Naskah Khutbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat 13 Juni 2025/17 Zulhijah 1446 H: Menjadi Pribadi Lebih Baik di Tahun Baru Islam

Naskah Khutbah Jumat 13 Juni 2025/ 17 Zulhijah 1446 H: Menjadi Pribadi Lebih Baik di Tahun Baru Islam

Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: ferri amiril
Ilustrasi/ Pixabay
KHUTBAH JUMAT BARU - Naskah Khutbah Jumat 13 Juni 2025/17 Zulhijah 1446 H: Menjadi Pribadi Lebih Baik di Tahun Baru Islam (Ilustrasi/ Pixabay) 

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ..... 

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi ....” (QS. Al-Taubah: 36) 

Ibnu ‘Asyur di dalam kitab tafsirnya, al-Tahrir wa al-Tanwir juz 10 halaman 180 – 181 mengatakan bahwa maksud kata ‘syuhur’ di sini adalah bulan-bulan Qamariyah, yaitu hitungan waktu berdasarkan peredaran bulan, bukan matahari. Bulan Qamariyah ini menjadi lebih dulu ketenarannya dalam penetapan waktu karena dinilai memudahkan untuk menentukan waktu-waktu kejadian dan momen-momen sejarah masa lalu. Bulan Dzulhijjah merupakan bulan terakhir dalam kalender Qamariyah, dan hari ini kita sudah memasuki penghujung bulan ini. 

Dengan demikian, dalam waktu dekat, sebelum pergantian tahun marilah kita merenungkan atas apa saja yang telah kita lakukan selama satu tahun, entah perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Perbuatan baik perlu direnungkan juga demi memastikan kalau perbuatan tersebut tidak ada unsur lain yang dapat menciderainya. Dengan kata lain, ibadah yang kita lakukan, baik ibadah individual maupun sosial ditujukan untuk mendapatkan ridha Allah swt. 

Tidak ada tujuan lain yang terselip dalam setiap perbuatan baik yang sudah dilakukan selama satu tahun kemarin. Selain itu, perbuatan baik juga perlu dimuhasabah agar pada masa yang akan datang dapat dikembangkan lebih baik lagi. Sebab jika monoton begitu saja, maka ibadah kita akan stagnan. 

Artinya, ibadah kita tidak bertambah dalam kualitas maupun kuantitas. Padahal Nabi pernah mengingatkan melalui sabdanya yang diriwayatkan Imam al-Tirmidzi di dalam kitab Sunan-nya:

 أَنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ، قَالَ: مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ، قَالَ: فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ؟ قَالَ: مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ 

Artinya: “Sesungguhnya ada seseorang yang bertanya: “wahai Rasulullah, siapakah manusia paling baik?”, Nabi menjawab: “Orang yang panjang usianya dan bagus perbuatannya.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapakah manusia paling buruk?”, Nabi menjawab: “Orang yang panjang usianya dan buruk perbuatannya.” (HR. Al-Tirmidzi)

Syekh al-Mubarakfuri saat mensyarahi hadits ini, mengutip perkataan al-Thibi, mengatakan bahwa seluruh waktu dan masa mirip seperti modal bagi seorang pedagang yang dikelola untuk mendapatkan keuntungan. Semakin besar modalnya, maka keuntungannya juga semakin besar. Begitu pula dengan orang yang memanfaatkan usianya dengan memperbanyak amal kebaikan maka telah beruntung dan berhasil. Dan barang siapa yang menyia-nyiakan modalnya maka tidak akan beruntung bahkan mengalami kerugian yang nyata. 

Mengapa demikian? Karena kita dianugerahi panjang usia, dikaruniai kesempatan melanjutkan kehidupan, serta diberi waktu yang misteri batasnya, namun malah tidak memanfaatkannya seoptimal mungkin dengan meningkatkan kualitas ketakwaan. Kita merasa cukup dengan kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan sehingga merasa tidak perlu lagi menaikkan levelnya. Di sinilah letak kerugian kita.  

Seyogyanya kita tidak boleh merasa puas dan cukup atas perbuatan-perbuatan baik yang sudah dilakukan. Kita perlu selalu meningkatkannya sebagai bentuk syukur atas kesempatan waktu yang diberikan Allah kepada kita untuk menambah nilai ibadah. Sebab itulah yang akan menjadi penilaian Allah untuk memberikan rahmat-Nya kelak di akhirat: semakin berkualitas kebaikannya maka semakin besar peluang mendapatkan rahmat-Nya. 

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah.. 

Tentu saja selain perbuatan baik, perbuatan buruk juga tidak kalah penting untuk dievaluasi. Dalam setahun terakhir ini, misalnya, kita seyogyanya merenungkan perbuatan-perbuatan buruk yang pernah dilakukan. Perbuatan buruk di sini entah kepada Allah (artinya melanggar ketentuan-Nya) maupun kepada sesama makhluk (artinya melanggar hak-hak mereka). 

Begitu juga perbuatan buruk di sini, baik yang disengaja maupun yang tidak sengaja. Semua jenis perbuatan buruk tersebut harus dievaluasi total sehingga kita menancapkan tekad yang bulat dalam sanubari agar tidak mengulangi lagi pada masa yang akan datang. Minimal kita bertekad untuk mengurangi dosa-dosa yang pernah dikerjakan pada masa lalu. Sebagaimana diketahui bahwa kita selaku manusia tidak luput dari salah dan dosa. 

Artinya, kita tidak akan bisa menghindar dari kedua perbuatan tersebut. Namun yang bisa kita lakukan adalah niat untuk tidak melakukan kedua perbuatan tercela tersebut. Niat seperti inilah yang akan membuat kita mudah sadar sehingga mudah juga untuk mendapatkan hidayah berupa bertaubat. Nabi Muhammad saw pernah bersabda: 

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved