Karena Allâh Azza wa Jalla memberikan harta itu kepada orang yang Dia cintai dan kepada orang yang tidak dicintai; Allâh Azza wa Jalla menyempitkan harta orang yang Dia cintai dan orang yang tidak dicintai.
Sesungguhnya yang pokok dalam hal ini adalah ketaatannya kepada Allâh dalam dua keadaan itu.
Jika dia kaya, dia bersyukur kepada Allâh dan jika dia miskin, dia bersabar. (Tafsîr Ibnu Katsir, Qs. al-Fajar/89:15-16)
Baca juga: One Day One Hadits, Duduk di Majelis Ilmu Merupakan Sebab Terampuninya Dosa
Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:
Hendaknya seorang hamba tidak membiarkan dirinya diperbudak harta dalam kehidupannya, selalu berangan-angan dan bermimpi untuk mendapatkannya, mencintai dan membenci karenanya, membela dan memusuhi hanya demi harta. Karena hal itu hanya akan membawa kepada kehancurannya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Sepantasnya seseorang itu mengambil harta dengan kemurahan jiwa, agar dia diberkahi di dalam hartanya. Jangan sampai dia mengambilnya dengan ambisi dan rakus. (al-Washiyatul Kubrâ, hlm. 55, tahqîq : Syaikh Salîm al-Hilâli)
Selayaknya harta adalah ujian, padahal manusia sangat menyukainya. Oleh karenanya, banyak orang yang gagal dalam menghadapi ujian besar ini.
Baca juga: One Day One Hadits, Ini Jihad yang Paling Afdhol Dilakukan Umat Muslim
Sedikit sekali orang yang bisa bersyukur kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala atas limpahan nikmatNya yang tidak terhitung banyak dan nilainya.
Sebab banyak orang mengira, jika Alloh memberikan harta yang banyak kepadanya, itu bertanda Alloh mencintainya.
Sebaliknya, jika Alloh mengurangi rizqinya, itu pertanda Alloh menghinakannya. Ini adalah anggapan keliru, karena semua itu merupakan ujian dari Alloh Azza wa Jalla.
Adpun Allah memberikan harta kepada siapa yang disukai atau yang dibenci, yang bertujuan agar seseorang harus menyadari, bahwa semua ini adalah ujian, yang harus dihafapi dengan keta'atan.
Baca juga: One Day One Hadits, Takutlah terhadap Doa Orang yang Dizalimi
Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran:
1. Al-Fajar/89:15-16
Kemuliaan dan kehinaan tidak bisa diukur dengan harta :
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