Breaking News

3 Pendaki Asal Tasikmalaya Ditemukan

Kisah 3 Pendaki Tasik: Tak Pulang 21 Hari, Sampai Bangun Tenda Sebanyak 20 Kali di Gunung Balease

Ketiga pendaki senior asal Tasikmalaya bernama, Yudiana (46), Tantan Trianaputra (56) dan Maman Permana (44) sempat hilang kontak di Gunung Balease

Penulis: Jaenal Abidin | Editor: Dedy Herdiana
Tribunpriangan.com/Jaenal Abidin
Ketiga pendaki yang sempat hilang kontak di Gunung Balease, ketika menghadiri tasyakuran yang digelar di Gedung Kesenian, Komplek Olahraga Dadaha, Kota Tasikmalaya, Minggu (1/12/2024). 

Laporan wartawan TribunPriangan.com, Jaenal Abidin 

TRIBUNPRIANGAN.COM, KOTA TASIKMALAYA - Tiga pendaki asal Tasikmalaya ternyata bukan hilang, melainkan lost kontak atau hilang kontak hingga bermalam di kawasan gunung Balease selama 20 hari.

Ketiga pendaki senior asal Tasikmalaya bernama, Yudiana (46), Tantan Trianaputra (56) dan Maman Permana (44) sempat hilang kontak di Gunung Balease, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan saat melakukan ekspedisi.

Bahkan, ketiganya harus bermalam selama 20 hari sebelum mereka ditemukan selamat oleh Tim SAR Gabungan tepatnya di Pos 4 menuju turun ke pintu Rimba.

"Jadi sebenarnya awalnya tuh lost kontak yang pertama, kemudian lost kontak itu di asumsikan tersesat, padahal kami itu sedang menuju pulang, dan sudah kami hitung akan terlambat pulang," ucap Tantan Trianaputra (56) ketika ditemui wartawan TribunPriangan.com, usai menggelar tasyakuran di Gedung Kesenian, Minggu (1/12/2024).

Baca juga: 3 Pendaki Asal Tasikmalaya Dapat Undangan ke Bale Kota

Tantan pun menceritakan bahwa dirinya bersama dua rekannya sejak awal sudah memetakan hingga persiapan lain ketika terlambat pulang.

"Kami tidak merasa hilang, hanya hilang kontak, dsn kebetulan kami juga bertemu dengan Tim SAR hari itu di jalan resminya, tidak diluar trek, kebetulan ketika kami sejak berangkat sudah membuat ROP bikin jalur yang akan kami lewati. Jadi ketika kami sudah merasa melenceng daripada itu, saya masukan lagi kedalam jalur itu," jelasnya.

Tak hanya itu, untuk stok logistik pun tidak kehabisan dan memang sudah dipersiapkan sejak awal dengan perhitungan ketika melakukan ekspedisi ini.

"Jadi mungkin kalau ngikutin dari awal, intinya saya didalam ROP itu 10 hari, tapi ketika saya membuat logistik itu saya sudah biasa apalagi yang trek panjang, kemudian gunung ini dicap sebagai seven long track of Indonesia, saya menggunakan safety factor 60 persen, artinya logistik yang kami bawa itu cukup untuk 16 hari kedepan," pungkasnya.

Bahkan ketika akan masuk ke puncak di hari ke 12, dan ternyata ke puncaknya 14 hari pun sudah ancang-ancang dan diskusi dengan kawan-kawan.

"Artinya dihari ke 12 masih ada speer beberapa hari, makanya stok logistik pun kita irit agar cukup buat hari berikutnya," tuturnya.

Dengan kematangan dan pengalaman, Tantan pun memperhitungkan baik dari keterlambatan waktu sampai logistik hingga persediaan air pun sudah disiapkan sejak awal.

"Karena enaknya survivor berada di ketinggian pos 3 sampe ke bawah, ada cadangan makanan alam seperti pakis, pinang, biasa ditemukan daerah penduduk. tapi, kalau diatas pos 3 sampai ke puncak itu kebanyakan survivor itu kita hanya memaksimalkan protein hewani, dan saya pun sudah siap membuat alat jerat dan mempelajari hal lain kalau ada apa-apa," ucap pria bertumbuh gempal tersebut.

Namun, Tantan bersama dua rekannya Yudiana dan Maman sempat kehabisan air tapi hal itu pun sudah dipetakan dan diskusi agar mengumpulkan air dengan cara di tandon.

"Dari awal kondisi daripada pos 1, 2, 3 kurang air, dan mulai pemberangkatan pun saya memberitahu ke dua rekannya untuk menenteng air didalam ransel minimal 3 botol Aqua ukuran 1,5 liter dengan total 4,5 liter dan itu jangan diganggu mau berat atau bagaimana, pokonya kalau ada hujan  tampung air itu, dan Alhamdulillah sampe saya ke pintu rimba tamboke air itu tidak kepake," tuturnya.

Baca juga: Breaking News - 3 Pendaki yang Hilang di Gunung Balease Sudah Pulang ke Tasikmalaya

Hal lain pun ternyata ketiganya selama berada di Gunung Balease sudah 20 kali berpindah untuk memasang tenda untuk istirahat.

Kaena menjadi survivor di alam bebas itu ada yang disebut istilah dalam operasi tempur, ada istilah dalam operasi meping geologi kemudian kehutanan dan itu namanya playing camp, camp yang terbang.

"Iya kami bertiga selama 21 hari sudah 20 kali pindah dan pasang tendang buat istirahat," jelasnya 

Tantan bersama dua rekannya ternyata ketika ditemukan tim SAR Gabungan tidak berbarengan dan waktunya beda satu malam.

"Dua rekan ketemu jam 15.00 sore, kalau saya ketemu dengan mereka (SAR gabungan) jam 08 pagi saat saya lagi senam," ucap Tantan.

Namun Tantan sempat terpisah dengan dua rekannya sebelum ditemukan tim SAR Gabungan bagian sebuah strategi ketika berada di alam bebas.

"Awalnya itu bagian dari strategi, kemudian memang kebiasaan saya, karena saya bilang tadi dua pendaki itu tempur dan kalau saya pendaki sniper, sniper itu merayap tapi pasti. Itu juga kalau mereka ikuti pola saya akan capek sendiri, makanya mereka yang turun duluan dan ketemu tim Alfa," katanya.

Tantan pun tetap bersyukur atas kejadian ini bersama dua rekannya bisa kembali berkumpul dengan keluarganya serta tim Jarambah QC Tasikmalaya. 

"Bagi saya tentu ada pengalaman, tapi ini sudah biasa ketika ada hal lain, karena kita sudah dilatih survivor, dilatih navigasi, malah saya menikmati," katanya. (*)

Baca juga: Bersyukur 3 Pendaki Asal Tasikmalaya Ditemukan, Pj Wali Kota: yang Ditunggu jadi Kenyataan

 

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved