Hom Sen, Generasi Kedua Penerus Kue Keranjang Nyonya Sim yang Telah Ada Sejak 1950

Kue keranjang menjadi salah satu olahan kuliner khas yang identik dengan perayaan Imlek. 

Penulis: Jaenal Abidin | Editor: Gelar Aldi Sugiara
Tribun Priangan/Jaenal Abidin
Pemilik kue keranjang Hom Sen ( kiri) ketika melayani pelanggan di tokonya di Jalan Selakaso, Kelurahan Yudanagara, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya. 

Hom Se menambahkan, waktu pembuatan pun sekitar satu malam hingga terbentuk kue keranjang dengan cita rasa manis.

Untuk bahan-bahan sendiri, dijelaskan Ko Hom Sen, hanya tepung ketang sama gula putih dipadukan di wadah besar sebelum dituangkan ke tempat takarannya.

"Tak ada bahan pengawet, asal diolahnya benar, bisa awet berbulan-bulan bahkan sampai setahun," tuturnya.

Pembelinya beragam sesuai selera, ada yang suka kue berbulan-bulan dan ada juga suka kue keranjang baru.

Hom Sen mengaku, pembeli tidak hanya berasal dari Kota Tasikmalaya, melainkan dari Kota Bandung hingga Jakarta ada memesan kue keranjang miliknya.

"Warga sekitar pun banyak yang beli, ada pembeli dari Kota Bandung, bahkan dari Jakarta juga ada sebagai oleh-oleh," pungkasnya.

dIA menambahkan, bahwa pesanan sudah mulai berdatangan sebulan yang lalu, tapi kebanyakan pelanggan tetap.

"Kue keranjang memang sudah kebudayaan, tradisi yang pastinya, yang selalu ada untuk jamuan," cetusnya.

Namun, dia mengaku harga kue keranjang kini ada kenaikan karena bahan baku ikut naik.

"Kalau tahun kemarin harga per kilo Rp35 ribu, jadi sekarang hanya naik Rp5 ribu saja menjadi Rp40 ribu per kilo," jelasnya. (*)

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved