Toto Ismanto, Sosok yang Masih Pertahankan Pembuatan Garam di Madasari Pangandaran

Melirik proses pembuatan garam di bibir pantai di wilayah Dusun Madasari, Desa Masawah, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran Jawa Barat.

Penulis: Padna | Editor: ferri amiril
tribunpriangan.com/padna
Toto Ismanto, Sosok yang Masih Pertahankan Pembuatan Garam di Madasari Pangandaran 

Laporan Kontributor TribunPriangan.com Pangandaran, Padna

TRIBUNPRIANGAN.COM, PANGANDARAN - Melirik proses pembuatan garam di bibir pantai di wilayah Dusun Madasari, Desa Masawah, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran Jawa Barat.

Pembuatan Garam dari air laut itu diolah sejumlah warga yang tergabung dalam satu kelompok bernama Cipta Rasa Garam Madasari.

Sebelum menjadi Garam, air laut itu terlihat tertampung di kolam-kolam yang cukup luas dengan penutup atap menggunakan plastik tebal.

Beberapa kolam di lokasi itu, sudah ada endapan air laut yang sudah mengkristal dan akan menjadi Garam.

Ketua Kelompok Cipta Rasa Garam Madasari, Toto Ismanto (57) mengklaim, kelompoknya adalah satu-satunya kelompok di Kabupaten Pangandaran yang masih bertahan membuat Garam.

"Saat ini, di Kabupaten Pangandaran hanya kelompok kita yang masih berjalan. Kalau dulu, ada kelompok lain tapi sudah enggak jalan," ujar Toto kepada sejumlah wartawan di sekitar Tambak Garam yang dikelolanya di Madasari, Kamis (23/1/2025) siang.

Menjadi petani garam, dia mengaku, sudah dimulai sejak tahun 2018 setelah menerima pelatihan di Tegal Cilacap Jawa Tengah.

Sementara untuk prosesnya, pertama air laut diambil dari laut Madasari dengan menggunakan pompa air.

Kemudian, dialirkan ke bak kedua. Setelah dua Minggu, air laut tersebut lalu dialirkan ke bak ketiga, dan terakhir dialirkan ke bak pengkristalan.

"Sampai berbentuk garam (mengkristal), itu membutuhkan waktu sekitar satu bulan. Nah, baru garam itu bisa dipanen. Biasanya, di panennya waktu sore sampai malam hari," katanya. 

Kemudian garam yang sudah di panen, itu dikirimkan ke wilayah Bandung. Dalam sebulan, Toto bisa mendapatkan garam sebanyak 2,5 sampai 3 ton. 

"Kalau diuangkan, dalam sebulan dapat Rp 2,5 juta. Karena, harga garam dari kita itu hanya Rp 1000 perkilogram," ucap Toto.

Menurutnya, kendala dalam membuat garam yaitu ada pada air laut yang lambat menua. Dampaknya, itu akan lama menjadi garam. 

"Harusnya satu atau dua Minggu itu langsung jadi Garam. Kalau cuaca, itu tidak menjadi masalah," ujarnya.(*)

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved