Naskah Khutbah Jumat
Naskah Singkat Khutbah Jumat 27 Juni 2025: Menyerap Pelajaran Penting Tahun Baru Hijriah
Berikut Naskah Singkat Khutbah Jumat 27 Juni 2025: Menyerap Pelajaran Penting Tahun Baru Hijriah
Penulis: Riswan Ramadhan Hidayat | Editor: Dedy Herdiana
TRIBUNPRIANGAN.COM – Tribuners, tentunya jika berbicara Tahun Baru Hijriah, yang juga dikenal sebagai Tahun Baru Islam, adalah momen penting bagi umat Muslim.
Peringatan ini bukan sekadar pergantian tahun, tetapi juga waktu untuk merenungkan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah dan mengambil hikmah dari peristiwa tersebut.
Beberapa pelajaran penting yang bisa diambil dari Tahun Baru Hijriyah adalah: muhasabah (introspeksi diri), meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, semangat hijrah (berubah menjadi lebih baik), dan membangun persatuan dan kesatuan.
Berbicara perihal Jumat hari ini, tepatnya di hari Jumat tanggal 27 Juni 2025, kita selaku laki-laki beragama muslim akan melaksanakan ibadah Salat Jumat.
Hari Jumat yang merupakan Sayyidul Ayyam atau Penghulunya Hari pun diyakini oleh kaum muslimin sebagai hari yang penuh keberkahan.
Khusus untuk khutbah pada Jumat hari ini, berikut merupakan naskah khutbah Jumat yang sudah TribunPriangan.com lansir dari NU Online untuk tanggal 27 Juni 2025 bertemakan "Menyerap Pelajaran Penting Tahun Baru Hijriah".
Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 27 Juni 2025: Keutamaan Puasa Bulan Muharram Layaknya Puasa Ramadan
Khutbah 1
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 27 Juni 2025: 3 Hal untuk Perbaiki Diri di Tahun Baru Hijriah
Waktu mengalir terus. Dan “tanpa terasa” kita sampai kepada pergantian tahun hijriah untuk kesekian kalinya. Detik menuju menit, jam, hari, bulan, hingga tahun senantiasa bergerak maju yang berarti semakin bertambah pula usia manusia. Yang perlu menjadi catatan adalah: apakah bertambah pula keberkahan usia kita? Ini pertanyaan singkat dan hanya bisa dijawab dengan merefleksikan secara panjang-lebar jejak perjalan hidup kita yang sudah lewat.
Tahun baru hijriah yang kita peringati setiap tahun terkandung sejarah dan nilai-nilai yang terus relevan hingga kini. Nabi sendiri tak pernah menetapkan kapan tahun baru Islam dimulai. Begitu pula tidak dilakukan oleh khalifah pertama, Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq. Awal penanggalan itu resmi diputuskan pada era khalifah kedua, Sayyidina Umar bin Khathab, sahabat Nabi yang terkenal membuat banyak gebrakan selama memimpin umat Islam.
Keputusan itu diambil melalui jalan musyawarah. Semula muncul beberapa usulan, di antaranya bahwa tahun Islam dihitung mulai dari masa kelahiran Nabi Muhammad. Ini adalah usulan yang cukup rasional. Rasulullah adalah manusia luar biasa yang melakukan revolusi ke arah peradaban yang lebih baik masyarakat Arab waktu itu. Karena itu kelahiran beliau adalah monumen bagi kelahiran perdaban itu sendiri. Tahun baru Masehi pun dimulai dari masa kelahiran figur yang diyakini membawa perubahan besar, yakni Isa al-Masih.
Yang menarik, Umar bin Khatab menolak usulan ini. Singkat cerita, forum musyawarah menyepakati momen hijrah Nabi dari Makkah menuju Madinah sebagai awal penghitungan kalender Islam atau kalender qamariyah yang merujuk pada perputaran bulan (bukan matahari). Karenanya kelak dikenal dengan tahun hijriah yang berasal dari kata hijrah (migrasi, pindah).
Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 27 Juni 2025: Muhasabah untuk Berubah di Tahun Baru Hijriah
Jamaah shalat Jum’at hafidhakumullah,
Memilih momen hijrah daripada momen kelahiran Nabi yang dilakukan Umar dan para sahabat lainnya mengandung makna yang sangat dalam. Kelahiran yang dialami manusia adalah peristiwa alamiah yang tak bisa ditolaknya. Nabi Muhammad pun saat lahir tak serta merta diangkat menjadi nabi kecuali setelah berusia 40 tahun. Beliau kala itu hanyalah bayi putra Abdullah bin Abdul Muthalib. Hal ini berbeda dari hijrah yang mengandung tekad, semangat perjuangan, perencanaan, dan kerja keras ke arah tujuan yang jelas: terealisasinya nilai-nilai kemanusiaan universal yang berlandaskan asas ketuhanan dalam Islam (rahmatan lil ‘alamin).
Naskah Khutbah Jumat
khutbah Jumat
Salat Jumat
Menyerap Pelajaran Penting Tahun Baru Hijriah
Sayyidul Ayyam
Teks Khutbah Jumat
Naskah Khutbah Jumat 27 Juni 2025: 3 Hal untuk Perbaiki Diri di Tahun Baru Hijriah |
![]() |
---|
Naskah Singkat Khutbah Jumat 27 Juni 2025: Muhasabah untuk Berubah di Tahun Baru Hijriah |
![]() |
---|
3 Khutbah Jumat 27 Juni 2025 Sambut 1 Muharram 1447 H: Penuh Perubahan dan Iman yang Tebal |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat 27 Juni 2025: Tahun Hijriah, Tahun Jihad Totalitas demi Islam |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.