Idul Adha 1446 H
3 Teks Khutbah Idul Adha 1446 H/2025 : Memaksimalkan Ibadah Kurban dengan Ketaatan Penuh pada Allah
3 Teks Khutbah Idul Adha 1446 H/2025 Bertema Memaksimalkan Ibadah Kurban dengan Ketaatan Penuh pada Allah
Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: Dedy Herdiana
TRIBUNPRIANGAN.COM - Berikut ini terdapat 3 Teks Khutbah Idul Adha 1446 H/2025 Bertema Memaksimalkan Ibadah Kurban dengan Ketaatan Penuh pada Allah.
Hari Raya Idul Adha sudah semakin dekat.
Salah satu rukun dalam melaksanakan Hari Raya Idul Adha, adalah menggelar Sholat.
Permulaan shalat sunnah hari raya Seperti Idul Adha, diwajibkan untuk menyampaikan khutbah, sebagai pengingat bagi umat Muslim.
Khutbah dengan tema Idul Adha bisa menjadi cara dakwah untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Baca juga: Naskah Khutbah Idul Adha 6 Juni 2025: Kurban sebagai Perwujudan Takwa
Khutbah dengan tema Idul Adha bisa dibawakan ketika sholat Jumat atau saat sholat Idul Adha.
Lewat contoh khutbah yang telah dirangkum, khatib bisa mengajak sekaligus mengingatkan kepada jemaah tentang pentingnya menjaga keimanan dan ketakwaan melalui ibadah kurban.
Berikut ini TribunPriangan telah merangkum sedikitnya 3 Contoh Teks Khutbah Sholat Idul Adha yang bisa dijadikan referensi saat Pelaksanaan Shalat Id nanti.
3 Teks Khutbah Idul Adha 1446 H/2025
1. Kurban, Ibadah Menuju Jalan Cinta dan Tunduk kepada Allah SWT
اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ.
اْلحَمْدُ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنسْتغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ. وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أنْ لاَ إلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ هَذَا الرَّسُوْلِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Hadirin jemaah shalat Id rahimahumullah Allaahu Akbar
Baca juga: Naskah Khutbah Idul Adha 6 Juni 2025: Haji dan Kurban, Barometer Keimanan dan Ketakwaan
(9x) walillaahil-hamdu.
Pertama-tama, marilah kita mengucapkan alhamdulillah dan puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita masih dapat berkumpul dan merayakan Hari Raya Idul Adha pada tahun ini.
Tak lupa, marilah kita bersholawat serta salam kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang selalu menekankan betapa pentingnya berkurban sebagai tanda hamba yang taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Keluargaku semua yang berbahagia Hari ini bukan sekadar hari menyembelih hewan, namun Idul Adha adalah momentum spiritual bagaimana kita kembali merenungi makna pengorbanan, ketundukan, dan cinta sejati kepada Allah SWT.
Dalam momen inilah, kita meneladani kisah agung Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, yang menunjukkan kepada kita arti sejati dari sebuah kurban. Pertama-tama, saya selaku khatib meminta izin sedikit menjelaskan makna Idul Adha dan kurban.
Hari raya Idul Adha bukan hanya perayaan yang meriah dengan hewan-hewan sembelihan. Lebih dari itu, hari raya ini adalah peringatan akbar tentang ketaatan dan pengabdian kepada Allah SWT.
Baca juga: Naskah Khutbah Idul Adha 6 Juni 2025: Hari Raya, Cinta, dan Kepedulian pada Sesama
Kata kurban berasal dari bahasa Arab qurban. Artinya adalah "pendekatan diri". Maka dari itu, setiap tetesan darah hewan kurban sejatinya menjadi saksi keikhlasan kita dalam mendekatkan diri kepada Allah. Karena kurban berasal dari kisah Nabi, khatib akan menerangkan betapa pentingnya kita menerapkan suri teladan Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS menunjukkan cinta dan ketundukan kepada Allah SWT.
Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail adalah inti dari esensi kurban. Allah SWT memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih putranya sendiri. Lalu, apa yang terjadi Nabi Ibrahim AS memberikan kata mengharukan sebagaimana telah diabadikan dalam dalil Al-Quran dari Surat As-Saffat Ayat 102, Allah SWT berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: "Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar." (QS. As-Saffat, 37:102).
Ini bukan sekadar kisah sejarah, namun sesungguhnya menjadi pelajaran hidup yang berarti bahwa, ketaatan kepada Allah harus melebihi cinta terhadap apapun di dunia ini, termasuk anak sendiri.
Ma'asyiral muslimin rahimahumullah
Khatib akan menerangkan tentang takwa sebagai esensi kurban, bukan daging. Sebagaimana dalam dalil Al-Quran dari Surat Al-Hajj Ayat 37, Allah SWT berfirman:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: "Daging-daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya." (QS. Al-Hajj, 22:37).
Melalui tafsir ayat ini, maka kurban adalah simbol penghancuran ego dan penyerahan total kepada Sang Pencipta. Allah SWT tidak butuh dagingnya, yang Allah kehendaki adalah hatimu yang bersih, niatmu yang tulus, dan takwamu yang sejati.
Selanjutnya, akan membahas kondisi kurban di zaman sekarang tidak lepas dari harta dan keikhlasan. Di era modern, bentuk pengorbanan kita bukan lagi menyembelih anak. Pengorbanan dalam esensi kurban adalah menyembelih rasa cinta berlebih terhadap harta, kenyamanan, dan gengsi.
Banyak orang mampu secara materi, namun berat berkurban karena hatinya belum ikhlas. Oleh karena itu, marilah kita bertanya kepada diri sendiri "Sudahkah kita menjadikan kurban sebagai sarana membersihkan jiwa dari cinta dunia? Atau sekadar menggugurkan kewajiban tahunan?".
Nilai kurban akan bersifat nyata apabila kita menjalankan dengan niat semata-mata karena Allah. Jemaah shalat Id sekalian yang dibahagiakan Allah Demikianlah sesi khutbah Idul Adha pertama pada kesempatan ini. Saudaraku, Idul Adha adalah panggilan untuk kembali mencintai Allah melebihi segalanya. Kurban bukan sekadar penyembelihan hewan, tetapi momentum penyembelihan hawa nafsu, ego, dan cinta dunia yang berlebihan. Mari kita hidupkan semangat kurban dalam kehidupan sehari-hari: taat, tunduk, dan ikhlas dalam menjalankan setiap perintah-Nya. Semoga Allah menerima ibadah kurban kita, dan menjadikan kita hamba-hamba yang dekat kepada-Nya. Aamiin.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ. إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
Baca juga: 5 Contoh Naskah Khutbah Idul Adha 6 Juni 2025 Resmi dari Kemenag, MUI, NU, dan Muhammadiyah
2. Toleransi dalam Kurban, Pesan untuk Merawat Kerukunan Umat
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.
اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ. الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar (9x), walillahillhamd.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, saudaraku yang berbahagia Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta'ala yang telah melimpahkan karunia dan rezeki kepada kita semua, sehingga kita masih dapat kesempatan berkumpul di sini di hari istimewa, Hari Raya Idul Adha.
Khatib senantiasa mengajak jemaah sekalian marilah sholawat dan salam tercurahkan kepada Nabi kita Baginda Nabi Muhammad SAW. Berkat beliau, kita semoga masuk golongan beriman dan selamat di akhirat nanti. Aamiin.
Hadirin shalat Id dirahmati Allah Subhanahu wa ta'ala Saya selaku khatib bertugas di sini menerangkan sedikit bahwa, Idul Adha selalu menjadi hari begitu diistimewakan selain Idul Fitri bagi umat Islam di seluruh dunia.
Bahkan, Idul Adha lebih dari sekadar menyembelih hewan kurban, sejatinya perayaan pada kesempatan hari ini bentuk menyemarakkan peringatan atas keteladanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam hal ketaatan, pengorbanan, dan keikhlasan kepada Allah SWT. Namun, dalam konteks masyarakat yang majemuk seperti Indonesia, Idul Adha juga bisa menjadi panggung untuk memperkuat nilai toleransi antarumat beragama.
Kemudian, melalui Idul Adha juga sebagai momentum memperkuat nilai kemanusiaan, dan menebarkan kasih sayang kepada sesama manusia, tanpa membedakan apa pun latar belakangnya. Makna kurban di Hari Raya Idul Adha ini tidak lepas kita setidaknya wajib belajar dari keteladanan Nabi Ibrahim AS. Apakah kita masih mengingat kisah Nabi Ibrahim AS dan anaknya, Ismail AS? Perjalanan pengorbanan mereka adalah fondasi utama dalam peringatan Idul Adha.
Pengorbanan mereka bukan hanya bentuk ketaatan kepada Allah, melainkan membentuk penguatan simbol dari keikhlasan untuk menyingkirkan ego pribadi dan kepentingan duniawi demi misi ilahi.
Dalam konteks sosial, ada makna menjadi ajakan untuk mengorbankan sikap fanatisme, prasangka, dan kebencian, agar dapat hidup damai berdampingan.
Seperti redaksi dalam dalil Al-Qur’an lewat Surat As-Saffat Ayat 103 bahwa, Allah SWT berfirman:
فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ
Artinya: "Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah)." (QS As-Saffat: 103).
Ma'asyiral muslimin rahimahumullah
Islam adalah agama yang membawa rahmat, dalam penegasan dari redaksi Surat Al-Anbiya Ayat 107, Allah SWT berfirman:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
Artinya: "Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam." (QS. Al-Anbiya, 21:107).
Dalam Al-Quran, Allah SWT melalui Surat Al-Hujurat Ayat 13 juga menegaskan bahwa keragaman adalah bagian dari rencana-Nya, Dia berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat, 49:13).
Rasulullah SAW juga mencontohkan hidup berdampingan secara damai dengan non-Muslim dalam Piagam Madinah, di mana seluruh penduduk Madinah, termasuk kaum Yahudi, dihormati hak-haknya sebagai warga negara. Sidang shalat Id yang dibanggakan Allah Dalam praktiknya, daging kurban tidak hanya boleh diberikan kepada sesama Muslim, tetapi juga kepada non-Muslim dalam konteks ukhuwah insaniyah (persaudaraan kemanusiaan).
Sebagaimana dalam penjelasan dari para ulama kontemporer, seperti Syaikh Yusuf al-Qaradawi dan Prof. Quraish Shihab. Hal ini diperbolehkan terutama jika bertujuan mempererat silaturahmi dan menunjukkan kebaikan Islam. Dengan berbagi daging kurban kepada tetangga non-Muslim, umat Islam mencontoh akhlak Rasulullah yang lembut dan penuh kasih. Ini juga menjadi bentuk dakwah bil hikmah.
Kaum muslimin rahimahumullah
Demikian khatib menyampaikan sedikit khutbah pertama hari ini. Melalui khutbah Idul Adha adalah momentum strategis untuk menanamkan pesan-pesan kerukunan antarumat, menyampaikan bahwa Islam mengajarkan cinta, bukan kebencian. Di tengah situasi dunia yang kerap dipenuhi polarisasi dan konflik identitas, umat Islam perlu hadir sebagai solusi, bukan sumber masalah.
Seruan toleransi dalam khutbah menjadi salah satu bentuk "kurban batiniah, yakni mengorbankan ego kelompok demi kerukunan umat, menebar pesan damai Idul Adha, dan memperkuat ukhuwah wathaniyah.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ. إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
Baca juga: Naskah Khutbah Idul Adha 30 Mei 2025/ 3 Zulhijah 1446 H: Memaknai Haji dalam Kehidupan Sehari-hari
3. Makna Kurban Terkoyak oleh Perbuatan Maksiat Jadi Peringatan di Hari Raya
اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ.
اْلحَمْدُ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنسْتغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ. وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أنْ لاَ إلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ هَذَا الرَّسُوْلِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar (9x) walillahillhamd.
Jemaah sekalian yang dilimpahkan rezeki oleh Allah Pertama-tama, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga kita masih mendapat kesempatan merasakan hari yang agung setelah Hari Raya Idul Fitri selesai, yakni Hari Raya Idul Adha.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, suri teladan terbaik dalam hal pengorbanan, keikhlasan, dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Jemaah shalat Id yang dimuliakan Allah,
Khatib kembali mengingatkan bahwa, momentum terbaik Hari Raya Idul Adha tidak serta merta menjelaskan tentang menyembelih hewan kurban belaka, namun memberikan esensi sebagai peringatan agung mengetahui keteladanan dilakukan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.
Keteladanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail menjadi esensi kurban yang wajib dijaga karena keduanya memberikan makna besar apa itu ketaatan tanpa syarat kepada perintah Allah.
Jika kita menyimpulkan dari kisah tersebut, inti dari makna kurban adalah ketaatan, keikhlasan, serta pengorbanan. Allah SWT berfirman dalam Kitab Suci Al-Quran melalui Surat Al-Hajj Ayat 37:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ
Artinya: "Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu." (QS. Al-Hajj, 22:37).
Khatib menumpahkan tafsir dari ayat 37 ini bahwa, Allah SWT menunjukkan ibadah kurban sebagai pembuktian hamba-Nya agar bisa bertakwa dengan menyertai ibadah tersebut.
Namun, betapa ironisnya, banyak di antara kita yang menyambut Idul Adha dengan euforia duniawi yang melampaui batas.
Tak hanya itu, tak sedikit dari kita bahkan mencemari kesuciannya dengan berbagai bentuk maksiat dan kesia-siaan.
Sebagian umat yang mengotori kemuliaan Hari Raya Idul Adha, di antaranya:
1. Berpakaian seronok atau berlebihan saat berlebaran.
2. Memamerkan hewan kurban di media sosial demi riya dan pujian.
3. Sibuk berpesta hingga lalai dari shalat dan dzikir. Semua ini bukan sekadar kesalahan sepele, namun sangat merusak esensi dari ibadah kurban itu sendiri.
Dalam sebuah hadis riwayat pernah diingatkan agar umat Islam jangan tergila-gila dengan pujian, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang berkurban karena ingin dipuji manusia, maka tidak ada baginya pahala dari Allah." (HR. Ahmad, no. 17397).
Idul Adha sejatinya adalah hari suci yang harus dihiasi dengan amal shalih, bukan dengan kelalaian atau kemewahan semu. Ketika maksiat dilakukan pada hari yang mulia, apalagi saat Hari Raya Idul Adha, maka sangat rentan mengundang kemurkaan Allah SWT pun semakin besar.
Khatib mengingatkan jangan sampai hari yang seharusnya membawa berkah, justru menjadi sebab turunnya musibah dan bencana, baik secara pribadi maupun sosial. Umat Islam yang hidup di zaman dahulu telah mendapat banyak pengalaman besar tentang kejatuhan moral akibat meninggalkan ketaatan, meskipun tampak secara lahir mereka beribadah. Hal ini menjadi pelajaran penting agar kita tidak hanya mengandalkan simbol keagamaan, tapi juga menghidupkan ruh keimanan dalam kehidupan sehari-hari.
Hadirin shalat Id rahimakumullah,
Demikianlah khutbah Idul Adha pertama yang begitu singkat tetapi bermanfaat untuk kita semua pada kesempatan hari ini. Mari menjadikan hari raya yang mulia ini sebagai momen muhasabah dan perbaikan diri. Kewajiban kita mulai hari ini, marilah membiasakan diri untuk istighfar, sedekah, silaturahmi, dan dzikir.
Setidaknya menggantikan maksiat dengan amal, sekaligus menjadikan rumah-rumah kita sebagai tempat kebaikan, bukan ajang kesia-siaan. Semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah kita, termasuk kurban yang kita tunaikan dan bagi yang belum segera dipermudah oleh-Nya. Dan semoga kita semua termasuk dalam golongan hamba-Nya yang kembali kepada fitrah dengan penuh keikhlasan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ. إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
(*)
Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News
Lebaran Idul Adha 1446 H
Naskah Khutbah Idul Adha 1446 H
Idul Adha 1446 H
Idul Adha
Teks Khutbah Idul Adha
khutbah Idul Adha
kurban
Naskah Khutbah Idul Adha 6 Juni 2025: Haji dan Kurban, Barometer Keimanan dan Ketakwaan |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Idul Adha 6 Juni 2025: Hari Raya, Cinta, dan Kepedulian pada Sesama |
![]() |
---|
Kumpulan Naskah Khutbah Idul Adha 6 Juni 2025 Resmi dari Kemenag, MUI, NU, dan Muhammadiyah |
![]() |
---|
5 Contoh Naskah Khutbah Idul Adha 6 Juni 2025 Resmi dari Kemenag, MUI, NU, dan Muhammadiyah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.