Ramadan 2025

Naskah Kultum Pilihan Terbaik Malam Nuzulul Quran 17 Ramadhan 1446 H, dengan Makna Menyentuh

Berikut ini disajikan Naskah Kultum Pilihan Terbaik Malam Nuzulul Quran 17 Ramadhan 1446 H, dengan Makna Menyentuh

TRIBUNNEWS/HERUDIN
NUZULUL QURAN - Berikut ini disajikan Naskah Kultum Pilihan Terbaik Malam Nuzulul Quran 17 Ramadhan 1446 H, dengan Makna Menyentuh. Foto arsip tadarus khataman Alquran usai peluncuran Gerakan Nasional Mencintai Alquran (Ku Cinta Alquran) di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Senin (4/6/2018). 

Selain dijanjikan masuk surga, orang tersebut juga akan diberikan kewenangan untuk memberi syafaat sepuluh orang dari keluarganya yang divonis masuk neraka agar dapat masuk surga. Nabi SAW bersabda:

 مَنْ قَرَأَ الْقُزآنَ فَاسْتَظْهَرَهُ فَأَحَلَّ حَلَالَهُ وَحَرَّمَ حَرَامَهُ أَدْخَلَهُ اللّهُ بِهِ الْجَنَّةَ وَشَفَّعَهُ فِي عَشَرَةٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ كُلُّهُمْ قَدْ وَجَبَتْ لَهُ النَّارُ 

Artinya, "Siapa saja yang membaca Al-Qur'an dan menghafalkannya, kemudian menghalalkan apa yang dihalalkan oleh Al-Qur'an, dan mengharamkan apa yang diharamkan oleh Al-Qur'an, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga dengan Al-Qur'an tersebut dan memberi syafaatnya kepada sepuluh orang dari keluarganya, yang semuanya [pada awalnya] telah ditetapkan masuk neraka." (Sunan At-Tirmidzi, Jilid IV, hal. 31).   

Keagungan Al-Qur'an tidak hanya terbatas pada aktivitas membaca dan menghafalnya, tetapi juga dapat dilihat dari kemampuannya dalam menjawab berbagai tantangan manusia yang mengingkarinya.   

Di sisi lain, Al-Qur'an juga mampu melemahkan tantangan-tantangan tersebut. Kemampuan ini dikenal dengan istilah i'jazul Qur'an, yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an adalah mukjizat, bahkan menjadi mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Menurut As-Suyuthi, kebesaran mukjizat Al-Qur'an dapat dilihat dari sisi rasionalitasnya. Jika mukjizat para nabi terdahulu bersifat indrawi, seperti unta Nabi Shalih AS dan tongkat Nabi Musa AS, maka seiring wafatnya para nabi tersebut, mukjizat mereka hanya tinggal cerita.   

Tidak ada satu pun manusia yang dapat melihatnya, apalagi menirunya. Sedangkan mukjizat Al-Qur'an tetap ada sepanjang masa, seiring perkembangan rasionalitas manusia itu sendiri. (Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulumil Qur'an, [Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 2008], hal. 645). Salah satu contoh mukjizat Al-Qur'an yang mengajak manusia modern berpikir secara serius adalah proses perkembangan janin manusia yang terungkap dalam QS. Al-Mu'minun ayat 12-14.   

Ayat ini disampaikan pada masa ketika belum ada ilmu kedokteran modern seperti saat ini. Selain itu, ayat tersebut disampaikan oleh sosok yang tidak mampu membaca dan menulis. Berdasarkan fakta ini, para dokter modern termotivasi untuk mengembangkan ilmu kedokteran hingga muncul cabang spesialisasi dokter kandungan. Motivasi inilah yang menurut Manna'ul Qathan disebut sebagai i'jazul ilmi (Manna'ul Qathan, Mabahits fi Ulumil Qur'an, hal. 270). 

Pada akhirnya, memperingati Nuzulul Qur'an pada bulan Ramadhan tidak sekadar mengenang bagaimana Al-Qur'an diturunkan, tetapi juga menjadi media untuk memantapkan keyakinan umat Islam terhadap keagungannya. Hal itu dapat dilakukan dengan membaca, mempelajari, dan mengamalkan isi Al-Qur'an. Wallahu A'lam.

Baca juga: Naskah Kultum 14 Ramadhan 1446 H/ 14 Maret 2025: Ramadhan Barometer Kesuksesan Setahun ke Depan

2. Nuzulul Qur’an dan Perintah Membaca

Jamaah kaum muslimin yang dirahmati Allah 

Kita tentu masih mengingat peristiwa bersejarah ketika Nabi Muhammad Saw. menerima wahyu pertama dari Tuhannya. Peristiwa ini memberikan pelajaran yang sangat berharga. Saat itu, Nabi yang sedang beruzlah tiba-tiba didatangi malaikat Jibril yang membawa risalah dari Allah Swt.   

Kita tentu masih mengingat peristiwa bersejarah ketika Nabi Muhammad Saw menerima wahyu pertama dari Tuhannya. Peristiwa ini tentu memberikan pelajaran berharga. Saat itu, Nabi yang sedang uzlah tiba-tiba didatangi malaikat Jibril yang membawa risalah dari Allah Swt.   

Tiba-tiba Jibril berkata, “Bacalah!” sedangkan Nabi Muhammad Saw yang sedang tertidur menjadi bangun dan bingung dibuatnya. Sehingga Nabi menjawab seruan tersebut dengan berkata, “Apa yang akan aku baca?” dialog ini berlangsung lama dengan beberapa kali pengulangan kalimat yang sama. Sampai pada akhirnya, Jibril membacakan QS. Al-Alaq ayat 1-5.   

Sebagaimana hal ini diabadikan oleh Ibnu Hisyam dalam kitab Sirahnya, jilid 1, halaman 220-221:  

 قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَجَاءَنِي جِبْرِيْلُ وَأَنَا نَائِمٌ بِنَمَطِ مِنْ دِيبَاجٍ فِيْهِ كِتَابٌ فَقَالَ اِقْرَأْ قَالَ قُلْتُ: مَا أَقْرَأُ؟ قَالَ ‌فَغَتَّنِي ‌بِهِ ‌حَتَّى ‌ظَنَنْتُ ‌أَنَّهُ ‌الْمَوْتُ ثُمَّ أَرْسَلَنِيْ، فَقَالَ اِقْرَأْ قَالَ قُلْتُ: مَا أَقْرَأُ؟ قَالَ ‌فَغَتَّنِيْ ‌بِهِ ‌حَتَّى ‌ظَنَنْتُ ‌أَنَّهُ ‌الْمَوْتُ. ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ اِقْرَأْ قَالَ قُلْتُ: مَاذَا أَقْرَأُ؟ قَالَ ‌فَغَتَّنِيْ ‌بِهِ ‌حَتَّى ‌ظَنَنْتُ ‌أَنَّهُ ‌الْمَوْتُ ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ اِقْرَأْ قَالَ فَقُلْتُ: مَاذَا أَقْرَأُ؟ مَا أَقُوْلُ ذَلِكَ إِلَّا افْتِدَاءً مِنْهُ أَنْ يَعُودَ لِي بِمِثْلِ مَا صَنَعَ بِي، فَقَالَ {اقْرَأْ بِاسْمِ رَبّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ} [العلق: 1 – 5] قَالَ فَقَرَأَتُهَا ثُمّ انْتَهَى، فَانْصَرَفَ   

Halaman
1234
Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved