Naskah Khutbah Jumat
5 Naskah Khutbah Jumat Bertemakan Hikmah Penting Pergantian Tahun Baru 1447 Hijriah
Berikut ini terdapat 5 Naskah Khutbah Jumat Bertemakan Hikmah Penting Pergantian Tahun Baru 1447 Hijriah
Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: ferri amiril
2. Momen Berkah Berhijrah di Tahun Baru Hijriah
Khutbah I
،اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيْدًا، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبُ، وَقَالَ االلَّهُ تَعَالَى: وَمَنْ يُّهَاجِرْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يَجِدْ فِى الْاَرْضِ مُرٰغَمًا كَثِيْرًا وَّسَعَةًۗ وَمَنْ يَّخْرُجْ مِنْۢ بَيْتِهٖ مُهَاجِرًا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ اَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًاࣖ
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Pertama, mari kita luruskan niat kita hadir di masjid yang mulia ini untuk semata-mata beribadah kepada Allah swt dengan menjalankan perintah-Nya. Rangkaian ibadah Jumat menjadi bukti kepatuhan kita dalam mengemban misi utama hidup di dunia yakni menyembah Allah.
Jangan sampai kehadiran kita di majelis ini diwarnai dengan niatan dan aktivitas lain seperti hanya ingin beristirahat atau ngobrol, bermain HP, atau bahkan tidur saat khatib menyampaikan materi khutbah.
Seharusnya kita menyimak nasihat Rasulullah yang sering disampaikan oleh para bilal agar ibadah Jumat kita tidak sia-sia. Sebelum khatib naik mimbar, bilal biasanya menyampaikan hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Imam Muslim:
إذَا قُلْت لِصَاحِبِك أَنْصِتْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ
Artinya, “Jika kamu katakan kepada temanmu, ‘diamlah!’, di hari Jumat saat khatib berkhutbah, maka kamu telah melakukan perbuatan menganggur (sia-sia tiada guna).” (HR Muslim).
Selanjutnya, khatib mengajak seluruh jamaah, wabil khusus pada diri khatib pribadi, untuk senantiasa bersyukur dan menguatkan keimanan serta ketakwaan kepada Allah swt. Pentingnya penguatan ketakwaan ini, maka setiap khatib yang berkhutbah wajib menyampaikan wasiat takwa agar umat Islam senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Takwa ini juga yang menurut Rasulullah akan menjadi salah satu sebab kita masuk ke dalam surganya Allah, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ اَلْجَنَّةَ؟ قَالَ: تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
Artinya, “Rasulullah pernah ditanya perihal sesuatu yang paling banyak menyebabkan manusia masuk surga. Ia menjawab, ‘Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.’” (HR At-Tirmidzi).
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Pada momentum suasana bulan Muharram saat ini, khatib mengajak jamaah untuk memaknai peristiwa yang sangat penting dalam sejarah perjalanan dan perkembangan agama Islam. Peristiwa ini sekaligus diabadikan menjadi penanda kalender penanggalan oleh umat Islam. Peristiwa tersebut adalah hijrah Rasulullah saw dari Makkah dan Madinah. Hijrah memiliki makna mendalam dan bisa kita ambil hikmahnya untuk menjadikan kita, pribadi yang terus bergerak menuju arah yang lebih baik.
Hijrah Rasulullah saw dari tanah kelahirannya bukanlah pindah karena kalah. Bukan pindah karena putus asa ataupun pindah karena lari dari masalah. Hijrah Rasulullah ini adalah perintah Allah dan momentum untuk lebih melebarkan skala dakwah untuk meraih kesuksesan dalam syiar agama Islam di Jazirah Arab dan meluas ke seluruh penjuru dunia.
Langkah yang dilakukan Nabi Muhammad saw memiliki ibrah dan hikmah bagi kita yang bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika boleh saya ibaratkan, hikmah dari hijrah diibaratkan dengan memindahkan anakan tanaman dari induknya. Bisa kita amati, tanaman yang tumbuh bergerombol di tempat asalnya, seperti pisang, padi, ataupun tanaman lainnya, cenderung akan lambat dalam pertumbuhannya. Akan berbeda jika anakan tanaman tersebut dipindahkan ke lokasi lain yang lebih luas, maka akan bisa tumbuh dengan baik dan cepat perkembangannya.
Dalam Al-Qur’an, Allah telah menyebutkan bahwa orang yang mau berhijrah akan mendapatkan kelapangan rezeki. Bukan itu saja, Allah akan menurunkan keberkahan dan menyiapkan ganjaran yang besar kepada setiap individu yang memiliki niat baik dalam hijrahnya. Allah berfirman dalam surat An-Nisa' Ayat 100:
وَمَنْ يُّهَاجِرْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يَجِدْ فِى الْاَرْضِ مُرٰغَمًا كَثِيْرًا وَّسَعَةًۗ وَمَنْ يَّخْرُجْ مِنْۢ بَيْتِهٖ مُهَاجِرًا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ اَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًاࣖ
Artinya, “Siapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang banyak dan kelapangan (rezeki dan hidup). Siapa yang keluar dari rumahnya untuk berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian meninggal (sebelum sampai ke tempat tujuan), sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Memaknai ayat ini, Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa dengan luasnya bumi dan banyaknya proses tukar pikiran dalam berhijrah maka dapat mendorong tercapainya keluasan, kemampuan, dan peningkatan ekonomi. Berhijrah juga dapat melapangkan dada, menerima rasa susah dan prihatin serta meluaskan daya fikir dalam berbagai hal yang bisa mendatangkan solusi dari berbagai masalah.
Penafsiran ini juga sesuai dengan kondisi fakta yang ada dalam kehidupan, di mana jika kita mengalami kesusahan dan tak ada solusi dari berbagai problema yang dihadapi, maka hijrah menjadi solusi. Imam Al-Qurtubi pun menyebut jika seandainya kita meninggal dunia dalam upaya mempertahankan kebenaran dalam hijrah, maka wafatnya tercatat sebagai husnul khatimah dan mendapatkan ampunan dari Allah swt.
Allah juga berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 218:
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Hijrah adalah langkah yang baik jika diniati untuk kebaikan. Hijrah akan menjadikan kebaikan-kebaikan terus bertambah (ziyadatul khair) yang juga sering disebut dengan istilah berkah. Dengan hijrah, keberkahan akan kita raih dan menjadikan kita tidak jalan di tempat saja. Syekh Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam mengatakan:
“Janganlah kau berpindah dari alam ke alam karena kau akan seperti keledai penggilingan, di mana tujuan yang sedang ditempuhnya adalah titik mula ia berjalan. Tetapi berpindahlah dari alam kepada Penciptanya. Allah berfirman, ‘Hanya kepada Tuhanmu titik akhir tujuan”.
Semoga pada momentum tahun baru hijriah ini, kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang terus berhijrah ke arah kebaikan dan mendapatkan keberkahan dalam kehidupan. Amin.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَبِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقَ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلَّمُ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰ اَمَّابَعْدُ ۰ فَيَاعِبَادَ ﷲ... اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ. إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا: ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ، ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮْﺍ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮْﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ ...ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰسَيِّدِنَا ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁلهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اللهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ، اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 13 Juni 2025: Pentingnya Menjaga Keikhlasan Dalam Beribadah
3. Menjadi Pribadi Lebih Baik di Tahun Baru Islam
Khutbah I
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيْدًا أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبُ، وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah..
Kita patut bersyukur atas segala anugerah yang diberikan Allah kepada kita, khususnya anugerah iman dan Islam yang tertancap di dalam hati kita sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang mulia ini. Shalawat dan salam mari senantiasa kita haturkan bagi Nabi Besar Muhammad saw dan bagi keluarga serta para sahabatnya yang telah kompak dalam memperjuangkan agama ini.
Selain itu, tidak bosan-bosannya khatib mengingatkan agar kita meningkatkan kualitas ketakwaan kita. Hal ini penting dilakukan mengingat anugerah Allah yang sangat melimpah sehingga sebagai bentuk berterima kasih kita diwujudkan dengan menambah kualitas ketakwaan terhadap-Nya. Kualitas takwa di sini tidak mesti diimplementasikan dengan menambah jumlah ibadah seperti shalat, puasa, sedekah, dan ibadah-ibadah sunnah lainnya.
Bahkan lebih prinsip dari itu, kualitas takwa di sini bermakna bagaimana menjadikan aktivitas sehari-hari sebagai nilai ibadah yang murni mengharapkan ridha Allah swt.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah..
Di antara cara lain yang juga termasuk meningkatkan kualitas ketakwaan adalah dengan muhasabah atau mengevaluasi diri atas prilaku dan sikap yang telah dilakukan selama ini. Terlebih dalam waktu dekat ini kita akan menyambut tahun baru Islam, maka sudah tepat kiranya kita melakukan aktivitas muhasabah ini.
Secara historis, berdasarkan pendapat yang paling populer, penetapan kalender Islam merupakan kebijakan Khalifah Sayyiduna Umar bin Khattab dengan hitungan awalnya dimulai sejak hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah. Oleh karenanya dinamai dengan kalender atau tahun Hijriah. Adapun jumlah bulannya kebetulan sama dengan tahun Masehi, yaitu 12 bulan, dan ini selaras dengan firman Allah:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ .....
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi ....” (QS. Al-Taubah: 36)
Ibnu ‘Asyur di dalam kitab tafsirnya, al-Tahrir wa al-Tanwir juz 10 halaman 180 – 181 mengatakan bahwa maksud kata ‘syuhur’ di sini adalah bulan-bulan Qamariyah, yaitu hitungan waktu berdasarkan peredaran bulan, bukan matahari. Bulan Qamariyah ini menjadi lebih dulu ketenarannya dalam penetapan waktu karena dinilai memudahkan untuk menentukan waktu-waktu kejadian dan momen-momen sejarah masa lalu. Bulan Dzulhijjah merupakan bulan terakhir dalam kalender Qamariyah, dan hari ini kita sudah memasuki penghujung bulan ini.
Dengan demikian, dalam waktu dekat, sebelum pergantian tahun marilah kita merenungkan atas apa saja yang telah kita lakukan selama satu tahun, entah perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Perbuatan baik perlu direnungkan juga demi memastikan kalau perbuatan tersebut tidak ada unsur lain yang dapat menciderainya. Dengan kata lain, ibadah yang kita lakukan, baik ibadah individual maupun sosial ditujukan untuk mendapatkan ridha Allah swt.
Tidak ada tujuan lain yang terselip dalam setiap perbuatan baik yang sudah dilakukan selama satu tahun kemarin. Selain itu, perbuatan baik juga perlu dimuhasabah agar pada masa yang akan datang dapat dikembangkan lebih baik lagi. Sebab jika monoton begitu saja, maka ibadah kita akan stagnan.
Artinya, ibadah kita tidak bertambah dalam kualitas maupun kuantitas. Padahal Nabi pernah mengingatkan melalui sabdanya yang diriwayatkan Imam al-Tirmidzi di dalam kitab Sunan-nya:
أَنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ، قَالَ: مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ، قَالَ: فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ؟ قَالَ: مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ
Artinya: “Sesungguhnya ada seseorang yang bertanya: “wahai Rasulullah, siapakah manusia paling baik?”, Nabi menjawab: “Orang yang panjang usianya dan bagus perbuatannya.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapakah manusia paling buruk?”, Nabi menjawab: “Orang yang panjang usianya dan buruk perbuatannya.” (HR. Al-Tirmidzi)
Syekh al-Mubarakfuri saat mensyarahi hadits ini, mengutip perkataan al-Thibi, mengatakan bahwa seluruh waktu dan masa mirip seperti modal bagi seorang pedagang yang dikelola untuk mendapatkan keuntungan. Semakin besar modalnya, maka keuntungannya juga semakin besar. Begitu pula dengan orang yang memanfaatkan usianya dengan memperbanyak amal kebaikan maka telah beruntung dan berhasil. Dan barang siapa yang menyia-nyiakan modalnya maka tidak akan beruntung bahkan mengalami kerugian yang nyata.
Mengapa demikian? Karena kita dianugerahi panjang usia, dikaruniai kesempatan melanjutkan kehidupan, serta diberi waktu yang misteri batasnya, namun malah tidak memanfaatkannya seoptimal mungkin dengan meningkatkan kualitas ketakwaan. Kita merasa cukup dengan kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan sehingga merasa tidak perlu lagi menaikkan levelnya. Di sinilah letak kerugian kita.
Seyogyanya kita tidak boleh merasa puas dan cukup atas perbuatan-perbuatan baik yang sudah dilakukan. Kita perlu selalu meningkatkannya sebagai bentuk syukur atas kesempatan waktu yang diberikan Allah kepada kita untuk menambah nilai ibadah. Sebab itulah yang akan menjadi penilaian Allah untuk memberikan rahmat-Nya kelak di akhirat: semakin berkualitas kebaikannya maka semakin besar peluang mendapatkan rahmat-Nya.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah..
Tentu saja selain perbuatan baik, perbuatan buruk juga tidak kalah penting untuk dievaluasi. Dalam setahun terakhir ini, misalnya, kita seyogyanya merenungkan perbuatan-perbuatan buruk yang pernah dilakukan. Perbuatan buruk di sini entah kepada Allah (artinya melanggar ketentuan-Nya) maupun kepada sesama makhluk (artinya melanggar hak-hak mereka).
Begitu juga perbuatan buruk di sini, baik yang disengaja maupun yang tidak sengaja. Semua jenis perbuatan buruk tersebut harus dievaluasi total sehingga kita menancapkan tekad yang bulat dalam sanubari agar tidak mengulangi lagi pada masa yang akan datang. Minimal kita bertekad untuk mengurangi dosa-dosa yang pernah dikerjakan pada masa lalu. Sebagaimana diketahui bahwa kita selaku manusia tidak luput dari salah dan dosa.
Artinya, kita tidak akan bisa menghindar dari kedua perbuatan tersebut. Namun yang bisa kita lakukan adalah niat untuk tidak melakukan kedua perbuatan tercela tersebut. Niat seperti inilah yang akan membuat kita mudah sadar sehingga mudah juga untuk mendapatkan hidayah berupa bertaubat. Nabi Muhammad saw pernah bersabda:
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Artinya: "Semua bani Adam (pasti) melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang (segera) bertaubat." (HR. Ibnu Majah)
Melalui hadits ini Nabi hendak menegaskan fitrah manusia bahwa mereka pasti melakukan kesalahan. Hanya saja kesalahan ini akan diampuni bila melakukan taubat atau (minimal) memohon ampunan. Maka dari itu, sekali lagi khatib mengajak untuk mengevaluasi seluruh perbuatan-perbuatan dosa yang pernah dilakukan dalam satu tahun ini, terutama dosa-dosa yang telah menjadi kebiasaan sehari-hari. Mulai saat ini hendaklah bertekad untuk mengurangi bahkan syukur-syukur meninggalkan perbuatan-perbuatan terlarang tersebut, baik yang kecil maupun yang besar.
Dengan demikian hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah.. Melalui momen pergantian tahun Islam ini, kita sambut dengan penuh syukur atas kesempatan yang diberikan Allah kepada kita sekaligus meningkatkan kualitas ibadah-ibadah yang telah dilakukan selama ini.
Begitu juga alangkah baiknya kita menjadikan momen ini sebagai ajang untuk berlomba-lomba dalam bertekad menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Baik dalam ibadah individu maupun dalam ibadah sosial. Sebab bila timpang antara keduanya maka pada sejatinya belum menjadi pribadi yang baik yang utuh. Semoga dengan melalui muhasabah pada akhir tahun ini dapat menjadi perantara kita mendapatkan taufik dan hidayah Allah untuk memperbaiki dan meningkatkan ibadah-ibadah kita. Amin
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَبِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقَ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلَّمُ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰ اَمَّابَعْدُ ۰ فَيَاعِبَادَ ﷲ... اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ. إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا: ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ، ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮْﺍ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮْﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ ...ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰسَيِّدِنَا ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁلهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اللهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ، اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 13 Juni 2025: Hilangkan Sombong dan Merasa Hebat Sendiri
4. Bermuhasabah saat Menyambut Tahun Baru Islam 1447 H
Khutbah I
اَلحَمدُ لله مُجَدِّدِ الْأَعْوَامِ عَامًا بَعدَ عَامٍ الَّذِي افتَتَحَ بِأَفْضَلِ الأَشهُرِ شَهرِ المُحَرَّمِ هَذَا العَام. أَشهَدُ أَن لَا إله إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ المَلكُ العَلّام. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ سَيِّدُ الأَنَامِ. اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَولَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَينِ مُتَلَازِمَينِ عَلَى مَمُورِ الدُّهُورِ وَالأَيَّامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ الله، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Ma’asyiral Muslimin yang berbahagia
Alhamdulillah sebentar lagi kita akan memasuki bulan Muharram. Bulan pertama Hijriyyah. Sebagai umat Islam, kita haruslah bersyukur dengan meningkatkan ketaqwan kita kepada Allah Swt, lebih giat beribadah dan beramal saleh. Dengan datangnya tahun baru ini, marilah kita perbaharui taubat kita, mengoreksi diri kita masing-masing, seberapa banyak kesalahan yang kita perbuat, seberapa besar perbuatan zalim kepada diri sendiri? Sudahkah kita memperbaikinya, beristighfar keharibaan Ilahi Rabbi? Akankah kita bisa memperbaikinya di tahun mendatang? Karena bukan seorang Mukmin yang sempurna jika hari ini tidak lebih baik dari hari kemarin, apalagi sampai mengalami penurunan.
Kaum Muslimin rahimakumullah
Kita perbaiki apa yang masih kurang pada diri kita, dan kita tingkatkan apa yang baik. Sebab bagaimanapun, diri kita sendirilah yang lebih mengetahuinya. Segala macam kesalahan yang diperbuat tidak akan bisa ditutupi, karena manusia itu sendiri yang akan menjadi saksi atas perbuatannya. Oleh karena itu Allah berfirman dalam surat Al-Qiyamah ayat 14 dan 15:
بَلِ الْإِنْسَانُ عَلَىٰ نَفْسِهِ بَصِيرَة، وَلَوْ أَلْقَىٰ مَعَاذِيرَه“
"Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.”
Dari sini, sebelum kita dihisab oleh Allah nanti di hari kiamat, kita teliti diri kita masing-masing. Di sana (ketika amal kita dihisab pada hari kiamat) semua perbuatan kita terbeber secara jelas. Dan diri kitalah yang akan menjadi saksi atas semua itu. Tangan, kaki, mulut dan seluruh anggota badan kita akan menjadi saksi atas perbuatan-perbuatan yang telah kita lakukan seperti tersebut dalam surat an-Nur ayat 24:
يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”
Kaum Muslimin yang berbahagia
Pada dasarnya manusia mendapatkan perintah untuk muhasabah, mengoreksi dan meneliti pribadinya setiap saat. Sebabbarang siapa meneliti pribadinya sendiri, menghitung amal perbuatannya di dunia, niscaya perhitungan amalnya akan mudah di akhirat. Dan manusia yang bertaqwa adalah mereka yang beramal untuk masa depan yang abadi, yaitu kebahagiaan di akhirat yang mendapatkan ridla dari Allah Swt.
Sebaliknya, orang yang durhaka ialah mereka yang hanya selalu menuruti hawa nafsunya, akan tetapi dia mengharapkan kenikmatan dan anugerah di kemudian hari. Betapa nistanya orang tersebut, mengharap buah dari apa yang tidak ia tanam. Ketakwaan seorang hamba tidak akan sempurna sampai ia mau bermuhasabah terhadap pribadinya sendiri. Sebagaimana dalam sebuah petuah dari Maimun bin Mahran:
لَا يَكُونُ الْعَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ مِنْ أَيْنَ مَطْعَمُهُ وَمَلْبَسُهُ
“Seseorang tidak akan bertakwa hingga ia mengoreksi pribadinya sebagaimana ia mengoreksi orang lain, dari mana ia mendapatkan makan dan pakaiannya?”
Kaum muslimin yang berbahagia
Muhasabah bukan berarti ‘ujub, bukan menganggap diri paling benar. Sebab yang merasa pribadinya benar, walaupun ia benar, maka ia lebih jelek dari orang yang salah, namun ia merasa pribadinya salah. Yang tak habis pikir orang yang salah tapi merasa benar. Oleh karena itu, kita haruslah menanam benih-benih kebaikan agar nantinya kita bisa menuai dan memetik buahnya. Muhasabah adalah sebuah anjuran dan perintah yang harus kita jalani sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat al-Hasyr ayat 18:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Secara tersirat ayat tersebut merupakan anjuran muhasabah terhadap amal yang telah kita lakukan. Dari sini sahabat Umar bin Khattab RA berkata:
وَيُرْوَى عَن عُمَرَبنِ الخَطَّابِ قَالَ: حَاسِبُوا أَنفُسَكُم قَبلَ أَن تُحَاسَبُوا وَزِنُوهَا قَبلَ أَن تُوزَنُوا وَإِنَّما يَخِفُّ الحِسَابُ يَومَ القِيَامَةِ عَلَى مَن حَاسَبَ نَفسَهُ فِي الدُّنيَا
“Hitunglah amalmu sendiri sebelum kalian dihisab (di hari kiamat), dan timbanglah (amal) kalian sebelum (amal) kalian ditimbang (di hari kiamat). Dan pada hari kiamat hisab akan ringan hanya atas orang yang pada saat di dunia dia menghitung amalnya.”
Kaum Muslimin yang berbahagia
Akhir taun ini adalah momen yang tepat untuk mengkoreksi segala aktivitas kita, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Namun yang terpenting adalah kehidupan masa depan kita, yaitu kehidupan kekal di akhirat yang mendapatkan ridha dari Allah. Marilah kita ayunkan langkah kita untuk menggapai cita-cita dan meraih segala impian kita.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُم فِى القُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِفَهْمِهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرً
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ اللّهُمَّ وَارْضَ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Baca juga: Teks Khutbah Jumat 13 Juni 2025/17 Zulhijah 1446 H: Mentadaburi Makna Hijrah pada Tahun Baru Hijriah
5. Mentadaburi Makna Hijrah pada Tahun Baru Hijriah
Khutbah I
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Hari berganti hari, pekan berpindah pekan, bulan menyusul bulan, tahun bergulir dan berlalu, berganti dengan yang baru.
Tidak lama lagi, masyarakat muslim akan segera memasuki pekan pertama di Bulan Muharam tahun 1446 Hijriah.
Perlu kita bertanya dan mengevaluasi diri sendiri, sepanjang tahun 1445 yang lalu, apakah ada perubahan dan penambahan nilai-nilai positif pada diri kita? Jikalau sudah, mari kita terus pelihara dan tingkatkan agar menjadi amal terbaik di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Namun jika dirasa kurang, mari kita berkomitmen di tahun baru ini, untuk bisa lebih baik lagi dalam beribadah dan beramal sholeh, sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin, tahun ini lebih baik dari tahun yang lalu.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Pada kesempatan khutbah Jumat ini, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terdapat dalam surah Al-Baqarah [2], ayat 218;
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أُو۟لَٰٓئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللهِ, وَاللهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ulama kontemporer Syaikh Nashiruddin bin Nashir As-Sa’di menjelaskan ayat di atas, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tentang tiga hal yang harus dimilki seseorang jika ingin mendapat rahmat dan ampunan-Nya. Tiga hal itu adalah iman, hijrah dan jihad.
Keimanan merupakan pembeda antara Muslim dan Kafir. pemisah antara penghuni surga dan neraka. Iman juga menjadi rujukan, apakah ibadah dan amalan kebaikan seseorang akan diterima di sisi Allah Ta’ala, atau ditolak dan menjadi sia-sia belaka.
Hijrah adalah meninggalkan segala keburukan dan kemaksiatan, menuju kepada kebaikan dan ketaatan, untuk mencari ridha Allah Ta’ala semata. Seseorang yang berhijrah dengan niat mendekatkan diri dan mencari ridha Allah Ta’ala saja, maka mereka dijanjikan akan mendapat pertolongan dan kasih sayang-Nya.
Sementara Jihad adalah mengerahkan segala daya dan upaya dalam beribadah dan beramal shalih menuju ketaatan. Hijrah juga bisa dimaknai usaha yang maksimal dalam membela agama Allah Ta’ala dan memberantas segala kemaksiatan.
Jihad adalah puncak dari segala amal dan ganjaran bagi seseorang yang melakukannya adalah surga yang paling utama, yakni surga Firdaus.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Dalam hijrah, setelah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam sampai di Yatsrib, beliau mengubah namanya menjadi Madinah. Yatsrib artinya tempat yang kotor dan tertinggal. Sementara Madinah artinya sebuah kota, tempat membangun peradaban mulia.
Perubahan nama Yatsrib menjadi Madinah memberi pesan tentang perjuangan dan usaha yang sungguh-sungguh dari Nabi Shallallahu alaihi Wasalam bersama kaum Muhajirin dan Anshar dalam mewujudkan masyarakat berkarakter Islami, memiliki peradaban yang tinggi.
Ketika masih di Makkah, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam menanamkan tauhid sebagai pondasi utama membangun peradaban. Selanjutnya, pada periode Madinah, turun ayat-ayat tentang hukum, sejarah, muamalah, dan syariat lainnya sebagai pilar utama pembangunan peradaban masyarakat.
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi Rahimahullah dalam bukunya berjudul “As-Sunnah; Mashdaran lil Ma’rifat wal-Hadharah” (Sunnah sebagai sumber Iptek dan Peradaban) menegaskan bahwa kaum Muslimin adalah umat yang beradab. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menegaskan bahwa “Kalian (Kaum Muslimin) adalah umat terbaik.” karena kalian telah beriman dan melaksanakan amar makruf nahi munkar (QS Ali Imran [3]: 110).
Peradaban yang dikehendaki Islam, BUKAN yang hanya memperhatikan aspek materi, jasmani dan kemewahan dunia saja. Peradaban Islam adalah sebuah keadaan masyarakat yang memiliki hubungan kuat antara manusia dengan Tuhannya, menghubungkan penduduk bumi dengan pemilik langit dan alam semesta. Kehidupan dunia dijadikan sebagai washilah (sarana) untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal abadi, selama-lamanya.
Peradaban Islam menggabungkan unsur spiritual dengan material, menyeimbangkan antara akal dengan hati, menyatukan ilmu dengan iman dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan akhlak mulia, seiring dengan peningkatan materi yang didapat dalam bekerja dan berusaha.
Dalam rangka mewujudkan peradaban itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan rahmat-Nya mengutus Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam. Beliau mengemban syariat yang sempurna lagi paripurna, sangat memperhatikan keseimbangan aspek spiritual dan material, individu dan sosial, rabbani dan insani, keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Islam mengajak manusia menjadi umatan washatan (umat pertengahan) yang menuntun umat manusia menegakkan keadilan, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, berdasarkan keimanan kepada Allah Yang Maharahman.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam tidak membangun masyarakat berdasarkan fanatisme kelompok. Mitsaqul Madinah (Piagam Madinah) dibuat dan disepakati bersama dalam rangka membangun hubungan antar sesama anggota masyarakat dengan prinsip keadilan dan keseimbangan.
Piagam Madinah sebagai titik temu antara masyarakat Madinah yang majemuk saat itu, dengan adanya kaum Muslimin, orang Yahudi, dan suku-suku lain yang masih dalam kepercayaan mereka (belum masuk Islam).
Pelajaran berharga dari adanya Piagam Madinah ialah, hijrah hendaknya mampu membawa perubahan, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga bagi masyarakat secara umum.
Dalam merealisasikan terwujudnya peradaban mulia, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam melakukan usaha maksimal, pengorbanan, keteguhan prinsip, keseriusan, kesabaran, dan keikhlasan.
Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam berpesan dalam sebuah hadits, sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Umar bin Khattab Rahiallahu anhu:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ (رواه البخارى)
“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.” (HR Al-Bukhari).
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Hijrah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam dan para sahabatnya memberi beberapa pelajaran kepada kita, antara lain:
Pertama: Pentingnya Persiapan/Perencanaan (Planning).
Sebelum hijrah beliau telah membuat perencanaan yang matang, memilih sahabat yang akan menemaninya, yaitu Abu Bakar Rahiallahu anhu, hingga memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk menggantikan beliau di tempat tidurnya dan mengembalikan barang-barang yang dititipkan kepada beliau.
Kedua: Pengorbanan dalam Perjuangan
Ketika Abu Bakar Rahiallahu anhu memberi hadiah unta sebagai bekal hijrah, beliau menolaknya dan bersikeras untuk membelinya. Di sini beliau mengajarkan bahwa untuk mencapai usaha besar diperlukan pengorbanan yang maksimal.
Pengorbanan besar juga yang dilakukan oleh seluruh sahabat yang hijrah. Mereka tinggalkan keluarga, tanah kelahiran dan harta yang mereka cintai, demi dapat menunaikan syariat-syariat Islam.
Ketiga: Mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar
Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam mempersaudarakan kaum Muhajirin (dari Makkah) dan Anshar (penduduk asli Madinah). Dari persaudaraan itulah terlajin kerja sama, saling membantu dan menguatkan satu sama lain.
Keempat: Membangun Masjid sebagai pusat Koordinasi
Setelah sampai di Madinah, beliau Shallallahu alaihi Wasalam membangun Masjid Nabawi sebagai pusat koordinasi, pendidikan, menyelesaikan persoalan-persoalan sosial, hingga persiapan untuk mengirimkan delegasi dakwah dan peperangan.
Kelima: Mengembangkan Pendidikan
Setelah masjid Nabawi selesai didirikan, beliau mendirikan tempat pendidikan bernama As-Shuffah. Di sanalah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam mengajari mereka berbagai ilmu sebagai pilar-pilar membangun peradaban.
Dari pelajaran di atas, kiranya kita semua mampu menerapkannya dalam kehidupan, sehingga tahun baru Hijriah 1446 ini akan membawa keberkahan bagi kita semua.
Dengan semangat hijrah, mari kita bangun peradaban yang tinggi, keadilan, dan mewujudkan persatuan sehingga Islam mampu menjadi rahmat bagi seluruh manusia dan seluruh makluk ciptaan-Nya. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللّٰهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللّٰهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ , وَقَالَ اَيَضًا،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
(*)
Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News
Khutbah Jumat Tahun Baru Hijriah
Khutbah Jumat Zulhijah
Naskah Khutbah Jumat Terbaru
Naskah Khutbah Jumat Hari Ini
Naskah Khutbah Jumat
Teks Khutbah Jumat
Contoh Teks Khutbah Jumat
khutbah Jumat
Tahun Baru 1447 Hijriah
Teks Khutbah Jumat 13 Juni 2025/17 Zulhijah 1446 H: Hijrah di Tahun Baru Hijriah |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat 13 Juni 2025: Sombong Awal Mula Kehancuran |
![]() |
---|
Naskah Singkat Khutbah Jumat 13 Juni 2025: Pentingnya Menjaga Keikhlasan Dalam Beribadah |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat 13 Juni 2025: Hilangkan Sombong dan Merasa Hebat Sendiri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.