Naskah Khutbah Jumat
5 Teks Terbaru Khutbah Jumat Bulan Muharram 2025 Bertemakan Tentang Amalan Persiapan Kematian
5 Taks Terbaru Khutbah Jumat Bulan Muharram 2025 Bertemakan Tentang Amalan Persiapan Kematian
Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: Machmud Mubarok
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 4 Juli 2025: Cara-cara Allah Memberikan Rezeki pada Manusia
2. Bersiaplah Menuju Kematianmu
Khutbah I
بِسْمِ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ. اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَكَفَى ، وَسَلَامٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِيْنَ اصْطَفَى أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اللهُمْ صَلِّ وَسَلّمْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ, أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللَّهِ, أَوْصِيْكُمْ وَأَيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ، أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أُمَّةً مُحَمَّدٍ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَفَرِّجْ عَنْ أُمَّةٍ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَارْحَمْ أُمَّةً مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَانْشُرْ وَاحْفَظْ نَهْضَةً الْوَطَنِ فِي الْعَالَمِيْنَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Kaum muslimin sidang jemaah Jumat yang berbahagia rahimakumullah,
Puji dan syukur Alhamdulillah marilah kita sampaikan kepada Allah Robbul 'Izzati, pada kesempatan Jumat ini kita kembali dapat melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim yaitu salat Jumat secara berjamaah di masjid yang kita cintai ini. Sholawat dan salam marilah kita sampaikan kepada uswatun hasanah kita yaitu baginda Nabi Besar Muhammad SAW juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya, semoga kita semua yang hadir di masjid ini, kelak di hari kiamat mendapatkan syafaat dari beliau. Aamiin.
Mengawali khutbah singkat pada kesempatan ini, sebagaimana biasa khatib berwasiat kepada diri pribadi saya dan kepada seluruh jemaah, marilah kita bertakwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benar takwa yaitu melaksanakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
Kaum muslimin sidang jemaah Jumat yang berbahagia rahimakumullah,
Pada khutbah kali ini tema yang akan khatib sampaikan adalah tentang Persiapan Menuju Kematian. Inilah tema yang sangat penting di antara tema-tema yang lainnya yaitu, persiapan menuju kematian.
Sebab pada akhirnya, siapapun kita, walaupun memiliki gelar profesor, doktor dengan jabatan tinggi, dan memiliki kekayaan berlimpah ruah, toh akan mengalami kematian cepat atau lambat, suka atau tidak suka.
Ma'asyiral muslimin RahimakumuLlah,..
Mengingat kematian sudah sepatutnya dilakukan kapan pun dan di mana pun oleh muslim. Seperti dalam penyampaian khutbah Jumat tentang kematian agar kaum muslimin juga bisa mempersiapkan diri dengan baik.
Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa sebaik-baik orang beriman adalah ia yang senantiasa mengingat kematian. Hal ini bersumber dari hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar RA,
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما أَنَّهُ قَالَ: كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ: «أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا» قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ: «أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ»
Artinya: Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma bercerita: Aku pernah bersama Rasulullah SAW, lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad SAW lalu bertanya. "Wahai Rasulullah, orang beriman manakah yang paling terbaik?"
Beliau menjawab, "Yang paling baik akhlaknya,"
Orang ini bertanya lagi, "Lalu orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas)?"
Beliau menjawab, "Yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya setelah kematian, merekalah yang berakal." (HR Ibnu Majah)
Ketika kematian itu tiba semua yang kita miliki tidak bernilai apa-apa, hilang dan sirna tanpa bekas sedikit pun. Rumah yang bertahun-tahun kita bangun dengan biaya ratusan juta, kendaraan mewah yang harganya miliaran, emas permata yang bertumpuk-tumpuk, tabungan deposito di bank yang berjumlah triliunan, kantor mewah tempat bekerja dan orang-orang yang kita cintai seperti anak, istri/suami, semua itu kita tinggalkan tidak berguna sedikit pun. Hanya iman dan amal sholeh selama hidup di dunia yang kita bawa mati menghadap kepada Allah.
Semakin kuat kualitas iman kita dan semakin banyak amal sholeh yang kita lakukan, niscaya semakin besar pula peluang kita mati dalam keadaan husnul khatimah dan akan terhindar dari kematian yang bersifat su'ul khatimah. Kematian su'ul khatimah itu adalah kematian yang buruk dengan proses sakaratul maut yang sangat menyakitkan bagaikan ditusuk pedang 300 kali, demikian sabda Nabi.
Ketika iman dan amal sholeh ini menyertai di dalam kubur, maka kubur itu akan menjadi tempat yang sangat nikmat, nyaman, enak dan menyenangkan, bagaikan taman diantara taman surga (raudhah min riyadhil jannah). Demikian juga ketika bangkit dari kubur untuk dikumpulkan di padang mahsyar akan mendapatkan naungan diatas terik matahari yang sangat dahsyat diatas kepala kita.
Dan puncaknya orang yang memiliki iman dan amal sholeh akan masuk surga Firdaus dengan kenikmatan yang tiada tara, kekal abadi di dalamnya. Sebagaimana tersebut dalam Al-Qur'an surah Al Kahfi ayat 107-108:
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنّٰتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا ۙ ١٠٧ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا لَا يَبْغُوْنَ عَنْهَا حِوَلًا ١٠٨
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh memperoleh surga Firdaus sebagai tempat tinggal. Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin pindah dari sana.
Menurut ayat tersebut bahwa untuk dapat masuk kedalam surga Firdaus, hanya dengan iman dan amal sholeh yang telah kita perjuangkan selama hidup di dunia. Dengan demikian dapat kita pahami, bahwa betapa berharganya yang namanya iman dan amal sholeh.
Kaum muslimin sidang jemaah Jumat yang berbahagia rahimakumullah,
Kata iman dan amal sholeh seringkali kita membaca dan mendengarnya. Namun, kebanyakan kita tidak memahaminya secara mendalam sehingga kita tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat penting. Padahal dengan iman dan amal sholeh-lah yang mengantarkan kita ke dalam surganya Allah.
Memang untuk memahami secara mendalam memerlukan pengkajian secara intensif dan berkesinambungan. Karena iman itu bersifat abstrak (tidak terlihat), tapi dapat kita rasakan keberadaannya dengan meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan di jagad raya ini.
Untuk dapat meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan, mesti belajar ilmu akidah atau tauhid seperti memahami 20 sifat wajib bagi Allah, ditambah asmaul husna yang berjumlah 99 beserta dalil-dalil untuk memperkuatnya, baik dalil naqli maupun dalil aqli.
Selanjutnya iman yang sudah dipahami tadi mesti dibuktikan dalam bentuk amal sholeh. Amal sholeh itu adalah segala macam perbuatan yang dinilai baik, benar dan positif, dan sesuai dengan ajaran Islam.
Iman kita akan diakui keberadaannya jika dibuktikan dalam bentuk amal sholeh. Sebaliknya amal sholeh kita akan diterima oleh Allah bila didasari rasa iman di dalam hati. Jadi, antara iman dan amal sholeh tidak boleh dipisah karena memiliki keterkaitan erat antara keduanya.
Berdasarkan penjelasan ini maka jangan mimpi kita akan masuk surga, bila tidak ada iman dan amal sholeh selama hidup di dunia. Oleh karena itu selagi kita masih bernapas, mari kita perkuat iman kita dengan ketaatan dan ketundukan kepada Allah terhadap semua ketentuan syariat agama agar menjadi amal sholeh yang bernilai ibadah yang besar pahalanya sehingga kelak kita diperkenankan masuk ke dalam surga Firdaus seperti yang dijanjikan dalam surah Al Kahfi ayat 107-108 tersebut.
Akhirnya, semoga khutbah Jumat edisi ini menjadi pengingat (alarm) yang sangat berharga untuk mempersiapkan datangnya kematian secara tiba-tiba, dan semoga kematian kita nanti tergolong husnul khatimah, aamiin.
بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ, وَتَقَبَّلَ مِنّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
Khutbah II
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَاإِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
عباد الله:
إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 4 Juli 2025: Hanya Sedikit Manusia yang Sadar Hiasi Kematian dengan Amal Saleh
3. Mengingat Kematian dan Amalan Sesudah Pemakaman
Khutbah I
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
وَقَالَ الله تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah,
Marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, atas limpahan nikmat, karunia, serta kesempatan yang diberikan-Nya kepada kita semua hingga kita dapat berkumpul di masjid ini dalam keadaan sehat.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw, teladan umat dan pembawa risalah kebenaran bagi seluruh alam.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Pada hari ini, mari kita renungkan satu kenyataan yang pasti, yaitu kematian. Tidak ada seorang pun yang tahu kapan ajalnya tiba. Kematian adalah takdir yang pasti, namun waktu dan caranya penuh misteri. Kematian seharusnya menjadi pengingat untuk mempersiapkan diri dengan amal kebaikan dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dalam menghadapi kematian, Rasulullah mengajarkan beberapa amalan yang harus kita lakukan setelah pemakaman. Salah satunya adalah berdoa untuk jenazah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Usman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu mengingatkan para sahabat untuk mendoakan jenazah setelah dikuburkan. Rasulullah bersabda:
اِسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ وَسَلُوا لَهُ التَّثْبِيتَ, فَإِنَّهُ الْآنَ يُسْأَلُ
“Mohonkanlah ampun dan keteguhan hati bagi saudaramu ini, karena ia sekarang sedang ditanya.” (HR. Abu Dawud)
Dari hadis ini, kita belajar bahwa salah satu amalan yang utama setelah pemakaman adalah berdoa agar Allah memberikan ampunan dan keteguhan kepada saudara kita yang telah tiada. Doa tersebut bisa dilakukan baik secara individu maupun berjamaah, baik dalam keadaan berdiri atau duduk. Rasulullah mengutamakan doa sebagai cara menunjukkan kasih sayang kepada saudara kita yang telah meninggalkan dunia.
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah,
Selain doa, amalan lain yang sangat dianjurkan adalah takziah kepada keluarga yang berduka. Takziah berasal dari kata “‘azza – ya‘izzu,” yang artinya menguatkan atau menyabarkan. Maksud dari takziah adalah menghibur dan memberikan nasihat kepada keluarga yang ditinggalkan agar mereka tetap sabar dan tabah menghadapi musibah.
Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk meringankan beban mereka yang sedang berduka, seperti menyediakan makanan bagi keluarga jenazah di hari-hari berkabungnya.
Dalam hadis riwayat Ahmad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menunda untuk bertakziah kepada keluarga Ja’far selama tiga hari, dan ketika beliau mendatangi mereka, beliau menasihati untuk tidak meratapi kepergian Ja’far lagi setelah itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لاَ تَبْكُوا عَلَى أَخِى بَعْدَ الْيَوْمِ
“Janganlah kalian menangisi saudaraku sesudah hari ini.” (HR. Ahmad)
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun masa berkabung biasanya berlangsung tiga hari, takziah dapat dilakukan kapan saja jika diperlukan. Kapan pun ada keluarga yang membutuhkan penghiburan dan dukungan, kita dianjurkan untuk hadir dan menghibur mereka.
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah,
Di antara tradisi yang berkembang di sebagian masyarakat adalah tahlilan dan yasinan pada malam pertama, ketiga, hingga ke-1000 setelah seseorang wafat. Namun, dalam buku Tanya Jawab Agama Jilid 2 halaman 173, ditegaskan bahwa tidak ada ayat Al-Qur’an atau hadis yang memerintahkan untuk mengadakan tahlilan pada malam-malam tertentu tersebut.
Dalam Islam, segala bentuk ibadah harus mengacu pada tuntunan Rasulullah saw., seperti yang tercantum dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Aisyah radhiyallahu ‘anha:
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌ
“Siapa saja yang mengerjakan suatu perbuatan (agama) yang tidak ada perintahku untuk melakukannya, maka perbuatan itu tertolak.” (HR. Muslim)
Hadis ini mengingatkan kita agar berhati-hati dalam mengamalkan ajaran agama. Tanpa dalil yang jelas, tahlilan dan yasinan tidaklah perlu dilakukan, terlebih jika hal tersebut malah menambah beban bagi keluarga jenazah yang sedang berduka. Dalam beberapa keadaan, kegiatan ini juga disertai dengan pemberian makanan dan uang yang sebenarnya dapat memberatkan keluarga yang ditinggalkan.
Rasulullah bahkan mengecam segala bentuk ratapan atau niyahah, yaitu berkumpul untuk menangisi jenazah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Malik al-Asy’ari, Nabi saw. bersabda:
أَرْبَعٌ فِى أُمَّتِى مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لاَ يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِى الأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِى الأَنْسَابِ وَالاِسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ وَقَالَ النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ
“Empat hal yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan jahiliyah yang susah untuk ditinggalkan: (1) membangga-banggakan kebesaran leluhur, (2) mencela keturunan, (3) mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu, dan (4) meratapi mayit (niyahah).” Beliau juga bersabda, “Orang yang melakukan niyahah bila mati sebelum ia bertaubat, maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan pakaian dari tembaga dan mantel yang bercampur dengan penyakit gatal.” (HR. Muslim)
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Maka, marilah kita memperbaiki cara kita menghadapi kematian, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam berinteraksi dengan keluarga yang berduka. Sebaiknya kita meringankan beban mereka dengan menunjukkan kepedulian melalui doa yang tulus dan kehadiran yang menguatkan.
Hindari perbuatan yang tidak ada dasarnya dalam agama dan fokuslah pada amalan yang sesuai dengan sunnah Nabi. Semoga Allah memberikan ampunan kepada saudara-saudara kita yang telah tiada dan menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang ikhlas. Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin.
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اَمَّا بَعْدُ
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْ مِنَاتِ, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِىَ الْحَاجَاتِ, وَيَا كَافِىَ الْمُهِمَّاتِ
اَللّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُ قْنَا اتِّبَاعَةَ, وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِنَابَهُ
رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
اِنَّ اللهَ يَاْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ, اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 4 Juli 2025/9 Muharram 1447 H: Bahaya Menggunjing di Media Sosial
4. Nasihat Kematian, Bagimu yang Masih Bernyawa
Khutbah I
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Hadirin shalat Jum’at yang semoga dalam naungan perlindungan Allah. Segala puji dan syukur mari kita haturkan ke hadirat Allah SwT, dimana karena kemurahan rahmatnya sehingga masih Allah limpahkan beragam nikmatnya kepada kita.
Kemudian, shalawat serta salam mari kita sanjungkan kepada Nabi agung Muhammad saw. Sosok yang telah mengenalkan kita dengan Islam sehingga kita bisa terbebas dari bahaya zaman jahiliyah.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Berbicara perihal kematian maka sejatinya Allah telah memperingatkan dalam firmannya bahwa setiap yang bernyawa pasti akan merasakan yang namanya kematian.
كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (Ali-Imran: 185)
Maka tidak ada satupun makhluk hidup di alam semesta ini yang akan luput dari ancaman kematian. Kematian adalah pemutus kenikmatan dan kesengsaraan duniawi, jembatan menuju pertemuan mengahadap Pencipta.
Kehormatan yang kita kejar, harta yang kita usahakan dan keluarga yang kita perjuangkan semuanya akan kita tinggalakan begitu kematian datang menjemput. Ia adalah suatu hal yang tidak dapat kita hindari ataupun kita hindari kedatangannya, Allah telah memberikan peringatan keras terkait hal ini dalam firmannya.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٞۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ لَا يَسۡتَأۡخِرُونَ سَاعَةٗ وَلَا يَسۡتَقۡدِمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (Al-A’raf: 34)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Maka rasulullah saw menyabdakan, bahwa ketika manusia meninggal dan hendak dihantarkan menuju peraduan terakhirnya, maka manusia akan terbagi menjadi 2 golongan pada saat itu.
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا وُضِعَتْ الْجِنَازَةُ وَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ قَدِّمُونِي وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا الْإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَهُ صَعِقَ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Sa’id AL Maqbariy dari bapaknya bahwa dia mendengar dari Abu Sa’id AL Khudriy radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Jika jenazah diletakkan lalu dibawa oleh para laki-laki di atas pundak mereka, maka jika jenazah tersebut termasuk orang shalih (semasa hidupnya) maka dia (jenazah tersebut) berkata; “Bersegeralah kalian (membawa aku). Dan jika ia bukan dari orang shalih, maka dia akan berkata; “Celaka, kemana mereka akan membawanya?. Suara jenazah itu akan didengar oleh setiap makhluq kecuali manusia dan seandainya manusia mendengarnya, tentu dia jatuh pingsan”. (HR: Bukhari)
Golongan pertama, diisi oleh orang-orang yang semasa hidupnya ia isi dengan ketaatan kepada Allah. Orang yang semasa hidupnya menjadikan dunia sebagai tempat untuk bersinggah dan akhirat sebagai tujuan akhir.
Sehingga karena ia sadar bahwa dunia ini hanyalah sementara maka ia bekerja untuk dunia sebagaimana mestinya tanpa berlebih-lebihan, kemudian ia menjadikan akhirat sebagai finish dari semua perjalanannya sehingga ia mengusahakan yang terbaik supaya mendapatkan tempat terbaik juga di kehidupan akhirat.
Maka tatkala maut menjemput dan jenazah akan dihantar menuju peraduan terakhir ia menyambutnya dengan hati yang tenang dan berbahagia. Kenapa? Karena ia sadar bahwa kuburannya adalah baabun min riyadhil jannah atau pintu menuju taman-taman surga.
Golongan kedua adalah golongan yang diisi oleh orang-orang semasa hidupnya dipenuhi dengan melakukan hal-hal yang berbau kemaksiatan. Penuh dengan keingkaran akan nikmat Allah, lalai akan perintah dan larangan Allah.
Maka tatkala kematian menjemput ia akan menghadapinya dengan dipenuhi ketakutan, kemudian ketika jenazahnya akan diangkut menuju tanah perkuburan maka akan menjadi lebih ketakutan sampai-sampai mengutuki keadaanya sendiri.
Kenapa? Karena ia sadar bahwa liang kuburnya adalah pintu menuju pedihnya azab neraka. Orang-orang inilah yang allah firmankan dalam qur’an bahwa mereka akan memohon supaya dikembalikan ke duinia, digambarkan dalam surat Al-Mu’min ayat 99 mereka mengatakan
حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلۡمَوۡتُ قَالَ رَبِّ ٱرۡجِعُونِ
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). (QS. Al-Mu’minun: 99).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Untuk apakah mereka ingin dikembalikan? Apakah untuk menemui keluarga yang dicintai? Atau untuk perbendaharaan yang telah diusahakan? Atau jabatan yang diinginkan?. Tidak, nyatanya mereka ingin dikembalikan ke dunia dijelaskan dalam ayat selanjutnya.
لَعَلِّيٓ أَعۡمَلُ صَٰلِحٗا فِيمَا تَرَكۡتُۚ
Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. (QS. Al-Mu’minun: 100)
Mereka ingin dikembalikan hanya karena ingin memiliki kesempatan untuk melaksanakan amal shalih supaya terbebas dari pedihnya siksa akhirat. Namun apalah daya, nasi sudah menjadi bubur, tiada lagi kesempatan untuk mengulang ketika kehidupan sudah diputus oleh kematian.
بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ الله ُمِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ
Khutbah ke II
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ
فَيَا اَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَمَلاَءِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا, اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَا بِهِ اَجْمَعِيْنَ, وَارْضَى عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُوءْمِنِيْنَ وَالْمُوءْمِنَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ِانَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ ِاذْهَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ِانَّكَ اَنْتَ الْوَهَّاب. رَبِّى اغْفِرْلِى وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيْرًا.
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبّى اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 4 Juli 2025/9 Muharram 1447 H: 4 Penghalang Manusia Dekat dengan Allah
5. Kematian Seorang Mukmin Ditangisi Langit dan Bumi
Khutbah I
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
Ummatal Islam,
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memulikan orang yang beriman dengan semulia-mulianya. Dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang memberikan manfaat untuk dunia dan akhiratnya. Bahkan saudaraku, orang-orang yang beriman itu apabila ia meninggal dunia ditangisi oleh bumi dan langit sebagai kemuliaan mereka disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:
فَمَا بَكَتْ عَلَيْهِمُ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ
“Tidaklah langit dan bumi menangisi mereka (Fir’aun dan bala tentaranya)”
Ada seorang laki-laki datang kepada Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma. Lalu ia berkata, “Wahai Ibnu Abbas, apakah langit dan bumi bisa menangisi seseorang?” Kata Ibnu Abbas, “Iya”
Seorang mukmin apabila ia meninggal dunia maka Allah telah menyediakan untuk setiap mukmin dan setiap manusia pintu di langit yang dari pintu itu turun-turun rezekinya dan dari pintu itu naik ke amalan shalihnya. Ketika si mukmin itu meninggal dunia, maka langit pun menangis karena telah tertutup satu pintu kebaikan. Demikian pula bumi itu kehilangan tempat dimana si mukmin itu senantiasa beribadah kepada Allah di situ. Sehingga bumi pun menangisi seorang mukmin yang meninggal dunia.
Adapun orang-orang kafir, Fir’aun dan bala tentaranya -kata Ibnu Abbas- mereka tidak memiliki kebaikan apapun di dunia. Sehingga kematian mereka tidak ditangisi oleh langit, tidak pula oleh bumi.
Ummatal Islam,
Karena keimanan memberikan manfaat untuk dunia demikian pula memberikan manfaat untuk langit. Keimanan itu hakikatnya adalah memperbaiki apa yang ada pada manusia berupa ketakwaan, berupa amal, berupa ucapan, demikian pula amalan-amalan shalih. Sementara amalan-amalan shalih itu akan naik kepada Allah. Demikian pula ucapan-ucapan yang baik pun akan naik kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman:
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ
“Kepada Allah lah ucapan-ucapan yang baik itu akan naik dan Allah pun mengangkat amalan shalih.” (QS. Fatir[35]: 10)
Orang-orang yang beriman senantiasa berusaha untuk beramal kebaikan dalam hidupnya. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengumpamakan orang-orang yang beriman itu bagaikan lebah. Dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا
“Sesungguhnya perumpamaan mukmin itu bagaikan lebah yang selalu memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik” (HR. Ahmad)
Ia senantiasa mengambil sari-sari bunga yang bermanfaat untuk tubuhnya. Lalu ia mengeluarkan madu dari tubuhnya yang bermanfaat untuk kehidupan manusia.
Demikian pula seorang mukmin, ia memakan rezeki yang halal, yang thayyib, yang baik, yang dihalalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tidak keluar dari seorang mukmin berupa ucapan dan perbuatan kecuali kebaikan.
Lihatlah lebah itu, saudaraku..
Apabila ia hinggap di ranting manapun ia tidak pernah berbuat kerusakan. Demikian pula seorang mukmin, dimanapun ia berada ia tidak pernah berbuat kerusakan. Ia senantiasa berbuat kebaikan, bahan menebar kebaikan.
Maka itulah kehidupan seorang mukmin. Bagaimana seorang mukmin tidak akan ditangisi jasadnya ketika ia meninggal dunia? Bagaimana tidak akan ditangisi oleh bumi sementara bumi sangat memerlukan kebaikan. Karena kemaksiatan itu merusak daratan dan lautan. Allah Ta’ala berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di lautan, diakibatkan oleh perbuatan-perbuatan manusia.” (QS. Ar-Rum[30]: 14)
Kata para ulama yaitu maksudnya diakibatkan oleh dosa-dosa mereka. Dosa merusak bumi ini, mencabut keberkahan bumi ini. Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata bahwa senantiasa dosa itu mencabut kenikmatan sedikit demi sedikit sampai Allah cabut kenikmatan itu sama sekali. Berapa banyak kaum-kaum yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kenikmatan-kenikmatan, lalu akibat dosa-dosa mereka Allah cabut kenikmatan tersebut.
Kita masih ingat kisah Saba’ di dalam Al-Qur’an, bagaimana Allah mengisahkan kaum Saba’ yang diberikan oleh Allah kenikmatan yang luar biasa. Buah-buahan, air, tanaman dan yang lainnya. Tapi karena mereka tidak mau mengikuti perintah Allah dan RasulNya, akhirnya Allah gantikan kebunnya dengan sesuatu yang pahit, sesuatu yang tidak ada manfaatnya lagi. Allah cabut kenikmatan itu akibat dosa-dosa mereka.
Maka ummatal Islam, dunia tidak akan pernah kiamat selama masih ada seorang muslim, selama masih ada orang yang beriman, yang beribadah kepada Allah, yang menyembah Allah di muka bumi ini. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لَا يُقَالَ فِي الْأَرْضِ اللَّهُ اللَّهُ
“Tidak akan tegak hari kiamat sampai tidak ada lagi di muka bumi orang yang mengingat Allah.” (HR. Muslim)
Disaat tidak ada lagi di muka bumi ini orangnya yang mengucapkan Laa Ilaha Illallah, di saat itulah kiamat akan tegak. Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا عَلَى شِرَارِ الْخَلْقِ
“Tegaknya hari kiamat itu atas seburuk-buruknya makhluk (yang tidak beriman kepada Allah dan kehidupan akhirat)” (HR. Muslim)
Maka itu menunjukkan kemuliaan mukmin, orang-orang yang beriman kepada Allah, yang hanya menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka berbahagialah wahai umat Islam. Orang-orang yang diberikan nikmat iman. Pertahankan iman kita dengan cara kita terus taqarrub kepada Allah. Jangan sia-siakan nikmat iman ini, jangan sia-siakan nikmat Islam ini dengan cara kita memaksiati Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Berapa banyak orang-orang yang Allah cabut nikmat iman kepada dia, sehingga ia murtad dari agama Islam karena ia tidak mensyukuri nikmat tersebut. Berapa banyak orang-orang yang nikmat hidayah telah Allah cabut kembali karena ternyata hatinya tidak cocok untuk mendapatkan hidayah tersebut.
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله..
Ummatal Islam,
Diantara kemuliaan seorang mukmin yang Allah janjikan kepada mukmin yaitu Allah jadikan surga untuk mereka di akhirat. Allah tidak menjadikan surga untuk orang-orang yang beriman itu di dunia. Karena dunia itu sesuatu yang fana, kesenangannya pasti dihiasi dengan kesedihan, kesenangannya pasti akan didahului oleh kelelahan. Di dunia ini tidak ada kesenangan yang sempurna, saudaraku.. Pasti semua akan fana.
Maka Allah tidak ingin menjadikan surga untuk orang yang beriman di dunia ini. Sementara orang kafir, surganya hanya di dunia. sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan dalam riwayat Tirmidzi bahwasannya dunia ini:
الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ
“Dunia ini penjara untuk orang yang beriman dan surga untuk orang-orang yang kafir.” (HR. Muslim)
Karena orang yang kafir itu bersenang-senang dan memuaskan syahwatnya bagaikan hewan dan binatang ternak. Tidak peduli dengan batasan-batasan Allah. Mereka menganggap dunia segala-galanya karena mereka tidak meyakini akan adanya hari kebangkitan. Sedangkan orang yang beriman diberikan ujian, ujian, ujian, untuk mengangkat derajatnya disisi Allah, menggugurkan dosa-dosanya. Allah berikan ujian agar si hati mukmin itu tidak tenang dengan dunia, agar si hati mukmin itu sadar bahwa dunia bukan tempat yang abadi. Ia adalah tempat yang sementara.
Kewajiban seorang mukmin sadar bahwa Allah tidak ingin menjadikan surga orang yang beriman itu di dunia. Allah ingin menjadikan surga orang-orang yang beriman itu adalah di akhirat yang kekal dan abadi. Di sanalah kebahagiaan yang hakiki, di sanalah kesenangan yang hakiki, di sanalah kita akan beristirahat selama-lamanya jika memang Allah memasukkan kita ke dalam surga.
Makanya para Sahabat Nabi bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah. Di antara Sahabat ada yang lelah dalam ibadah, ketika ditanya sampai kapan engkau lelah untuk beribadah kepada Allah, kapan engkau akan beristirahat? Sahabat ini berkata, “Biarlah aku istirahat nanti di surga saja, adapun di dunia ini bukan tempat untuk bersenang-senang, bukan untuk untuk tempat berfoya-foya.”
Khutbah II
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَاإِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
عباد الله:
إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.
(*)
Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News
Naskah Khutbah Jumat Juli
Khutbah Jumat Bulan Muharram
Khutbah Jumat Muharram
Naskah Khutbah Jumat Hari Ini
Naskah Khutbah Jumat Terbaru
Amalan Persiapan Kematian
khatib
5 contoh
Teks Khutbah Jumat 4 Juli 2025: Bahaya Judi Online, Pembawa Kehancuran |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat 4 Juli 2025: Cara-cara Allah Memberikan Rezeki pada Manusia |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat 4 Juli 2025: Bahaya Judi Online, Angan-angan Pembawa Kehancuran Setiap Muslim |
![]() |
---|
Naskah Singkat Khutbah Jumat 4 Juli 2025: Merenungi Makna dan Hikmah Hijrah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.