Puasa Sunnah

Ingin Ikut Puasa Sunnah Asyura dan Tasyua Namun Masih Ada Utang Puasa Ramadhan Bagaimana Hukumnya?

Ingin Ikut Puasa Sunnah Asyura dan Tasyua Namun Masih Ada Hutang Puasa Ramadhan Bagaimana Hukumnya?

TribunWow.com
PUASA SUNNAH MAUHARRAM - Panen Pahala 7 Hari Berturut-turut, Catat Ini Jadwal Puasa Sunnah di Bulan Awal Bulan Juli 2025. Ilustrasi Puasa Ramadhan (Tribunnews) 

TRIBUNPRIANGAN.COM - Setelah menyambut Tahun Baru Islam 2025 pada 1 Muharam 1447 H, kini umat muslim juga menyambut momen istimewa. 

Pasalnya, dalam bulan yang termasuk bulan mulia setelah Ramadhan tersebut, seorang muslim bisa melaksanakan berbagai amalan soleh.

Selain itu, Bulan Muharram menjadi waktu intropeksi diri untuk menjadi hamba lebih baik lagi.

Maka jangan lewatkan ibadah di bulan Muharram ini.

Bagi sebagian muslim pada tanggal 9 dan 10 Muharam merupakan hari istimewa dianjurkan mengerjakan amalan puasa sunah.

Baca juga: Kapan Puasa Tasua dan Arafah 2025? Ini Jadwalnya Versi Pemerintah, NU dan Muhammadiyah

Yaitu terdapat anjuran bagi muslim untuk melaksanakan puasa Tasua dan puasa Asyura.

Menurut kalender Hijriah, jadwal puasa Tasua yang diperingati pada 9 Muharam 1447 H jatuh Jumat (4/7/2025).

Sedangkan jadwal puasa Asyura yang diperingati pada 10 Muharam 1447 H jatuh pada Sabtu (5/7/2025).

Namun, bagaimana jika seseorang masih memiliki utang puasa Ramadhan? Apakah boleh menggabungkan niat puasa qadha dengan puasa Tasu'a atau Asyura?

Lantas seperti apa hukumnya?

Baca juga: Kapan Puasa Tasua dan Puasa Arafah 2025? Ini Sederet Pahala Buat yang Melaksanakannya

Hukum Ikut Puasa Sunnah Asyura dan Tasyua Namun Masih Ada Hutang Puasa Ramadhan

Hal ini ternyata telah jelas di jelaskan Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 184:

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗوَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗوَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Arab latin: Ayyāmam ma'dūdāt(in), faman kāna minkum marīḍan au 'alā safarin fa 'iddatum min ayyāmin ukhar(a), wa 'alal-lażīna yuṭīqūnahū fidyatun ṭa'āmu miskīn(in), faman taṭawwa'a khairan fahuwa khairul lah(ū), wa an taṣūmū khairul lakum in kuntum ta'lamūn(a).

Artinya: (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Baca juga: Kapan Puasa Tasua dan Asyura 2025 di Bulan Muharram 1447 H? Ini Jadwal Serta Keutamaannya

Ayat ini menunjukkan bahwa puasa Ramadhan yang ditinggalkan harus diganti di hari lain, dan hal ini menjadi landasan penting dalam pembahasan tentang boleh tidaknya menggabungkan niat qadha dengan puasa sunnah seperti Tasu'a dan Asyura.

Adapun, bagi anda yang ingin menggabungkan, harus memerhatikan beberapa aspek.

Berbagai ulama tanah air sejaatinya telah menjelaskan mengenai hal ini, salah satunya adalah Buya Yahya.

Dalam salah satu kajiannya di kanal YouTube Al-Bahjah TV, Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah tersebut menerangkan jika hal ini tergantung pada sebab seseorang meninggalkan puasa tersebut.

"Jika seseorang meninggalkan puasa wajib karena sengaja dan tanpa uzur syar'i, maka tidak diperbolehkan melaksanakan puasa sunnah sebelum membayar utang puasanya. Dalam kondisi ini, puasa wajib tersebut harus dibayar secara langsung (kontan)," jelas Buya Yahya.

Namun berbeda halnya jika puasa ditinggalkan karena alasan syar'i seperti haid, sakit, hamil, atau halangan lainnya yang dibenarkan oleh syariat. Dalam keadaan ini, seseorang tetap diperbolehkan berpuasa sunnah meskipun belum mengganti puasa wajibnya.

"Jika puasa yang ditinggalkan disebabkan oleh uzur seperti haid, hamil, sakit, atau halangan syar'i lainnya, maka seseorang diperbolehkan melaksanakan puasa sunnah, dan puasanya tetap sah, selama masih ada kesempatan untuk membayar utang puasa di luar waktu itu," tambah Buya Yahya.

Baca juga: Keutamaan Puasa Senin Kamis Bagi yang Menjalankannya

Jika ditarik dalam niat yang digabung bersama puasa qadha dan sunnah, Buya Yahya menjelaskan bahwa niat qadha tidak bisa digabung dengan puasa sunnah, meskipun waktu pelaksanaannya bertepatan dengan hari-hari yang disunnahkan untuk berpuasa seperti Tasu'a dan Asyura.

"Ada pula petunjuk yang lebih utama, yaitu konsep 'bayar satu dapat dua'," ucap Buya Yahya.

Yang dimaksud Buya Yahya adalah, bagi orang yang memiliki utang puasa, bisa melaksanakan qadha pada tanggal 9, 10, atau 11 Muharram. Karena pelaksanaannya bertepatan dengan hari-hari puasa sunnah yang dianjurkan, maka ia tetap bisa memperoleh pahala puasa sunnah, selama niatnya ditujukan khusus untuk membayar utang puasa Ramadhan.

Artinya, niat untuk puasa wajib (qadha) tidak boleh digabung dengan niat puasa sunnah seperti Tasu'a atau Asyura. Jika digabungkan, maka tidak sah sebagai puasa wajib.

Sebaliknya, dalam puasa sunnah yang tidak bersifat wajib, penggabungan niat diperbolehkan. Misalnya, saat puasa Tasu'a bertepatan dengan hari Senin, seseorang boleh berniat sekaligus untuk puasa Senin dan puasa Tasu'a.

"Penggabungan niat ini berlaku untuk semua jenis puasa sunnah," jelas Buya Yahya.

Baca juga: Kalender Bulan Muharram 1447 H/2025 M, Lengkap dengan Jadwal Puasa Sunnah Tasua dan Asyura

Reminder puasa sunnah bulan Muharram 1447H/Juli 2025

Meski tepat jatuh pada tanggal 9 dan 10 Muharram ternyata ada jadwal puasa lain yang juga bisa dikalukan bersamaan.

Puasa sunnah lain tersebut adalah Puasa Senin-Kamis dan Ayyamul Bidh.

Lantas kapan sajakah tanggal-tanggal puasa tersebut dianjurkan untuk dilaksanakan pada bulan Juli 2025 ini?

  • 5 Juli Puasa Tasu'a
  • 6 Juli Piasa 'Asyura
  • 7 Juli Puasa senin-kamis
  • 8 Juli Puasa Mutlaq
  • 9 Juli Puasa Ayyamul Bidh
  • 10 Juli Puasa Ayyamul Bidh & Puasa Senin-Kamis
  • 11 Juli Puasa Ayyamul Bidh

Baca juga: Bacaan Niat Puasa Tasua dan Asyura 1447 H, Lengkap dengan Arab, Latin dan Artinya

Catatan;

Puasa Sunnah mutlak adalah puasa sunnah yang waktunya tidak terikat pada waktu tertentu. Artinya, puasa ini boleh dilakukan kapan saja selama bukan pada hari-hari yang dilarang untuk berpuasa. Puasa mutlak hukumnya mustahab (disukai Allah) dan boleh dilakukan oleh siapa saja. 

Niat Puasa Sunnah

Sejatinya, puasa apapun tidak tersirat niat tertentu, hal ini tergantung dengan kepercayaan masing-masing, dengan pegangan pandangan dari beberapa pendapat.

Namun jika terdapat keraguan, bisa melafadzkan niat dengan lengkap, seperti berikut ini:

  • Bacaan niat puasa Tasua

نَوَيْتُ صَوْمَ تَاسُعَاءْ سُنَّةَ ِللهِ تَعَالَى

"Nawaitu sauma tasua sunnatal lillahita’ala"

Artinya: Saya niat puasa hari Tasua, sunah karena Allah ta’ala.
 


  • Bacaan niat puasa Asyura

نَوَيْتُ صَوْمَ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاء سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

"Nawaitu shouma fii yaumi aasyuuroo’ sunnatan lillaahi ta’aalaa"

Artinya: Saya niat puasa Asyura, sunah karena Allah Ta’ala.

  • Bacaan Niat Gabungan degan Qadha Pusa Ramadhan

Untuk puasa Tasu'a yang dilakukan pada tanggal 9 Muharram, bisa membaca niat:

نَوَيْتُ صَوْمَ تَسُعَاءَ سُنَّةً لِلَِّهِ تَعَالَى

Arab latin: Nawaitu shauma tasu'aa sunnatan lillâhi ta'âlâ.

Artinya: Saya berniat puasa sunnah Tasu'a karena Allah Ta'ala.

Sementara itu, bagi yang ingin melaksanakan puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram, berikut niat yang dianjurkan:

نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ سُنَّةً لِلَِّهِ تَعَالَى

Arab latin: Nawaitu shauma 'aasyuraa sunnatan lillâhi ta'âlâ

Artinya: Saya berniat puasa sunnah Asyura karena Allah Ta'ala.

puasa Ramadhan dan ingin melaksanakannya di hari-hari tersebut, niat qadha puasa wajib dibaca sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Arab latin: Nawaitu shauma ghadin 'an qadhā'i fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta'âlâ.

Artinya: "Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT."

Baca juga: Kapan Puasa Tasua dan Asyura 2025 di Bulan Muharram 1447 H? Ini Jadwal Serta Keutamaannya

Keutamaan Puasa Tasua dan Puasa Asyura

Pada bulan Muharam amalan yang dianjurkan adalah puasa sunah.

Pasalnya bulan Muharam merupakan satu di antara empat bulan yang dimuliakan, seperti bulan Ramadhan.

Berpuasa disepanjang bulan Muharram adalah sebaik baik bulan untuk puasa seperti disebutkan oleh Rasulullah Shallallaahu `alayhi wa sallam dalam hadits yang disebutkan Oleh Imam Muslim dan Abu Hurairah :

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ اْلمُحَرَّمِ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

”Sebaik baik puasa setelah bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan sebaik-baiknya salat setelah salat fardhu adalah salat malam” (HR. Muslim No: 2755).

Terdapat dua amalan puasa dalam bulan Muharam, yaitu puasa Tasua dan puasa Asyura.

Baca juga: Puasa Liburan! Juli 2025 Tak Ada Jadwal Libur Sama Sekali, Benarkah? Begini Fakta dan Penjelasannya

  • Puasa Tasua

Puasa Tasua merupakan puasa sebelum hari 10 Muharam atau yang dilaksanakan pada 9 Muharam.

Dalam riwayat dijelaskan di akhir hayatnya Rasulullah pernah berkeinginan jika ia masih hidup di tahun depan maka ia akan berpuasa pada 9 dan 10 Muharam.

عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهما – يَقُولُ: حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ, قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: (( فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ.)) قَالَ: فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya dia berkata, “ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berpuasa di hari ‘Asyura’ dan memerintahkan manusia untuk berpuasa, para sahabat pun berkata, ‘Ya Rasulullah!

Sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.’

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, ‘Apabila tahun depan -insya Allah- kita akan berpuasa dengan tanggal 9 (Muharam).’

Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal.”

Baca juga: Amalan-amalan di Bulan Muharam 1447 H yang Bisa Dikerjakan, Ada Amalan yang Dianjurkan Rasulullah

  • Puasa Asyura

Puasa Asyura merupakan puasa yang dilaksanakan pada 10 Muharam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“… Dan puasa di hari ‘Asyura’ saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan (dosa) setahun yang lalu.” (HR Muslim no. 1162/2746)

Di Indonesia, puasa Asyura ini puasa yang paling dikenal masyarakat.

Aisyah radhiallahu ‘anha berkata:

(كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ ، وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَه.)

“Dulu hari ‘Asyura, orang-orang Quraisy mempuasainya di masa Jahiliyah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mempuasainya. Ketika beliau pindah ke Madinah, beliau mempuasainya dan menyuruh orang-orang untuk berpuasa.

Ketika diwajibkan puasa Ramadhan, beliau meninggalkan puasa ‘Asyura’. Barang siapa yang ingin, maka silakan berpuasa. Barang siapa yang tidak ingin, maka silakan meninggalkannya.”

Selain puasa pada 9 dan 10 Muharam, ada pula ulama yang berpendapat adanya puasa sesudah 10 Muharam yakni pada 11 Muharam.

Baca juga: Keutamaan Puasa Senin Kamis Bagi yang Menjalankannya

Di antara dalil yang menyatakan ini terdapat dalam hadis Ibnu Abbas.

صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ ، صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا

“Berpuasalah kalian pada hari ‘Asyura’ dan selisihilah orang-orang Yahudi. Berpuasalah sebelumnya atau berpuasalah setelahnya satu hari." HR Ahmad no. 2153.

Kendati begitu, Syaikh Syu’aib dan Syaikh Al-Albani menghukumi hadis ini lemah.

Namun tentu saja bukan berarti berpuasa di 11 Muharam terlarang. Puasa ini masih bisa dikerjakan karena termasuk pada bulan Muharam.

(*)

Baca artikel TirbunPriangan.com lainnya di Google News

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved