Breaking News

Naskah Khutbah Jumat

3 Naskah Khutbah Jumat 30 Mei 2025/3 Zulhijah 1446 H: Kematian Sebagai Pengingat Hidup

3 Naskah Khutbah Jumat 30 Mei 2025/ 3 Zulhijah 1446 H dengan Arti Mendalam Tentang Kematian

Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: ferri amiril
TribunPekanbaru.com
NASKAH KHUTBAH JUMAT - 3 Naskah Khutbah Jumat 30 Mei 2025/ 3 Zulhijah 1446 H dengan Arti Mendalam Tentang Kematian. Ilustrasi Sholat Jenazah (archive.kepriprov.go.id/TribunPekanbaru.com) 

TRIBUNPRIANGAN.COM - Berikut ini terdapat 3 Contoh Khutbah Jumat Terbaru 2025 dengan Arti Mendalam Tentang Kematian

Salah satu rukun pada hari Jumat adalah penyamapaian Khutbah oleh sang khatib.

Islam menganjurkan supaya khutbah tidak disampaikan terlalu panjang agar jemaah tidak bosan. 

Sekadar informasi, ajuran untuk menyampaikan khutbah secara singkat terdapat di dalam sebuah hadits riwayat Muslim dan Ahmad berikut ini.

عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ طُولَ صَلاَةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ فَأَطِيلُوا الصَّلاَةَ وَاقْصُرُوا الْخُطْبَةَ وَإِنَّ مِنْ الْبَيَانِ سِحْرًا (رواه مسلم وأحمد)

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 23 Mei 2025: Amalan-amalan Menyambut Bulan Dzulhijjah

Artinya: "Dari Ammar Ibn Yasir (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesunggunguhnya panjangnya sholat dan pendeknya khutbah seorang khatib adalah tanda kepahaman seseorang tentang agama. Oleh karena itu panjangkanlah sholat dan persingkatlah khutbah; sesungguhnya dalam penjelasan singkat ada daya tarik." (HR Muslim dan Ahmad)

Ada berbagai jenis topik khutbah Jumat, namun kali ini TribunPriangan.com ingin mengulas 5 Contoh Khutbah Jumat Terbaru 2025 dengan Arti Mendalam Tentang Kematian.

1. Tak Ada yang Bisa Lari dari Sakitnya Kematian

Khutbah I

إِنَّ اْلحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِناَ. مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضَلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَا دِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. الَّلهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّد وَ عَلىَ اٰلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ فَياَعِبَادَ اللهِ. أُصِيْكُمْ وَإَيّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Kaum Muslimiin jam’ah Jum’at yang kami hormati…

Marilah hati dan pikiran kita, kembali kita tujukan kepada Allah Rabbul ‘alamiin. Kita renungi keagungan dan kebesaran sifat, kekuasaan dan rahmat yang selalu diberikan kepada kita manusia.

Bagi hati yang hidup pasti ia selalu merasa puas dan gembira serta bersyukur atas segala nikmat yang telah dicurahkan kepadanya.  Rasa syukur yang dapat menumbuhkan kesadaran, sadar apa yang dikatakan bahwa ini dan itu adalah milik saya yang pada hakekatnya adalah titipan Allah semata-mata.

Bahkan nyawa yang ada pada kita, juga merupakan milik Allah, kita hnya sebagai hak pakai saja. Dengan demikian insya Allah akan timbul dari jiwa kita rasa taqwa kepada Allah, sekaligus memahami bahwa semua makhluk yang berada di alam ini, tanpa kecuali semua akan mengalami kematian.

Kaum Muslimiin jam’ah Jum’at yang kami hormati…

Tidak ada satu makhlukpun Allah ciptakan abadi atau kekal selamanya di dunia ini. Tidak ada pandang bulu, apa dia orang baik, durhaka, kuat, kaya, miskin atau berpangkat, raja, rakyat jelata, semuanya pasti akan mati.

 Allah berfirman :

Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); Maka Jikalau kamu mati, Apakah mereka akan kekal? tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.(QS. Al- Anbiyaa: 34-35)

Kaum Muslimiin jam’ah Jum’at yang kami hormati

Ayat diatas Allah telah memberi pemahaman kepada kita bahwa semua manusia pasti akan mati dan sebelum mati manusia pasti akan diuji dengan berbagai ujian. Semua ujian itu merupak suatu membuat kita tidak senang seperti sakit, kemiskinan dan kemajian. Selain itu kita juga diuji dengan kebaikan dan kesenangan, seperti kekayaan, harta yang banyak dan ilmu yang kita miliki.

Maka kita sebagai orang  beriman semua hal itu perlu disadari bahwa kehidupan didunia ini adalah sementara, diakhirat kita akan bertemu dengan kehidupan yang sebenarnya lagi kekal dan abadi selamanya.

Manusia tidak akan sampai ke akhirat sebelum melalui kematian. Karena itu kematian merupakan keharusan yang tidak dapat ditolak dengan apapun dan siapaun. Meskipun dia berada ditempat persembunyuin yang atau berada di benteng yang kuat, kematian akan tetap mendatangi.

Dalam surat Yunus ayat 49 Allah berfirman:

Tiap-tiap umat mempunyai ajal. apabila telah datang ajal mereka, Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).(QS. Yunus : 49)

Dalam surah al-jum’at ayat 8  dibunyikan:

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al- al-jum’at : 8)

Dalam surah an-Ni ayat 78 disebutkan :

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh.

Kaum Muslimiin jam’ah Jum’at yang kami hormati

Cukup ayat diatas menjadi dasar pemahaman penyadaran bagi kita. Sering pula kita saksikan bagaimana perjalanan seseorang mnuju kematiannya. Berbagai macam nampak keadaannya. Sedangkan kita yabg hidup tidak mengerti dengan yang dirasakan.

Namun kita sebagai orang yang beriman percaya betapa sakitnya derita orang sedang dicabut nyawanya.

Maka marilah sejenak kita buka kembali sejarah kematian Nabi Idris.

Nabi Idris: Wahai Malaikat Izroil. Lantas apa maksud kedatangan Engkau kemari? Adakah Engkau ingin mencabut nyawaku?

Malaikat Izroil: Tidak Idris. Saya datang memang untuk mengunjungimu, karena saya rindu dan Allah mengizinkan Saya.

Nabi Idris: Wahai Izroil. Saya punya satu permintaan dan tolong kabulkan. Tolong cabut nyawa Saya. Dan minta izin ke Allah untuk mengembalikan nyawa Saya. Saya hanya ingin merasakan sakaratul maut yang banyak orang katakan sangat dahsyat.

Malaikat Izroil: Sesungguhnya saya tidaklah mencabut nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan izin Allah.

Kemudian Allah mengabulkan permintaan Sang Nabi. Dan Malaikat Izroil pun mencabut nyawa Nabi Idris saat itu juga. Malaikat Izroil menangis melihat sahabatnya merasakan kesakitan. Setelah mati, Allah menghidupkan kembali Nabi Idris.

Setelah hidup Nabi Idris menangis sejadi-jadinya. Dia tidak bisa membayangkan jika manusia-manusia lain mengalami sakaratul maut dengan kedahsyatan yang sama.

Bahkan rasulullah pernah menyebutkan : “Sakitnya sakaratul maut itu, seperti tiga ratus kali sakitnya tusukan pedang”. (HR. Ibnu Abu Dunya).

Maka sudah seharusnya kita memperbanyak mengingat mati, agar kita selalu berhati-hati hidup dipermukaan bumi ini. Dan dengan mengingat mati seorang pasti akan mengakhiri perbuatan  maksiatnya kepada Allah. Serta lebih giat bertaubat menuju ampunannya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ، وَعَلٰى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَارْضَ اللهم عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 23 Mei 2025: Keutamaan Ibadah Haji Bagi yang Menjalankan

2. Nasihat Kematian, Bagimu yang Masih Bernyawa

Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد

قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Hadirin shalat Jum’at yang semoga dalam naungan perlindungan Allah. Segala puji dan syukur mari kita haturkan ke hadirat Allah SwT, dimana karena kemurahan rahmatnya sehingga masih Allah limpahkan beragam nikmatnya kepada kita.

Kemudian, shalawat serta salam mari kita sanjungkan kepada Nabi agung Muhammad saw. Sosok yang telah mengenalkan kita dengan Islam sehingga kita bisa terbebas dari bahaya zaman jahiliyah.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Berbicara perihal kematian maka sejatinya Allah telah memperingatkan dalam firmannya bahwa setiap yang bernyawa pasti akan merasakan yang namanya kematian.

كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (Ali-Imran: 185)

Maka tidak ada satupun makhluk hidup di alam semesta ini yang akan luput dari ancaman kematian. Kematian adalah pemutus kenikmatan dan kesengsaraan duniawi, jembatan menuju pertemuan mengahadap Pencipta.

