Naskah Khutbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat 11 Oktober 2024: Balasan dan Kesengsaraan Bagi Orang-orang yang Zalim

Naskah Khutbah Jumat 11 Oktober 2024: Balasan dan Kesengsaraan Bagi Orang-orang yang Zalim

X-Twitter/@CJnDrama
ilustrasi berkelahi 

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Abuya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki pernah menyampaikan sebuah kisah tentang seorang raja yang zalim dalam memerintah. Satu hari si raja kena batunya. Ia jatuh sakit yang membuatnya tidak bisa buang air besar. Para dokter dan tabib istana dikerahkan untuk mengobati dan menyembuhkan sakitnya. Tapi tak kunjung menuai hasil.

Alhasil, dibuatlah sayembara berhadiah sangat wah bagi siapa saja yang sanggup menyembuhkan raja. Datanglah seorang tabib yang alim memenuhi undangan sayembara. Ia mengklaim bisa mengobati penyakitnya, dengan izin Allah, asal raja mau memenuhi syaratnya. Raja bertanya, “Apa syarat yang kamu ajukan?” Tabib menjawab, “Jika saya berhasil mengobati dan menyembuhkan raja, maka berikan separo kekuasaan kepada saya.”

Permintaan si tabib ditolak mentah-mentah. Sayembara terus berlanjut tapi tidak juga memberi kabar gembira bagi raja dan seisi istana. Justeru sakit raja semakin parah. Sudah sekian lama raja tidak bisa buang air besar. Tentu keadaan ini teramat menyiksa.

Baca juga: Khutbah Jumat 11 Oktober 2024: Kewajiban Suami atas Keutuhan Keluarga dengan Tidak Menyakiti Istri

Terpaksa, tabib alim tadi diminta datang kembali ke istana. Raja menyetujui syaratnya. Namun, tabib malah meminta syarat yang lebih berat. Dia minta semua kekuasaannya diberikan kepadanya. Karena tidak ada jalan lain, dengan berat hati raja mau memenuhi permintaannya.

Singkat kisah, atas izin Allah raja dapat sembuh seperti sedia kala. Kotoran dalam perutnya keluar, tentu dengan bau yang sangat menyengat karena sudah sekian lama tidak buang air besar. Akhirnya raja memenuhi janjinya tapi ternyata ditolak oleh tabib. Sebagai gantinya tabib hanya meminta kepada raja agar tidak melakukan kezaliman kepada siapa saja. Kata tabib, “Lihatlah, nilai kekuasaan dan hartamu hanya senilai kotoran yang keluar dari perutmu.”

Kisah di atas mengandung pelajaran yang begitu berharga dan patut kita jadikan renungan untuk setiap manusia yang beriman. Kezaliman seseorang akan berbuntut panjang. Bisa saja orang yang zalim tampak menikmati kehidupannya, masih bisa tertawa terbahak-bahak. Tapi pada satu titik kezaliman yang ia lakukan akan berbalik menjadi hantaman kuat yang menghancurkannya, kalau tidak di dunia maka pasti di akhirat kelak.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) zalim berarti bengis, tidak menaruh belas kasihan, tidak adil, kejam. Orang zalim adalah orang yang melakukan perbuatan aniaya terhadap orang lain atau dirinya sendiri.

Kaum Muslimin yang Dimuliakan Allah

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 11 Oktober 2024: Perintah Nabi Muhammad SAW agar Optimis Menjalani Hidup

Berikut ini adalah bentuk-bentuk sanksi yang akan dirasakan oleh orang-orang yang melakukan penganiayaan (kezaliman). Pertama, orang yang zalim itu tak akan mendapatkan pertolongan di akhirat dari siapa saja, bahkan dari orang-orang yang saat di dunia tampak menjadi teman yang setia. Allah ﷻ berfirman :

مَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ

“Orang-orang yang zalim itu tidak mempunyai sahabat setia dan penolong yang dipatuhi.” (QS. Al-Mu’min: 18)

وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِن نَّصِيرٍ

“Orang-orang yang menganiaya itu tidak mempunyai penolong.” (QS. Al-Hajj: 71)

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 11 Oktober 2024 Tentang Perintah Nabi Muhammad SAW agar Optimis Menjalani Hidup

Kedua, perbuatan zalim menyebabkan kegelapan di hari akhir. Di saat umat manusia membutuhkan naungan dari terik panasnya matahari yang jaraknya sangat dekat, pelaku kezaliman dipastikan tidak akan mendapatkan fasilitas naungan sama sekali.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Priangan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved