Ketabahan Ade, Lansia di Sumedang Tetap Gigih Jualan Bubur Pacar dan Bubur Lemu

Ade biasanya membuat bubur pacar dan bubur lemu bersama suaminya, Into Irianto (65). Namun, telah genap setahun ini, Into sakit cukup parah.

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Dedy Herdiana
Tribunpriangan.com/Kiki Andriana
Ade Mulyati (64), penjual bubur pacar di kawasan Cilengkrang, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang saat dikunjungi Tribun Jabar, Rabu (22/1/2025) sore. 

Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana

TRIBUNPRIANGAN.COM, SUMEDANG - Setiap hari, Ade Mulyati (64) berjualan bubur pacar dan bubur lemu, makanan manis dan lembut berbahan tepung.

Dia berjualan dengan menggunakan gerobak yang dipangkalkan di Kawasan Cilengkrang, di sekitar Pertigaan Ojolali, Sumedang Utara, Sumedang

Buka pukul 09.00-16.00, Ade tabah menjalani hari-harinya. Sebagai lansia, dia masih harus semangat berjualan untuk menutupi kebutuhan hidupnya. Dia punya anak-anak yang peduli kepadanya, tapi dengan senyuman, dia nyatakan bahwa dia tak ingin merepotkan mereka. 

Ade biasanya membuat bubur pacar dan bubur lemu bersama suaminya, Into Irianto (65). Bersama Into juga Ade biasanya berjualan di lapaknya itu. Namun, telah genap setahun ini, Into sakit cukup parah. Terserang prostat. 

"Ya jadi sendiri saja. Bapak sakit. Kalau buat bubur, dibantu sama anak yang tinggal dekat rumah," kata Ade saat ditemui TribunJabar.id, Rabu (22/1/2025) sore. 

Baca juga: Tropicafe, Ngopi dengan Suasana Tropis Jatigede Sumedang

Ade dan Into tinggal di Dusun Babakan Lembur Tengah RT03/17 Kelurahan Situ, Kecamatan Sumedang Utara. Ini jaraknya sekitar 500 meter dari tempatnya berjualan. 

Sudah 7 tahun Ade dan Into berjualan bubur pacar dan bubur lemu. Namun, setahun ini, Ade menghadapi hari-hari mencari penghasilan sendirian. 

"Kalau habis semua ini, Rp200-300 ribu dapatnya. Tapi namanya jualan, sering juga tidak habis," katanya. 

Di usianya yang 64 tahun dan termasuk lanjut usia itu, Ade masih tersenyum di tengah-tengah aktivitasnya melayani pembeli. Dia mengaku masih harus berjualan kareba kebutuhan harus dipenuhi, kebutuhan sehari-hari. 

"Karena peryogi (perlu), hehehe..." katanya.  

Selama bertahun-tahun itu, gerobak ungtuk berjualan ini didorong pergi-pulang  dari rumah ke lokasi jualan. Dulu ada Into yang mendorongnya, tapi kondisinya yang sakit-sakitan mengharuskan roda disimpan di tempat berdagang. 

"Derobak dulu (didorong) sama bapak, baru 15 hari ini disimpan di sekitar ini," katanya. 

Ade punya tiga orang anak dan empat cucu. Anak-anaknya tersebar tinggal di sejumlah daerah, termasuk Jakarta. Namun, ada pula yang tinggal di dekat rumahnya. 

Jika bukan anaknya yang membantu aktivitasnya mengolah bubur untuk dijual, ada juga cucu atau tetangganya. Semua aktivitas itu dilakukan Ade Mulyati dengan gembira, dengan senyuman. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Priangan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved