Naskah Khutbah Jumat
Naskah Khutbah Jumat 25 Oktober 2024: Menyadari Rahmat Allah SWT yang Luar Biasa
Berikut Ini Dia Naskah Khutbah Jumat 25 Oktober 2024: Menyadari Rahmat Allah SWT yang Luar Biasa
Penulis: Riswan Ramadhan Hidayat | Editor: Dedy Herdiana
Latin: Irhamna ya Allah, lianna rahmataka arja lana min jami’i a’malina. Waghfir lana ya Allah, lianna maghfirataka ausa’u lana min dzunubina.
Artinya: Ya Allah kasihanilah kami, karena rahmat-Mu lebih kami harapkan dari pada semua amal kami. Dan ampunilah kami, karena pengampunan-Mu lebih luas dari pada dosa-dosa kami.
Begitulah hendaknya, manusia sebagai hamba yang lemah tidak dibenarkan terlalu merasa aman dengan amal ibadah yang telah kita kerjakan. Karena hal itu tidak serta merta mampu menyelamatkan kita. Karena keselamatan dan pertolongan itu terkandung dalam rahmat-Nya. Dengan kata lain, sungguh merugi jika manusia merasa nyaman dengan tumpukan dan penjumlahan amal yang telah dilakukannya, dengan harapan amal dan ibadah itu akan menyelamatkannya dari api neraka.
Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 18 Oktober 2024: Apa Syarat Mudah Masuk Surga Allah SWT?
Hadirin hafidzakumullah,
Sebuah kisah masyhur dari kitab Nashaihul Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani tentang Imam al-Ghazali. Diceritakan bahwa hujjatul Islam tersebut tampak dalam mimpi, maka ia ditanya: Apa yang Allah lakukan kepadamu? Lalu ia menjawab: Allah membiarkanku di hadapan-Nya, kemudian Allah berfirman: Kenapa engkau dihadapkan kepada-Ku, apa yang engkau bawa? Maka aku (al-Ghazali) menyebutkan segala amal-ibadahku. Tapi Allah menjawab: Sesungguhnya Aku tidak menerima semua amal ibadahmu, kecuali satu amal pada suatu hari ketika kamu membiarkan seekor lalat hinggap di atas tintamu dan meminum tinta itu dari ujung penamu, serta engkau membiarkannya karena kasihan kepada lalat itu. Kemudian Allah berfirman: Wahai malaikat, bawalah hamba-Ku ini ke surga.
Fragmen Al-Ghazali ini menunjukkan kepada kita bahwa posisi rahmat Allah itu sangat rahasia. Ia bisa terdapat bentangan amal kita yang tidak kita ketahui persisnya. Beratus-ratus kitab karya Al-Ghazali, bertahun-tahun ibadahnya, tetapi rahmat-Nya malah terdapat di tinta pada ujung penanya? Bukankah secara logika ratusan karya itu lebih bernilai? Tidak demikian. Rahmat-Nya tidak dapat dikalkulasi, diprediksi dan diperinci karena rahmat itu adalah hak prerogatif milik-Nya.
Oleh karena itulah tidak dibenarkan bagi kita untuk menilai rendah sebuah amal ibadah. Walaupun itu sekadar menghindarkan duri dari tengah jalan. Karena bisa saja amal itu yang dirahmati Allah. Kita tidak boleh meremehkan amal walau sekecil apapun siapa tahu itulah yang akan menyelamatkan kita di akhirat nanti.
Bukankah Sayyidina Umar masuk surga karena sekadar menyelamatkan burung pipit yang dibelinya dari seorang anak kecil yang menyiksa burung tersebut? Cerita ini kemudian diabadikan dengan sebutan kitab Usfuriyah. Begitu sebaliknya. Kita tidak dibenarkan pula menyombongkan amal ibadah walau sebesar apapun amal tersebut. Karena belum tentu amal itu mengandung rahmat-Nya.
Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 18 Oktober 2024: Mari Tata Niat agar Ibadah Menjadi Nikmat
Jamaah jumat yang disayangi Allah,
Dalam konteks kekinian, rahmat Allah dapat saja berada dalam amal yang sungguh sepele. Mungkin saja rahmat itu terletak dalam diri anak-anak jalanan yang mengulurkan tangan ke hadapan kita, atau di dalam diri pengamen yang menyanyikan lagu sumbang tak jelas suara dan nadanya. Dan juga mungkin sekali rahmat itu terletak dalam amal kita dalam memberi selembar kertas koran sebagai alas shalat Jumat. Walhasil, sekecil apapun amal itu tidak boleh kita sepelekan. Hal ini tentunya akan mengajak kita memandang fenomena akan lebih hati-hati dan tidak mudah berburuk sangka atau su’udzan. Janganlah kita mudah buruk sangka dan memandang remeh kepada pekerjaan orang lain. Tukang sayur yang mangkal setiap pagi, tukang jual kue basah, tukang ojek dan tukang lain yang sering kita nikmati jasanya tanpa kita kenal profilnya dengan dekat. Bahkan seringkali mereka yang kita jadikan kambing hitam, bisa jadi pekerjaan merekalah yang mengandung rahmat Allah dibandingkan pekerjaan kita.
Akhirul kalam, bahwasanya manusia tidak boleh berputus asa untuk terus memburu rahmat Allah, karena sesungguhnya rahmat itu amat luasnya. Hanya kebanyakan manusia tidak memahami hikmah di balik itu semua.
Demikianlah khutbah jumat kali ini, semoga membawa banyak manfaat. Minimal meyakinkan pada kita agar tidak mudah memandang remeh pada amalan kecil maupun menganggap ringan dan tak bermakna amal orang lain.
هدانا الله واياكم أجمعين, أقول قول هذا وأستغفر الله العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Baca juga: Teks Singkat Naskah Khutbah Jumat 18 Oktober 2024: Dosa Paling Besar Setelah Syirik dan Kufur
Khutbah 2
Naskah Khutbah Jumat
khutbah Jumat
Salat Jumat
Menyadari Rahmat Allah SWT yang Luar Biasa
Sayyidul Ayyam
Teks Khutbah Jumat
Teks Khutbah Jumat 25 Oktober 2024: Hati-hati Rayuan Setan soal Zina, Bisa Dimulai dari Hal Kecil |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat 25 Oktober 2024: Larangan Berbuat Zalim Kepada Siapa pun |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat 18 Oktober 2024: Jangan Berbangga dengan Dosa |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat 18 Oktober 2024: Ikhtiar Diri Jadi Pemimpin yang Adil dan Bermanfaat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.