Kehormatan yang kita kejar, harta yang kita usahakan dan keluarga yang kita perjuangkan semuanya akan kita tinggalakan begitu kematian datang menjemput. Ia adalah suatu hal yang tidak dapat kita hindari ataupun kita hindari kedatangannya, Allah telah memberikan peringatan keras terkait hal ini dalam firmannya.

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٞۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ لَا يَسۡتَأۡخِرُونَ سَاعَةٗ وَلَا يَسۡتَقۡدِمُونَ

Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (Al-A’raf: 34)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Maka rasulullah saw menyabdakan, bahwa ketika manusia meninggal dan hendak dihantarkan menuju peraduan terakhirnya, maka manusia akan terbagi menjadi 2 golongan pada saat itu.

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا وُضِعَتْ الْجِنَازَةُ وَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ قَدِّمُونِي وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا الْإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَهُ صَعِقَ

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Sa’id AL Maqbariy dari bapaknya bahwa dia mendengar dari Abu Sa’id AL Khudriy radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Jika jenazah diletakkan lalu dibawa oleh para laki-laki di atas pundak mereka, maka jika jenazah tersebut termasuk orang shalih (semasa hidupnya) maka dia (jenazah tersebut) berkata; “Bersegeralah kalian (membawa aku). Dan jika ia bukan dari orang shalih, maka dia akan berkata; “Celaka, kemana mereka akan membawanya?. Suara jenazah itu akan didengar oleh setiap makhluq kecuali manusia dan seandainya manusia mendengarnya, tentu dia jatuh pingsan”. (HR: Bukhari)

Golongan pertama, diisi oleh orang-orang yang semasa hidupnya ia isi dengan ketaatan kepada Allah. Orang yang semasa hidupnya menjadikan dunia sebagai tempat untuk bersinggah dan akhirat sebagai tujuan akhir.

Sehingga karena ia sadar bahwa dunia ini hanyalah sementara maka ia bekerja untuk dunia sebagaimana mestinya tanpa berlebih-lebihan, kemudian ia menjadikan akhirat sebagai finish dari semua perjalanannya sehingga ia mengusahakan yang terbaik supaya mendapatkan tempat terbaik juga di kehidupan akhirat.

Maka tatkala maut menjemput dan jenazah akan dihantar menuju peraduan terakhir ia menyambutnya dengan hati yang tenang dan berbahagia. Kenapa? Karena ia sadar bahwa kuburannya adalah baabun min riyadhil jannah atau pintu menuju taman-taman surga.

Golongan kedua adalah golongan yang diisi oleh orang-orang semasa hidupnya dipenuhi dengan melakukan hal-hal yang berbau kemaksiatan. Penuh dengan keingkaran akan nikmat Allah, lalai akan perintah dan larangan Allah.

Maka tatkala kematian menjemput ia akan menghadapinya dengan dipenuhi ketakutan, kemudian ketika jenazahnya akan diangkut menuju tanah perkuburan maka akan menjadi lebih ketakutan sampai-sampai mengutuki keadaanya sendiri.

Kenapa? Karena ia sadar bahwa liang kuburnya adalah pintu menuju pedihnya azab neraka. Orang-orang inilah yang allah firmankan dalam qur’an bahwa mereka akan memohon supaya dikembalikan ke duinia, digambarkan dalam surat Al-Mu’min ayat 99 mereka mengatakan

حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلۡمَوۡتُ قَالَ رَبِّ ٱرۡجِعُونِ

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). (QS. Al-Mu’minun: 99).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Untuk apakah mereka ingin dikembalikan? Apakah untuk menemui keluarga yang dicintai? Atau untuk perbendaharaan yang telah diusahakan? Atau jabatan yang diinginkan?. Tidak, nyatanya mereka ingin dikembalikan ke dunia dijelaskan dalam ayat selanjutnya.

لَعَلِّيٓ أَعۡمَلُ صَٰلِحٗا فِيمَا تَرَكۡتُۚ

Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. (QS. Al-Mu’minun: 100)

Mereka ingin dikembalikan hanya karena ingin memiliki kesempatan untuk melaksanakan amal shalih supaya terbebas dari pedihnya siksa akhirat. Namun apalah daya, nasi sudah menjadi bubur, tiada lagi kesempatan untuk mengulang ketika kehidupan sudah diputus oleh kematian.

بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ  وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ الله ُمِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ

Khutbah ke II

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ.

اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ

 فَيَا اَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَمَلاَءِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا, اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَا بِهِ اَجْمَعِيْنَ, وَارْضَى عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُوءْمِنِيْنَ وَالْمُوءْمِنَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ِانَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.

رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ ِاذْهَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ِانَّكَ اَنْتَ   الْوَهَّاب. رَبِّى اغْفِرْلِى وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيْرًا.

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبّى اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ 

Baca juga: 5 Contoh Khutbah Jumat Terbaru 2025 dengan Arti Mendalam Tentang Amalan Persiapan Kematian

3. Kematian Seorang Mukmin Ditangisi Langit dan Bumi

Khutbah I

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Ummatal Islam,

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memulikan orang yang beriman dengan semulia-mulianya. Dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang memberikan manfaat untuk dunia dan akhiratnya. Bahkan saudaraku, orang-orang yang beriman itu apabila ia meninggal dunia ditangisi oleh bumi dan langit sebagai kemuliaan mereka disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:

فَمَا بَكَتْ عَلَيْهِمُ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ

“Tidaklah langit dan bumi menangisi mereka (Fir’aun dan bala tentaranya)”

Ada seorang laki-laki datang kepada Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma. Lalu ia berkata, “Wahai Ibnu Abbas, apakah langit dan bumi bisa menangisi seseorang?” Kata Ibnu Abbas, “Iya”

Seorang mukmin apabila ia meninggal dunia maka Allah telah menyediakan untuk setiap mukmin dan setiap manusia pintu di langit yang dari pintu itu turun-turun rezekinya dan dari pintu itu naik ke amalan shalihnya. Ketika si mukmin itu meninggal dunia, maka langit pun menangis karena telah tertutup satu pintu kebaikan. Demikian pula bumi itu kehilangan tempat dimana si mukmin itu senantiasa beribadah kepada Allah di situ. Sehingga bumi pun menangisi seorang mukmin yang meninggal dunia.

Adapun orang-orang kafir, Fir’aun dan bala tentaranya -kata Ibnu Abbas- mereka tidak memiliki kebaikan apapun di dunia. Sehingga kematian mereka tidak ditangisi oleh langit, tidak pula oleh bumi.

Ummatal Islam,

Karena keimanan memberikan manfaat untuk dunia demikian pula memberikan manfaat untuk langit. Keimanan itu hakikatnya adalah memperbaiki apa yang ada pada manusia berupa ketakwaan, berupa amal, berupa ucapan, demikian pula amalan-amalan shalih. Sementara amalan-amalan shalih itu akan naik kepada Allah. Demikian pula ucapan-ucapan yang baik pun akan naik kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman:

إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ

“Kepada Allah lah ucapan-ucapan yang baik itu akan naik dan Allah pun mengangkat amalan shalih.” (QS. Fatir[35]: 10)

Orang-orang yang beriman senantiasa berusaha untuk beramal kebaikan dalam hidupnya. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengumpamakan orang-orang yang beriman itu bagaikan lebah. Dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ ‏ ‏لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا

“Sesungguhnya perumpamaan mukmin itu bagaikan lebah yang selalu memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik” (HR. Ahmad)

Ia senantiasa mengambil sari-sari bunga yang bermanfaat untuk tubuhnya. Lalu ia mengeluarkan madu dari tubuhnya yang bermanfaat untuk kehidupan manusia.

Demikian pula seorang mukmin, ia memakan rezeki yang halal, yang thayyib, yang baik, yang dihalalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tidak keluar dari seorang mukmin berupa ucapan dan perbuatan kecuali kebaikan.

Lihatlah lebah itu, saudaraku..

Apabila ia hinggap di ranting manapun ia tidak pernah berbuat kerusakan. Demikian pula seorang mukmin, dimanapun ia berada ia tidak pernah berbuat kerusakan. Ia senantiasa berbuat kebaikan, bahan menebar kebaikan.

Maka itulah kehidupan seorang mukmin. Bagaimana seorang mukmin tidak akan ditangisi jasadnya ketika ia meninggal dunia? Bagaimana tidak akan ditangisi oleh bumi sementara bumi sangat memerlukan kebaikan. Karena kemaksiatan itu merusak daratan dan lautan. Allah Ta’ala berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di lautan, diakibatkan oleh perbuatan-perbuatan manusia.” (QS. Ar-Rum[30]: 14)

Kata para ulama yaitu maksudnya diakibatkan oleh dosa-dosa mereka. Dosa merusak bumi ini, mencabut keberkahan bumi ini. Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata bahwa senantiasa dosa itu mencabut kenikmatan sedikit demi sedikit sampai Allah cabut kenikmatan itu sama sekali. Berapa banyak kaum-kaum yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kenikmatan-kenikmatan, lalu akibat dosa-dosa mereka Allah cabut kenikmatan tersebut.

Kita masih ingat kisah Saba’ di dalam Al-Qur’an, bagaimana Allah mengisahkan kaum Saba’ yang diberikan oleh Allah kenikmatan yang luar biasa. Buah-buahan, air, tanaman dan yang lainnya. Tapi karena mereka tidak mau mengikuti perintah Allah dan RasulNya, akhirnya Allah gantikan kebunnya dengan sesuatu yang pahit, sesuatu yang tidak ada manfaatnya lagi. Allah cabut kenikmatan itu akibat dosa-dosa mereka.

Maka ummatal Islam, dunia tidak akan pernah kiamat selama masih ada seorang muslim, selama masih ada orang yang beriman, yang beribadah kepada Allah, yang menyembah Allah di muka bumi ini. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لَا يُقَالَ فِي الْأَرْضِ اللَّهُ اللَّهُ

“Tidak akan tegak hari kiamat sampai tidak ada lagi di muka bumi orang yang mengingat Allah.” (HR. Muslim)

Disaat tidak ada lagi di muka bumi ini orangnya yang mengucapkan Laa Ilaha Illallah, di saat itulah kiamat akan tegak. Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا عَلَى شِرَارِ الْخَلْقِ

“Tegaknya hari kiamat itu atas seburuk-buruknya makhluk (yang tidak beriman kepada Allah dan kehidupan akhirat)” (HR. Muslim)

Maka itu menunjukkan kemuliaan mukmin, orang-orang yang beriman kepada Allah, yang hanya menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka berbahagialah wahai umat Islam. Orang-orang yang diberikan nikmat iman. Pertahankan iman kita dengan cara kita terus taqarrub kepada Allah. Jangan sia-siakan nikmat iman ini, jangan sia-siakan nikmat Islam ini dengan cara kita memaksiati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Berapa banyak orang-orang yang Allah cabut nikmat iman kepada dia, sehingga ia murtad dari agama Islam karena ia tidak mensyukuri nikmat tersebut. Berapa banyak orang-orang yang nikmat hidayah telah Allah cabut kembali karena ternyata hatinya tidak cocok untuk mendapatkan hidayah tersebut.

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله..

Ummatal Islam,

Diantara kemuliaan seorang mukmin yang Allah janjikan kepada mukmin yaitu Allah jadikan surga untuk mereka di akhirat. Allah tidak menjadikan surga untuk orang-orang yang beriman itu di dunia. Karena dunia itu sesuatu yang fana, kesenangannya pasti dihiasi dengan kesedihan, kesenangannya pasti akan didahului oleh kelelahan. Di dunia ini tidak ada kesenangan yang sempurna, saudaraku.. Pasti semua akan fana.

Maka Allah tidak ingin menjadikan surga untuk orang yang beriman di dunia ini. Sementara orang kafir, surganya hanya di dunia. sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan dalam riwayat Tirmidzi bahwasannya dunia ini:

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

“Dunia ini penjara untuk orang yang beriman dan surga untuk orang-orang yang kafir.” (HR. Muslim)

Karena orang yang kafir itu bersenang-senang dan memuaskan syahwatnya bagaikan hewan dan binatang ternak. Tidak peduli dengan batasan-batasan Allah. Mereka menganggap dunia segala-galanya karena mereka tidak meyakini akan adanya hari kebangkitan. Sedangkan orang yang beriman diberikan ujian, ujian, ujian, untuk mengangkat derajatnya disisi Allah, menggugurkan dosa-dosanya. Allah berikan ujian agar si hati mukmin itu tidak tenang dengan dunia, agar si hati mukmin itu sadar bahwa dunia bukan tempat yang abadi. Ia adalah tempat yang sementara.

Kewajiban seorang mukmin sadar bahwa Allah tidak ingin menjadikan surga orang yang beriman itu di dunia. Allah ingin menjadikan surga orang-orang yang beriman itu adalah di akhirat yang kekal dan abadi. Di sanalah kebahagiaan yang hakiki, di sanalah kesenangan yang hakiki, di sanalah kita akan beristirahat selama-lamanya jika memang Allah memasukkan kita ke dalam surga.

Makanya para Sahabat Nabi bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah. Di antara Sahabat ada yang lelah dalam ibadah, ketika ditanya sampai kapan engkau lelah untuk beribadah kepada Allah, kapan engkau akan beristirahat? Sahabat ini berkata, “Biarlah aku istirahat nanti di surga saja, adapun di dunia ini bukan tempat untuk bersenang-senang, bukan untuk untuk tempat berfoya-foya.”

Khutbah II

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَاإِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

عباد الله:

إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.

(*)

Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved