Naskah Khutbah Jumat

Naskah Singkat Khutbah Jumat 11 Oktober 2024: Menciptakan Keluarga Harmonis nan Islami

Berikut Ini Dia Naskah Singkat Khutbah Jumat 11 Oktober 2024: Menciptakan Keluarga Harmonis nan Islami

TribunPriangan.com/Machmud Mubarok
Naskah Singkat Khutbah Jumat 11 Oktober 2024: Menciptakan Keluarga Harmonis nan Islami 

Di antara nikmat yang harus kita syukuri dalam kehidupan di dunia ini adalah keberadaan keluarga yang merupakan elemen dan komunitas awal pembelajaran hidup setiap manusia. Setiap insan mesti mengidam-idamkan keluarga yang bisa menjadi tempat belajar tentang kehidupan sekaligus tempat beristirahat, bercengkrama, penuh dengan tawa bahagia, dan tentunya harmonis serta senantiasa dilindungi dan diberkahi oleh Allah swt.

Tidak ada yang menginginkan keluarga yang ketika pulang selalu diwarnai dengan keributan, ketidakharmonisan, dan penuh dengan suasana tidak nyaman. Semua ingin memiliki rumah sebagaimana ungkapan bijak “Baiti jannati” rumahku adalah surgaku. Rumah yang selalu nyaman ditempati, penuh dengan kebahagiaan, senantiasa dihiasi dengan ibadah kepada Allah swt, layaknya surga.

Untuk mewujudkan hal ini, tentulah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semua itu melalui sebuah proses panjang yang diawali dari niat seseorang membina rumah tangga melalui sebuah pernikahan. Pernikahan yang diniati dengan benar, alias bukan untuk tujuan main-main, apalagi hanya untuk tujuan kemewahan, popularitas, dan nafsu belaka, akan menghasilkan sebuah keluarga yang baik dan mampu menyempurnakan keislaman seseorang. Sebagaimana hadits Rasulullah:

إِذَا تَزَوَّجَ الْعَبْدُ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفُ الدِّيْنِ فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ الْبَاقِي

Artinya: “Jika seorang hamba (Allah Swt.) menikah, berarti telah menyempurnakan separuh agama, maka hendaklah bertakwa kepada Allah Swt. pada separuh sisanya.” (HR Baihaqi).

Dari hadits ini bisa kita pahami bahwa pernikahan, sebagai pintu gerbang membentuk keluarga, memiliki dimensi ibadah. Bukan hanya sekedar menyatukan dua insan manusia saja. Dimensi ibadah inilah yang harus menjadi dasar bagi setiap orang dalam menjalankan sunnah Rasulullah ini sehingga bisa menyempurnakan agamanya. Sehingga dalam sebuah keluarga, nilai-nilai agama yang kental menjadi salah satu faktor terciptanya keluarga yang harmonis dan senantiasa dalam ridho dan lindungan Allah swt.

Dengan nilai-nilai agama, setiap aktivitas dalam keluarga akan menjadi nilai ibadah dan mampu membawa kebaikan dan keberkahan pada seluruh keluarga. Nilai-nilai agama akan menghindarkan setiap anggota keluarga dari perbuatan yang mengantarkannya kepada dosa-dosa besar serta akan terhindar dari api neraka. Saling mengingatkan anggota keluarga untuk menghindari perbuatan yang menghantarkan kepada neraka juga diingatkan Allah swt dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim Ayat 6:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 20 September 2024 Bersiap Jawab 4 Pertanyaan di Hari Kiamat

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Selain niat yang benar dan menanamkan nilai-nilai agama, ikhtiar lain yang perlu dilakukan guna mewujudkan keluarga harmonis adalah senantiasa mengeratkan ikatan hubungan baik dengan sesama anggota keluarga. Masing-masing harus bisa memerankan perannya dengan tidak merendahkan peran anggota keluarga yang lain. Semua yang ada dalam keluarga adalah satu tim layaknya para awak kapal yang mengarungi bahtera untuk menuju satu dermaga.

Masing-masing memiliki kewajiban dan hak yang berbeda. Namun tidak boleh merasa lebih tinggi derajatnya dari yang lain. Perbedaan-perbedaan yang ada inilah yang justru akan menjadi sebuah kelebihan dalam mengelola rumah tangga karena bisa saling melengkapi satu sama lain.

Kesetaraan ini juga sudah ditunjukkan dalam Al-Qur’an yang tidak menyebut kata ‘istri’ dengan kata zaujah (زوجة). Namun, Al-Qur'an menyebut kata istri dengan lafal zauj (زوج) selayaknya menyebut seorang suami. Seperti termaktub dalam Surat An-Nisa ayat 1:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا

Artinya: "Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya..."

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved