Naskah Khutbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat 25 Juli 2025: Belajar dari Optimisme Nabi

Berikut Ini Dia Naskah Khutbah Jumat 25 Juli 2025 Bertemakan tentang Belajar dari Optimisme Nabi

Tribunpriangan.com/Dedy Herdiana
NASKAH KHUTBAH JUMAT - Sejumlah jemaah saat mendengarkan pembacaan naskah khutbah Jumat di Masjid Duta Al Asstro, Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (18/4/2025). Berikut Naskah Khutbah Jumat 25 Juli 2025: Belajar dari Optimisme Nabi 

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,

Mari kita bayangkan bagaimana perjuangan Rasulullah dalam perang Khandak, padahal Kaum Makkah saat itu membawa pasukan yang sangat besar.  Lagi-lagi perasaan optimis telah membakar semangat kaum muslimin kala itu untuk meraih kemenangan.

Para sahabat juga bertindak demikian. Dalam setiap keputusan, atau setiap peperangan besar yang diikuti, tetap saja rasa optimisme bersarang dalam hati para sahabat mulia dengan tekad hidup mulia atau mati syahid.  

Kita lihat lagi bagaimana dahsyatnya optimisme yang dimiliki para generasi pasca-sahabat. Warisan ini telah dipraktikkan dengan elegan oleh Bani Umayah dan Abbasiyah, walaupun di kemudian hari, optimisme kaum muslimin mulai surut akibat lebih mementingkan ego dan materi yang telah mampu mengalahkan sifat optimisme.

Dunia pun kemudian memuji bagaimana optimismenya Shalahuddin Al Ayyubi dan sultan Muhammad Alfatih membela dan menguatkan Islam. Bahwa Islam sejatinya adalah agama yang mengajarkan nilai optimisme dalam menyongsong setiap sendi kehidupan.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 25 Juli 2025/30 Muharram 1447 H: Menjaga Diri dan Keluarga dari Zina

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Swt,

Dalam sejarah Islam tercatat bahwa ada ruang kosong yang kurang dimanfaatkan kaum Muslimin untuk memupuk semangat optimisme. Menurut Syekh Ramadhan Buthi, ruang kosong itu adalah membangkitkan kembali ilmu pengetahuan sebagaimana masa Umayah dan Abbasiyah.  

Rasa optimisme itu justru diambil oleh orang-orang barat melalui semangat menuntut ilmu pengetahuan. Padahal agama itu berlandaskan Iman, Islam dan Ihsan. Optimisme itu sendiri adalah bagian dari praktik nilai ihsan.

Oleh karenanya dalam suasana bulan Rabiul Awal ini, kita harus membangkitkan kembali optimisme Rasululullah Saw. Kita ingat kembali kepada hadits yang mengajarkan bagaimana pentingnya rasa optimis:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِى ، فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى ، وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

Artinya: “Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 25 Juli 2025/30 Muharram 1447 H: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Swt,

Kita pun bisa mengambil hikmah dari kisah-kisah menarik dan inspiratif dalam Al-Qur'an tentang kedahsyatan optimisme. Diantaranya adalah kisah Nabi Yunus yang ditelan hiu, kisah Nabi Zakaria yang berdoa kepada Allah diusianya yang senja agar dikaruniai seorang anak, Kisah Nabi Ibrahim yang selalu optimis menghadapi rintangan, dan juga bagaimana optimisnya Nabi Nuh dalam berdakwah walaupun hanya segelintir orang yang beriman.

Nilai-nilai optimisme harus kembali disemai pada umat Islam hari ini. Orang tua harus mendorong anaknya belajar dengan perasaan optimis. Mencari nafkah sebagai bagian dari ibadah harus dilihat dalam kacamata optimisme bahwa Allah Maha Rahman dan Rahim.

Optimisme kaum terdahulu harus menjadi contoh untuk masyarakat Islam hari ini. Termasuk optimisme pemimpin dalam merealisasikan apa yang sudah di janjikan kepada masyarakat. 

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved