Naskah Khutbah Jumat
Naskah Khutbah Jumat 15 November 2024: Larangan Jujur atau Terang-terangan dalam Kemaksiatan
Berikut Ini Dia Naskah Khutbah Jumat 15 November 2024: Larangan Jujur atau Terang-terangan dalam Kemaksiatan
Penulis: Riswan Ramadhan Hidayat | Editor: Gelar Aldi Sugiara
أَنَّ الْإِيمَانَ يَزِيدُ بِالطَّاعَةِ وَيَنْقُصُ بِالْمَعْصِيَةِ
Artinya: Iman itu sifatnya dinamis, dapat bertambah dan berkurang. Bertambah karena ketaatan kepada Allah atau menjalankan perintahnya, dan berkurang karena melakukan kemaksiatan. (Abu Hatim Muhammad bin Hibban, Shâhîhubnu Hibbân, [Beirut, Muassasatur Risâlah, 1414 H/1993 M], juz XI, halaman: 196).
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 8 November 2024: Kenikmatan Dunia yang Melenakan
Hadirin Rahimakumullâh
Kita semua pasti sepakat bahwa terus terang, berkata benar, dan jujur merupakan sikap terpuji dan layak diteladani. Namun, adakalanya sikap-sikap itu justru dilarang karena membawa bahaya. Contohnya, dalam hal jujur dalam kemaksiatan.
Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ أُمَّتِي مُعَافَى إِلاَّ المُجَاهِرِينَ
Artinya: Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujâhirîn atau orang-orang yang berterus terang dalam berbuat dosa.
وَإِنَّ مِنَ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ: يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا
Artinya: Sungguh termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat dosa pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya padahal Allah telah menutupinya. Lalu ia berkata: Hai fulan, tadi malam aku telah berbuat dosa begini dan begitu.
وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللهِ عَنْهُ. (متفق عليه)
Artinya: Sebenarnya di malam hari Tuhannya telah menutupi perbuatan dosanya itu, tetapi di pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah. (Muttafaqun ‘Alaih).
Sekilas hadis di atas terasa aneh. Mengapa ketika berbuat dosa dan tidak jujur justru diampuni Allah, sedangkan orang yang jujur tidak mendapat ampunan? Ketidakjujuran dalam kemaksiatan bukan berarti berbohong. Karena ketidakjujuran dalam hadis di atas adalah ketidakjujuran dalam arti tidak menceritakan kesalahan dan dosa.
Setidaknya ada satu alasan penting tentang hal itu. Orang yang berbuat dosa, kemudian jujur dan menceritakan kepada orang lain akan membuka kemungkinan dilakukannya dosa serupa dalam lingkup yang lebih luas. Ketika suatu kemungkaran diumbar begitu saja dan dianggap biasa, maka akan melahirkan gerakan masif untuk melakukan kemungkaran itu.
Seperti korupsi, riba, menggunjing, dan kemaksiatan lainnya yang mungkin terasa biasa di sekitar kita. Misalnya, seorang guru yang jujur berkata: Saya dulu pernah melakukan berbagai maksiat, mabuk-mabukan, mencuri, dan berzina, kemudian saya bertaubat dan memperbaiki diri hingga akhirnya menjadi guru seperti sekarang.
Bayangkan jika perkataannya didengar oleh murid, tentu bisa menimbulkan kemungkinan munculnya pemikiran bahwa mabuk-mabukan dan kemaksiatan lainnya adalah hal biasa di benak muridnya. Karena gurunya pernah melakukannya. Pun ketika anaknya jatuh melakukan dosa, mereka memiliki alasan: Tidak apa-apa berbuat dosa seperti itu, dulu guruku juga melakukannya. Dia sendiri pernah bilang begitu. Padahal, mungkin tindakan guru menceritakan dosanya karena landasan kejujuran. Tetapi, apa artinya kejujuran jika pada akhirnya justru mencetak pelaku-pelaku baru dalam kemaksiatan?
Naskah Khutbah Jumat
khutbah Jumat
Salat Jumat
Larangan Bertindak Jujur Setelah Melakukan Kemaksi
Sayyidul Ayyam
Teks Khutbah Jumat
Naskah Khutbah Jumat 15 November 2024: 6 Perkara Penyebab Rusaknya Hati |
![]() |
---|
Naskah Singkat Khutbah Jumat 8 November 2024: Pentingnya Menghargai Orang Lain |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat 8 November 2024: Kenikmatan Dunia yang Melenakan |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat 8 November 2024: Islam Menjunjung Tinggi Hak Asasi Kemanusiaan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.