Naskah Khutbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat 11 Oktober 2024: Balasan dan Kesengsaraan Bagi Orang-orang yang Zalim

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi berkelahi

TRIBUNPRIANGAN.COM - Hari Jumat merupakan Sayyidul Ayyam atau Penghulunya Hari bagi umat muslim di dunia dan diyakini sebagai hari penuh keberkahan.

Pasalnya dalam hari tersebut, setiap muslim yang balig diwajibkan untuk mengerjakan shalat Jumat.

Adapun beberapa syarat berlaku dalam pelaksanaan salat Jumat, di antaranya adalah melangsungkan Khutbah sebagai rukun dalam salat Jumat.

Dalam bekhutbah sang khotib menerangkan perihal ketaatan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.

Terdapat berbagai macam tema dalam menyampaikan Khutbah Jumat.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 11 Oktober 2024: Tanda Lemahnya Iman Seorang Muslimin

Untuk itu kali ini TribunPriangan akan mengulas Tentang Balasan dan Kesengsaraan Bagi Orang-orang yang Zalim.

Khutbah I 

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِّنْكُمْ ۗ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا  

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

Sebagai makhluk yang telah dianugerahi nikmat yang tak bisa dihitung satu per satu, mari kita senantiasa meningkatkan rasa syukur kita kepada Ar-Razzaq, Sang pemberi rezeki yakni Allah swt, Tuhan semesta Alam. Ialah yang telah mencukupi kebutuhan hidup setiap makhluknya yang ada di dunia ini. Ialah yang maha pengasih dan pemurah kepada manusia dengan anugerah rezeki yang tak boleh dan tak bisa kita dustakan sama sekali. Allah telah mengingatkan: 

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 11 Oktober 2024: 7 Kalimat yang Penting Diucapkan Tiap Hari

فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ 

Artinya, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS Ar-Rahman: 13).

Mari ungkapkan rasa syukur ini di setiap waktu dengan kalimat Alhamdulillahirabbil alamin. Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang pandai bersyukur dan terus mendapatkan tambahan nikmat dan rezeki dari Allah swt. Wujud syukur kepada Allah ini dapat terlihat dari komitmen kita dalam menjalankan misi utama di dunia ini yakni menjadi khalifah (pemimpin) dan beribadah atau menyembah Allah swt. 

Sebagai seorang hamba Allah swt yang baik, kita harus mampu menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sikap inilah yang dinamakan dengan takwa. Pada kesempatan yang mulia ini, mari kita perkuat ketakwaan kita, sebagai wujud syukur atas anugerah sempurnanya kehidupan ini. Jangan kita kufur dengan nikmat-nikmat ini dan menjadi orang-orang yang haus materi dunia sehingga sampai mengambil hak-hak orang lain. 

Jangan kita menjadi orang yang rakus dengan merampas sesuatu yang bukan menjadi hak kita. Sikap ini akan menggelincirkan kita kepada jurang kenistaan serta akan mendapat azab dari Allah swt. Naudzubillah tsumma naudzubillah min dzalik.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 11 Oktober 2024: Raih Surga dengan Akhlak Mulia

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Abuya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki pernah menyampaikan sebuah kisah tentang seorang raja yang zalim dalam memerintah. Satu hari si raja kena batunya. Ia jatuh sakit yang membuatnya tidak bisa buang air besar. Para dokter dan tabib istana dikerahkan untuk mengobati dan menyembuhkan sakitnya. Tapi tak kunjung menuai hasil.

Alhasil, dibuatlah sayembara berhadiah sangat wah bagi siapa saja yang sanggup menyembuhkan raja. Datanglah seorang tabib yang alim memenuhi undangan sayembara. Ia mengklaim bisa mengobati penyakitnya, dengan izin Allah, asal raja mau memenuhi syaratnya. Raja bertanya, “Apa syarat yang kamu ajukan?” Tabib menjawab, “Jika saya berhasil mengobati dan menyembuhkan raja, maka berikan separo kekuasaan kepada saya.”

Permintaan si tabib ditolak mentah-mentah. Sayembara terus berlanjut tapi tidak juga memberi kabar gembira bagi raja dan seisi istana. Justeru sakit raja semakin parah. Sudah sekian lama raja tidak bisa buang air besar. Tentu keadaan ini teramat menyiksa.

Baca juga: Khutbah Jumat 11 Oktober 2024: Kewajiban Suami atas Keutuhan Keluarga dengan Tidak Menyakiti Istri

Terpaksa, tabib alim tadi diminta datang kembali ke istana. Raja menyetujui syaratnya. Namun, tabib malah meminta syarat yang lebih berat. Dia minta semua kekuasaannya diberikan kepadanya. Karena tidak ada jalan lain, dengan berat hati raja mau memenuhi permintaannya.

Singkat kisah, atas izin Allah raja dapat sembuh seperti sedia kala. Kotoran dalam perutnya keluar, tentu dengan bau yang sangat menyengat karena sudah sekian lama tidak buang air besar. Akhirnya raja memenuhi janjinya tapi ternyata ditolak oleh tabib. Sebagai gantinya tabib hanya meminta kepada raja agar tidak melakukan kezaliman kepada siapa saja. Kata tabib, “Lihatlah, nilai kekuasaan dan hartamu hanya senilai kotoran yang keluar dari perutmu.”

Kisah di atas mengandung pelajaran yang begitu berharga dan patut kita jadikan renungan untuk setiap manusia yang beriman. Kezaliman seseorang akan berbuntut panjang. Bisa saja orang yang zalim tampak menikmati kehidupannya, masih bisa tertawa terbahak-bahak. Tapi pada satu titik kezaliman yang ia lakukan akan berbalik menjadi hantaman kuat yang menghancurkannya, kalau tidak di dunia maka pasti di akhirat kelak.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) zalim berarti bengis, tidak menaruh belas kasihan, tidak adil, kejam. Orang zalim adalah orang yang melakukan perbuatan aniaya terhadap orang lain atau dirinya sendiri.

Kaum Muslimin yang Dimuliakan Allah

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 11 Oktober 2024: Perintah Nabi Muhammad SAW agar Optimis Menjalani Hidup

Berikut ini adalah bentuk-bentuk sanksi yang akan dirasakan oleh orang-orang yang melakukan penganiayaan (kezaliman). Pertama, orang yang zalim itu tak akan mendapatkan pertolongan di akhirat dari siapa saja, bahkan dari orang-orang yang saat di dunia tampak menjadi teman yang setia. Allah ﷻ berfirman :

مَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ

“Orang-orang yang zalim itu tidak mempunyai sahabat setia dan penolong yang dipatuhi.” (QS. Al-Mu’min: 18)

وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِن نَّصِيرٍ

“Orang-orang yang menganiaya itu tidak mempunyai penolong.” (QS. Al-Hajj: 71)

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 11 Oktober 2024 Tentang Perintah Nabi Muhammad SAW agar Optimis Menjalani Hidup

Kedua, perbuatan zalim menyebabkan kegelapan di hari akhir. Di saat umat manusia membutuhkan naungan dari terik panasnya matahari yang jaraknya sangat dekat, pelaku kezaliman dipastikan tidak akan mendapatkan fasilitas naungan sama sekali.

Mereka menjalani masa-masa kehidupan di hari kemudian itu dalam keadaan payah dan lelah sebab jalan yang mereka lalui gelap gulita, menjadi tanda kesengsaraan yang menyiksa.

Rasulullah ﷺ :

اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Takutlah kaliam -hindarkanlah dirimu semua- dari perbuatan zalim, sebab kezaliman itu akan menjadi kegelapan pada hari kiamat.” (HR. Muslim).

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 11 Oktober 2024 Tentang Perintah Nabi Muhammad SAW agar Optimis Menjalani Hidup

Ketiga, orang yang zalim itu hidupnya jauh dari keberkahan dan sebaliknya dekat dengan kesengsaraan bahkan kebinasaan. Sekali lagi, orang zalim dijauhkan dari kenikmatan dan rahmat Allah ﷻ.

Oleh karena itu, mari kita merenung sejenak, apa bisa kita mencari berkah dari rezeki yang Allah ﷻ berikan, jika tindak-tanduk kita sarat dengan kezaliman?  Padahal Allah SWT berfirman :

يَوْمَ لَا يَنفَعُ ٱلظَّٰلِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ ۖ وَلَهُمُ ٱللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوٓءُ ٱلدَّارِ

“(yaitu) hari ketika permintaan maaf tidak berguna bagi orang-orang zalim dan mereka mendapat laknat dan tempat tinggal yang buruk.” (QS. Al-Mu’min : 52)

Dan mari kita kembali bertanya kepada diri kita, apa mungkin kita merasakan ketenangan dan ketentraman dalam kehidupan sehari-hari, jika ada harta milik orang lain yang kita rampas, sekalipun berupa setangkai kayu? Mustahil hal tersebut bisa terwujud. Rasul ﷺ bersabda :

Baca juga: Khutbah Jumat 11 Oktober 2024: Kewajiban Suami atas Keutuhan Keluarga dengan Tidak Menyakiti Istri

مَنْ ظَلَمَ قِيدَ شِبْرٍ مِنَ الأرْضِ طُوِّقَهُ منْ سَبْعِ أَرَضِينَ

“Barang siapa menganiaya dengan mengambil sejengkal tanah, tanpa izin pemiliknya, maka tanah itu akan dikalungkan di lehernya dari tujuh lapis bumi sebagai siksanya pada hari kiamat nanti.” (HR. Bukhari-Muslim).

Jemaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Inilah sejumlah keterangan tentang azab bagi pelaku kezaliman. Maka hendaknya kita waspada dan ekstra hati-hati dari perbuatan semacam ini. Jangan sampai diri kita menjadi pelaku kezaliman yang berakibat fatal baik di dunia mau pun di akhirat.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ  فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 11 Oktober 2024: Sikap Menghindari Hal-hal Perusak Ukhuwah Sesama Muslim

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :

فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

(*)

Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News