Naskah Khutbah Jumat

Teks Khutbah Jumat 10 Mei 2024, Bertema Menjaga Lidah dari Perkataan Ghibah

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILustrasi: CONTOH Khutbah Jumat Tema Tanda Lemahnya Iman Seorang Muslimin (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

“Apa yang engkau lakukan saat itu, wahai Umar?” lanjut Ubay bertanya. Tentu saja aku akan berjalan hati-hati, jawab Umar. Ubay lantas berkata, “Itulah hakikat takwa.” Ini merupakan percakapan dua orang yang hati-hati di jalan Allah. Bukan hanya bagi Umar dan Ubay, melainkan juga bagi kita yang mengaku manusia bertakwa ini. Menjadi orang bertakwa hakikatnya menjadi orang yang amat berhati-hati. Ia tidak ingin kakinya menginjak duri-duri larangan Allah swt.

Baca juga: Teks Khutbah Jumat 10 Mei 2024 Bertema Perbaiki Diri Meraih Keselamatan Akhirat

Maasyiral muslimin rakhimakumullah,

Dari berbagai perbuatan tercela yang paling sering dilakukan oleh umat manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah menceritakan tentang orang lain, terutama keburukannya, atau dalam istilah Islam dikenal dengan ghibah atau menggunjing.

Ghibah atau menggunjing merupakan pekerjaan lisan yang enak dan mudah, dengan menyebutkan sesuatu yang fakta terdapat pada diri saudaranya (umat Islam) ketika saudaranya tidak hadir, dan saudaranya tidak menyukai penyebutan tersebut, seperti menyebutkan sesuatu yang dianggap sebagai kekurangan menurut umum, dengan tujuan untuk meremehkan dan menghinakan saudaranya.

Ini merupakan salah satu penyakit lisan yang sangat berbahaya, karena ujungnya bisa menimbulkan fitnah dan maksiat yang lainnya. Pekerjaan menggunjing juga bisa kita lakukan dan kita jumpai di manapun, seperti di sekolah, masjid, pasar, warung, halaman rumah, dapur, ruang makan, ruang tamu, tempat kerja, dan majlis ilmu.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 10 Mei 2024: Muhasabah Diri Meraih Keselamatan Akhirat

Lebih parahnya lagi, perbuatan tersebut dianggap sudah biasa dan menjadi makanan sehari-hari, pagi, siang sore dan malam. Berkaitan dengan hal tersebut, Allah swt telah berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 12:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan dan aib orang lain dan janganlah kamu menggunjing (ghibah) sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh karena itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang (QS Al-Hujurat: 12).

Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij bahwa ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa salah seorang sahabat Rasulullah saw yang bernama Salman al-Farisi yang bila selesai makan, suka terus tidur dan mendengkur. Pada waktu itu ada orang yang menggunjing perbuatannya. Maka turunlah QS al-Hujurat ayat 12 yang melarang seseorang mengumpat dan menceritakan aib orang lain.

Baca juga: NASKAH KHUTBAH JUMAT Hari Ini 3 Mei 2024, Iri dan Dengki, Pembunuh Rasa Syukur

Senada dengan firman Allah swt di atas, Rasulullah saw juga melarang kita umat Muslim mengumbar aib orang lain. Sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا إِخْوَانًا

Artinya: Jauhilah oleh kalian prasangka, sebab prasangka itu adalah ungkapan yang paling dusta. Dan janganlah kalian mencari-cari aib orang lain, jangan pula saling menebar kebencian dan jadilah kalian orang-orang yang bersaudara (HR al-Bukhari).

Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 3 Mei 2024: Pahala Surga bagi Orang yang Bisa Menahan Amarah

Maasyiral muslimin rakhimakumullah,

Umat manusia tidak akan terlepas dari salah dan dosa, oleh karena itu, manusia tidak akan memiliki kesempurnaan yang hakiki, karena dalam hidupnya di masyarakat pasti ada gesekan sosial dengan yang lainnya, kadang disengaja atau tidak, kadang disukai atau dibenci. Berkaitan dengan aib saudara kita, Rasulullah bersabda kepada kita untuk sebisa mungkin menutupi aib saudaranya:

وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا, سَتَرَهُ اَللَّهُ فِي اَلدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Halaman
1234