk melakukan ketaatan, seperti untuk umrah maupun berhaji.
Semakin jauh jarak yang ditempuh, dan semakin besar rindu kampung halaman yang yang dipikul hatinya maka peluang terkabulnya doa tersebut semakin besar. Berdasarkan hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengisahkan,
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan seseorang yang melakukan perjalanan panjang dalam keadaan dirinya kusut dan kotor, dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa, ‘Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku.’ Namun, makanannya haram, minumannya haram dan pakaiannya haram. Ia kenyang dengan sesuatu yang haram, lalu bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan?” (HR. Muslim no. 1015)
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 8 November 2024: Pemimpin yang Adil Disenangi Oleh Rakyatnya
Jemaah yang semoga termasuk salah satu hamba yang Allah kabulkan doanya.