TRIBUNPRIANGAN.COM - Kecelakaan antara KA 350 Commuterline Bandung Raya dengan Pib 65A KA Turangga di petak stasiun Cicalengka-Haurpugur Km 181+700 , Jumat (5/1/2024) pagi, menambah daftar panjang kecelakaan kereta api di Indonesia.
Pasalnya kejadian ini berada di urutan ke-9 dari daftar kecelakaan tragis kereta api di tanaha air.
Sebelumnya pada tahun lalu juga menjadi tahun yang kelam bagi dunia perkereta apian indonesia dengan tragedi terbakarnya KA 121 Brantas relasi Pasar Senen-Blitar pada Selasa malam (18/7/2023), akibat bertabrakan dengan truk tronton di JPL 6 Km 1+523, petak jalan Jerakah-Semarang Poncol.
Baca juga: KA Tabrakan di Cicalengka, Ratusan Penumpang Antre Pengembalian Tiket di Stasiun Tasikmalaya
Merujuk data Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkeretapiaan Kementerian Perhubungan, jumlah kecelakaan kereta api jauh menurun dibandingkan periode awal 2000an.
Jumlah kecelakaan kereta api pada 2007 masih mencapai 139 kemudian naik menjadi 126 pada 2008.
Kecelakaan menurun drastis dalam empat tahun terakhir, dimana rata-rata kecelakaan kereta api pada 2019-2022 hanya 13,75.
Mengutip dari berbagai sumber, berikut deretan tragedi kecelakaan kereta api di Indonesia:
1. Kecelakaan Kereta Api di Lembah Anai, Sumatera Barat (22 Dsember 1944)
Kecelakaan Kereta Api pernah terjadi di Singgalang Kariang, Padang Panjang (sekarang di lokasi rest area Lembah Anai, Sumatera Barat).
Kereta dengan tujuan Stasiun Padang Panjang itu mengakibatkan 200 orang meninggal dunia dan 250 orang lainnya luka-luka.
Kecelakaan tersebut terjadi karena kereta api yang melalui jalur ini gagal dalam pengeremannya.
Namun, memang jalur Lembah Anai terkenal terjal dan rawan kecelakaan.
2. Tabrakan Kereta Api Uap Bumel Ratujaya (20 September 1968)
Pada 1968, terjadi peristiwa tabrakan yang melibatkan KA 406 dan KA 309 di desa Ratu Jaya, Cipayung, Depok, Jawa Barat.
Kecelakaan itu menyebabkan 116 orang meninggal dunia, 84 orang luka berat, dan 52 orang luka ringan.
Kala itu, total kerugian dari tragedi ini mencapai Rp7,8 juta.
Baca juga: 24 Korban Luka Tabrakan Adu Banteng Kereta Dirawat di RSUD Cicalengka
3. Tragedi Bintaro I (19 Oktober 1987)
Tragedi kecelakaan kereta paling mengerikan juga pernah terjadi di Indonesia, yang dikenal dengan Kecelakaan kereta api Bintaro pada 1987 atau yang dikenal dengan 'Tragedi Bintaro I'.
Kecelakaan ini menyebabkan 153 orang tewas dan 300 orang luka berat.
Kecelakaan tersebut melibatkan KA 220 Patas jurusan Tanah Abang-Merak yang berangkat dari stasiun Kebayoran dengan kereta api lokal Rangkas jurusan Rangkasbitung-Jakarta Kota (KA 225) yang berangkat dari stasiun Sudimara.
Kejadian yang terjadi pada 19 Oktober 1987 di Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan, tersebut merupakan adu kepala kereta dalam kecepatan tinggi yaitu antara KA 220 Patas Merak dan KA lokal 225.
Kedua kereta meluncur dengan cepat dan saling bertabrakan pada pukul 06:45 WIB.
Jumlah korban sangat besar mengingat kereta sangat penuh hingga penumpang banyak yang bergelantungan.
4. Kecelakaan KRL di Ratu Jaya Depok (2 November 1993)
Sebanyak 20 orang meninggal dan 100 orang terluka dalam kecelakaan Kereta Rel Listrik (KRL) Ratu Jaya Depok.
Kecelakaan bermula dari kesalahan informasi antara antara petugas Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) di pemberangkatan Stasiun Depok Lama dan Stasiun Citayam.
Petugas memberangkatkan KRL dari Depok Lama tanpa memberitahu kepada petugas di Citayam.
Petugas di Citayam memberangkan KRL sehingga dua kereta yang berlawanan arahpun saling bertabrakan.
Sebagai catatan, kereta pada tahun itu masih menggunakan jalur tunggal.
Baca juga: Kesaksian Warga Detik-detik Kereta Api Tabrakan di Cicalengka: Seperti Suara Bom!
5. Kecelakaan Kereta Api Empu Jaya di Brebes (25 Desember 2001)
Tabrakan KA Empu Jaya dan KA Gaya Baru Malam Selatan yang terjadi pasa 2001 disebabkan oleh kesalahan dalam memberikan sinyal.
Kecelakaan ini menewaskan 31 orang dan 53 orang luka berat.
Merujuk data Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), kecelakaan terjadi pada 25 Desember 2001 sekitar jam 04.33 WIB.
Kereta Api 146 menabrak Kereta Api 153 Gaya Baru Malam Selatan yang sedang menunggu bersilangan di sepur 3 emplasemen stasiun Ketanggungan Barat.
Kereta Api 146 berangkat dari stasiun Kejaksan Cirebon pada jam 03:36 dengan mengalami keterlambatan 2 jam 30 menit dari jadwal yang seharusnya.
Tabrakan tersebut terjadi dikarenakan KA 146 melanggar sinyal masuk stasiun Ketanggungan Barat yang beraspek merah (tanda bahwa kereta harus berhenti).
6.Tabrakan Kereta Api Kertajaya dengan KA Sembrani (14 April 2006)
Kecelakaan kereta api ini melibatkan KA Kertajaya dan KA Sembrani.
Kecelakaan berawal ketika KA Kertajaya akan masuk ke Stasiun Gubug Jalur 1, sementara KA Gumarang masuk ke stasiun yang sama di jalur 2.
Setelah KA Gumarang melintas keluar, KA Kertajaya masih harus menunggu KA Sembrani lewat.
Namun, KA Kertajaya justru beranjak keluar sehingga masuk ke jalur 2.
Padahal, saat itu KA Kertajaya belum diberikan sinyal untuk berjalan.
Dari sisi lain, KA Sembrani yang datang dari arah Jakarta memacu dengan kecepatan tinggi masuk ke Stasiun Gubung.
Merujuk datatan KNKT, tumburan terjadi antara KA 150 Kertajaya dengan KA 40 Sembrani di wesel empat di sebelah Timur stasiun Gubug pada jam 02.10.
Pada jam 02.10 WIB, KA 40 Sembrani dengan kecepatan normal sekitar 70 Km/jam masuk dari arah Semarang.
Masinis melihat jalurnya terhalang (tidak bebas) dan beraksi melakukan pengereman darurat (emergency brake) kemudian menunduk.
Lokomotif KA 40 menabrak KA 150 yang sedang berusaha berjalan mundur.
Tabrakan terjadi pada lokasi wesel, dimana Lokomotif KA Sembrani menabrak lokomotif KA Kertajaya.
Akibat insiden tersebut, lokomotif KA Sembrani berikut tiga keretanya terguling di sawah sebelah selatan rel (arah kanan dari datangnya kereta), dan dua kereta lainnya anjlok.
Lokomotif KA Kertajaya terlempar kearah utara rel (arah kiri terhadap datangnya kereta).
Kedua bogienya terlepas, bahkan satu bogie terpisah dan terlempar masuk ke sawah di sebelah kanal rel sejauh sekitar 50 meter.
Baca juga: Buntut Kecelakaan Kereta Api di Cicalengka, Penumpang KA dari Ciamis Beralih Menggunakan Bus
7. Tabrakan Kereta Api Argo Bromo Anggrek (2 Oktober 2010)
KA Argo Bromo Aggrek menabrak KA Senja Utama Semarang yang tengah menungggu di Stasiun Petarukan pada 2 Oktober 2010 lalu.
Kejadian ini terjadi di jalur utara ketika KA Senja Utama Semarang menunggu di jalur 3, sedangkan KA Argo Bromo Anggrek dari arah Jakarta memasuki jalur yang sama sehingga terjadi tabrakan dari belakang.
8. Tragedi Bintaro II, Tabrakan KRL vs Tangi Pertamina (9 Desember 2013)
Tragedi nahas kembali terjadi di Bintaro pada 2013.
Kali ini, tragedi tersebut dikenal dengan nama 'Tragedi Bintaro II'.
Pada pukul 11.15 WIB mobil tangki yang datang dari arah Tanah Kusir menuju Ceger bertabrakan dengan KRL di pintu perlintasan nomor 57A Km. 16+974 Pondok Betung Jakarta Selatan.
Diduga palang pintu tidak berfungsi atau truk mengabaikan sirine palang pintu.
Kecelakaan yang terjadi pada 9 Desember 2013 tersebut terjadi 200 meter dari lokasi Tragedi Bintaro (tahun 1987 yang menewaskan 156 korban jiwa).
Tabrakan ini menimbulkan kobaran api di seluruh bagian mobil tangki, bagian depan KRL serta beberapa bangunan dalam radius 15 m.
Tak berselang lama, puku 11.30 WIB terdengar 3 kali ledakan.
Ledakan tersebut terjadi karena truk Pertamina membawa bahan bakar jenis premium sebanyak 24.000 liter dan melewati perlintasan KA di Pondok Betung, Bintaro.
Tujuh orang meninggal, termasuk masinis, asisten masinis, dan teknisi KRL Serpong-Stasiun Tanah Abang.
Baca juga: KA Turangga Tabrakan dengan KRD Commuter Bandung Raya, Ini Kata Basarnas
Banyaknya kecelakaan kereta api Indonesia pada awal 2000an membuat banyak pihak berbenah.
Pemerintah dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) melakukan reformasi besar-besaran demi menekan kecelakaan.
Di antaranya adalah dengan mengurangi lintasan sebidang, memperbanyak jalur ganda, melarang penumpang duduk di atas kereta, one seat one passenger dan boarding system.
Kecelakaan fatal kereta api tidak hanya dialami Indonesia. Dunia mencatat banyak sekali kecelakaan kereta api yang merenggut ratusan nyawa. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Guadalajara , Meksiko (22 Januari 1915)
Peristiwa yang menelan korban jiwa lebih dari 600 orang tersebut dimulai ketika Presiden Carranza memerintahkan keluarga dan pasukannya untuk menempati Guadalajara yang baru dimenangkannya.
Pada 22 Januari, kereta yang penuh sesak itu menuruni bukit dalam kecepatan tinggi dan masinisnya kehilangan kontrol terhadap lokomotifnya.
Kondisi itu menyebabkan kereta anjlok dan keluar jalur hingga jatuh ke tebing, termasuk orang-orang yang bergelantungan di gerbong.
2. Stasiun Ciurea di Romania (13 Januari 1917)
Kereta itu berpenumpang kereta yang berisi pengungsi dan tentara yang terluka diungsikan dari aksi pendudukan Jerman pada Perang Dunia I.
Mendekati Stasiun Ciurea, kereta yang dalam kecepatan tinggi berniat berhenti mendadak untuk menghindari tabrakan dengan kereta lain di depannya.
Namun, usaha itu gagal dan justru menyebabkan anjlok serta menyulit kebakaran yang akhirnya menewaskan hampir 1.000 orang.
Baca juga: KAI dan KNKT Segera Investigasi Penyebab Kecelakaan KA Turangga vs Commuter Line
3. Saint Michel de Maurienne, France (12 Desmeber 1917)
Pasukan Perancis yang ingin merayakan Natal di rumahnya dimobilisasi pemerintah dengan cara menggabungkan gerbong dari dua kereta menjadi satu kereta saja.
Efisiensi tersebut membuat mekanisme remnya juga irit karena hanya tiga gerbong pertama yang memiliki rem angin.
Ketika melewati pengunungan Alpen, masinis mengerem tetapi remnya terlalu panas dan menyebabkan kebakaran.
Setelah 4 mil, gerbong pertama anjlok dan diikuti gerbong di belakangnya dan saling menabrak.
Karena besarnya api, hanya 425 mayat yang berhasil diidentifikasi dari total 1.000 korban jiwa.
4. Bihar, India (6 Juni 1981)
Kereta jatuh ke Sungai Bagmati saat melewati sebuah jembatan. Kecelakaan ini menewaskan 750 orang.
5. Ufa, Rusia (4 Juni 1989)
Kecelakaan maut ini terjadi pada 4 Juni, ketika terjadi kebocoran jaringan LPG.
Karena tekanannya turun, tim perbaikan justru meningkatkan tekanannya dan menimbulkan awan tebal gas propana di sekitar jalur kereta, bukannya mencari dan menambal kebocoran.
Dua kereta lewat jalur kota Ufa-Asha tersebut dengan membawa sekitar 1.200 penumpang.
Secara bersisipan, keduanya menyebabkan adanya percikan api di relnya dan memicu ledakan berdaya setara 10kt TNT yang menghanguskan tujuh gerbong barang, 37 gerbong penumpang, dan dua lokomotif.
Selain menewaskan lebih dari 575 penumpang, 800 orang lain terluka dalam kejadian ini.
Baca juga: Potret Laka Maut Kereta Bandung Raya dengan KA Turangga, Gerbong Remuk dan 2 Masinis Meninggal Dunia
6. Sri Lanka (26 Desember 2004)
Queen of the Sea Land diterjang oleh tsunami ketika tengah melaju di pesisir Peraliya.
Kereta dihantam dua gelombang tsunami dan sekitar 1.700 penumpang tidak bisa melarikan diri.
Kereta yang bergerak dari Colomb ke Galle tersebut jancur diterjang tsunami dengan seluruh penumpang meninggal.(*)
Simak berita update TribunPriangan.com lainnya di : Google News