Naskah Khutbah Jumat
Naskah Singkat Khutbah Jumat 11 Oktoer 2024 Bertema Nikmat Sunah Berhemat Dalam Hidup
Khutbah Jumat 11 Oktoer 2024, Pandangan Islam Tentang Sikap Seorang Muslim untuk Bisa Berhemat
Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: ferri amiril
Seruan dan anjuran beliau selalu dijadikan pedoman bagi mereka. Sehingga wajar, apabila beliau diposisikan sebagai orang yang paling berpengaruh karena kiprahnya yang luar biasa dalam merubah tatanan peradaban dunia Arab saat itu ke arah yang lebih baik.
Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 4 Oktober 2024: Kilas Balik Bahaya Perpecahan Umat
Salah seorang dari kalangan sahabat yang konsern untuk meniru perilaku beliau adalah Abdullah bin Umar bin al-Khattab al-Adwi al-Qurasyi atau lebih dikenal dengan Ibnu Umar r.a. (w. 73 H). Dalam sebuah riwayat, Ibnu Umar r.a. selalu mencontoh tata kehidupan (sunnah) Rasulullah s.a.w., termasuk dalam hal berpakaian, berjalan, makan, dan etika-etika lainnya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Oleh karenanya, dalam sejarah hukum Islam, sahabat dari Madinah ini termasuk ulama ahli hadis yang tekstualis. Keistimewaan inilah yang menjadikan Ibnu Umar r.a. sebagai sosok sahabat yang sangat disegani oleh para sahabat lainnya. Bahkan setelah Rasulullah s.a.w. wafat, jika ada yang ingin mengetahui sunnah Rasulullah, mereka langsung mengarahkannya untuk melihat perilaku Ibnu Umar r.a.
Dalam hadis di atas, Ibnu Umar r.a. mempraktikkan kebiasaan Nabi s.a.w. yang senantiasa mengajak orang miskin untuk ikut makan bersama. Tetapi ketika diketahui bahwa orang yang diajaknya itu adalah seorang yang rakus, ia pun lantas mengusirnya. Ia merujuk pada hadis Nabi s.a.w. "bahwa seorang mukmin makan dengan kapasitas satu usus, sedangkan orang kafir makan dengan kapasitas tujuh usus".
Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Barri bi Syarh Shahih al-Bukhari melansir bahwa orang yang diajak makan oleh Ibnu Umar r.a. ketika itu bernama Abu Nuhaik. Menurutnya, dari kasus itu, Ibnu Umar r.a. telah memahami hadis Nabi SAW. secara tekstual. Ia memandang bahwa orang miskin yang ikut makan bersamanya itu memiliki sifat seperti orang kafir, karena makannya sangat rakus. Oleh sebab itu, ia pun menyuruh orang itu agar tidak ikut makan bersamanya lagi.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 4 Oktober 2024: Menyantuni Anak Yatim sebagai Wujud Cinta Kepada Rasulullah
Pemahaman hadis tersebut, menurut Imam al-Nawawi dalam kitabnya Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawi, tidak harus dipahami secara tekstual. Hadis di atas memiliki latar belakang yang khusus. Ketika itu, ada seorang kafir bernama Tsamamah bin Atsal datang kepada Nabi SAW, Ia melahap tujuh gelas perahan air susu kambing. Keesokan harinya, ia masuk Islam. Ketika disuguhi air minum, ia hanya meminum segelas air saja. Maka Nabi s.a.w. bersabda demikian seperti yang disebutkan dalam hadis di atas.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ada yang berpendapat bahwa maksud hadis tersebut adalah "seorang mukmin itu selalu ekonomis dalam hal makanan, tidak rakus dan tidak boros". Pendapat lain mengatakan "bahwa perilaku ekonomis seorang mukmin tersebut tidak lepas dari kebiasaannya mengucapkan basmalah sebelum makan atau minum.
Sebab, ketika itu, setan terbelenggu dan tidak kuasa ikut bergabung makan. Sedangkan kebiasaan orang kafir yang tidak mengucapkan basmalah, tentunya akan disertai setan, karenanya pantas jika ia makannya banyak". Hal ini dikuatkan dalam riwayat Imam Muslim, bahwa setan akan ikut nimbrung makan kecuali makanan itu dibacakan nama Allah.
Dalam ilmu kedokteran dijelaskan bahwa setiap manusia memiliki tujuh usus. Satu usus untuk tempat makanan, kemudian tiga usus lembut dan tiga usus kasar yang masing-masing bersambung dengan usus yang pertama.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 4 Oktober 2024: Pungli Perbuatan Zalim kepada Manusia
Seorang kafir karena tidak membaca basmalah sebelum makan, ia akan memenuhi usus-ususnya yang tujuh itu. Sedangkan seorang mukmin karena membaca basmalah sebelum makan, ia akan berpola hemat dan ekonomis dalam menyantap makanannya. Dengan memenuhi salah satu usus-ususnya, seorang mukmin sudah merasa kenyang.
Ada juga yang memahami tujuh usus tersebut dengan tujuh sifat yang buruk; yaitu rakus, boros, panjang angan-angan, mengharap pemberian, jelek tabiat, hasud, dan banyak makan. Dikatakan pula bahwa kata "mukmin" dalam hadis tersebut maksudnya adalah seorang mukmin yang sempurna, yaitu orang yang menjauhi syahwat yang menjerumuskannya pada kelalaian.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Menurut al-Nawawi sendiri, mukmin di atas tidak bersifat umum, melainkan khusus. Hal itu berdasarkan faktor kebiasaan. Biasanya orang kafir makannya banyak dan orang mukmin hemat. Karenanya, tidak bisa dihukumi bahwa setiap orang yang irit itu sebagai seorang mukmin, atau sebaliknya, setiap orang yang banyak makan dihukumi sebagai seorang kafir.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.