اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 19 Juli 2024: Memakmurkan Masjid Dapat Mensejahterakan Umat
Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, kami meminta tolong kepada-Nya, kami memohon ampun kepada-Nya, dan kami meminta perlindungan kepada Allah dari kejelekan diri kami dan kejelekan amal kami. Siapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan siapa yang sesat, maka tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab, ditetapkan awal tahun baru Islam dengan menggunakan kalender Hijriah. Kalender ini dimulai dari peristiwa hijrahnya Rasulullah saw bersama para sahabat dan pengikutnya dari Makkah ke Madinah. Penetapan ini dimaksudkan untuk menandai momen penting dalam sejarah Islam yang menjadi titik balik bagi umat Muslim.
Penetapan kalender Hijriah oleh Umar bin Khattab bukan hanya bermakna administratif, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai spiritual dan moral. Peristiwa hijrah menjadi simbol perjuangan dan transformasi menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih adil, sesuai dengan ajaran Islam yang dianut umat Muslim di seluruh dunia.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 19 Juli 2024 Tentang Larangan Meremehkan Orang Lain
Pun, kalender Hijriah tidak hanya menandai pergantian tahun, tetapi juga menjadi pengingat momen penting dalam sejarah Islam dan nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam peristiwa hijrah. Hijrah menjadi inspirasi bagi umat Muslim untuk terus berjuang dan bertransformasi menuju kehidupan yang lebih baik.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Menurut Al-Wahidi dalam kitab Tafsir al-Basith, Juz 4, halaman 145, hijrah diartikan sebagai tindakan meninggalkan kaum kerabat dan tanah air untuk menuju tempat baru. Lebih jauh lagi, hijrah bukan hanya perpindahan fisik, tetapi juga perpindahan mental dan spiritual.
Hijrah juga bisa diartikan sebagai upaya untuk meninggalkan kebiasaan lama yang buruk dan menggantinya dengan kebiasaan baru yang lebih baik. Hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad saw bukan sekadar perpindahan fisik, melainkan memiliki makna yang lebih dalam. Hijrah merupakan langkah strategis dan spiritual untuk meninggalkan tanah penuh kemusyrikan dan ketidakadilan menuju tempat yang memancarkan cahaya kebenaran dan tauhid.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Selanjutnya, hijrah diibaratkan sebagai cahaya yang memadamkan kegelapan, baik kegelapan jiwa, kepercayaan, maupun masyarakat yang penuh kejahatan.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 19 Juli 2024, Mempertahankan Pendidikan Islam di Era Perubahan Zaman
Hijrah adalah usaha untuk menjauhkan diri dari lingkungan yang diwarnai kebodohan dan kekejaman, menuju masyarakat yang berlandaskan kebenaran dan keadilan.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah, Q.S al-Baqarah ayat 218.
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Baqarah ayat 218).
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 19 Juli 2024, Hikmah dan Faedah Besar di balik Pernikahan
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Profesor Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, Juz 1, halaman 465, menyebutkan bahwa orang-orang yang beriman dengan iman yang benar, serta orang-orang yang berhijrah, yaitu mereka yang meninggalkan satu tempat atau keadaan karena ketidaksenangan dan menuju ke tempat atau keadaan lain demi meraih yang lebih baik, adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah.