Naskah Khutbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat 6 September 2024, Demokrasi dan Etika Mengkritik Pemimpin

Naskah Khutbah Jumat 6 September 2024, Demokrasi dan Etika Mengkritik Pemimpin

Kompas.com
Ilustrasi Pemimpin (KOMPAS.COM) Artikel ini telah tayang di TribunPontianak.co.id dengan judul Jadi Pemimpin Perubahan, Kamu Harus Punya Ini, https://pontianak.tribunnews.com/2019/01/25/jadi-pemimpin-perubahan-kamu-harus-punya-ini. Penulis: Rizki Fadriani | Editor: Madrosid 

TRIBUNPRIANGAN.COM - Hari Jumat merupakan Sayyidul Ayyam atau Penghulunya Hari bagi umat muslim di dunia dan diyakini sebagai hari penuh keberkahan.

Pasalnya dalam hari tersebut, setiap muslim yang balig diwajibkan untuk mengerjakan shalat Jumat.

Adapun beberapa syarat berlaku dalam pelaksanaan salat Jumat, di antaranya adalah melangsungkan Khutbah sebagai rukun dalam salat Jumat.

Dalam bekhutbah sang khotib menerangkan perihal ketaatan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.

Terdapat berbagai macam tema dalam menyampaikan Khutbah Jumat.

Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 6 September 2024: Meneladani Kesederhanaan Rasulullah SAW

Untuk itu kali ini TribunPriangan akan mengulas sekilas tentang Demokrasi dan Etika Mengkritik Pemimpin.

Pasalnya, Dalam bernegara di Indonesia, kita hidup dalam sistem demokrasi yang memungkinkan setiap warga negara menyuarakan pendapatnya, termasuk dalam memberikan kritik kepada pemimpin. Namun, sebagai umat Islam, kita diingatkan bahwa ada etika dan adab yang harus dijaga dalam menyampaikan kritik.

Naskah I

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا لِلْأَعْمَالِ الْجَارِيَة, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ والبَرَكَاتُ عَلَى خَيْرِ البَرِيَّة، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالذُّرِّيَّة أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَ رْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Menjadi keniscayaan bagi kita semua untuk senantiasa bersyukur atas karunia nikmat yang kita dapatkan dalam kehidupan di dunia ini. Di antara nikmat tersebut adalah dianugerahkannya kepada kita negeri yang aman dan damai sehingga kita bisa menjalankan misi utama kita diciptakan di dunia ini yakni beribadah kepada Allah swt. Tanpa adanya keamanan dan kedamaian, pastilah ibadah kita akan terganggu. Jadi keamanan dan keimanan merupakan satu paket yang bisa menghantarkan kita menjadi hamba yang taat beribadah.  

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 6 September 2024 Bertema Menyikapi Musibah dengan Sabar dan Tawakal

Pada kesempatan ini, khatib juga mengajak kepada seluruh jamaah wabil khusus kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Di antara perintah yang diberikan kepada manusia dalam kehidupan ini adalah senantiasa menyeru kepada kebajikan, mengajak kepada kebaikan, dan mencegah hal-hal yang mungkar.

Hal ini telah ditegaskan oleh Allah swt dalam Al-Qur'an surat Ali ‘Imran ayat104:

 وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ   

Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”   

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Amar makruf nahi munkar merupakan perintah yang harus dilaksanakan di manapun, kapanpun, dan kepada siapapun. Bukan hanya kepada sesama warga masyarakat, termasuk kepada pemerintah yang mungkin dinilai telah keluar dari garis peraturan undang-undang, etika, dan juga syariat agama. 

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 6 September 2024 Bertema Terlalu Lama di Medsos Bisa Ganggu Mental

Dalam Islam, menyampaikan kritik membangun kepada pemimpin merupakan hal yang diperbolehkan selama dilakukan dengan cara yang baik dan untuk kemaslahatan bersama.   Rasulullah saw bersabda:    

إِنَّمَا الدِّينُ النَّصِيحَةُ، فَقِيلَ: لِمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَرَسُولِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُؤْمِنِينَ وَعَامَّتِهِمْ    

Artinya: “Sungguh agama (Islam) itu adalah nasihat. Maka (nabi) ditanya (oleh sahabat), untuk siapa, wahai Rasulullah? Nabi menjawab: Untuk Allah, kitab-Nya, utusan-Nya, para pemimpin kaum muslimin, dan umat Islam seluruhnya.” (H.R. Muslim)   

Terlebih di negara Indonesia yang menganut asas demokrasi di mana setiap individu memiliki hak untuk menyampaikan pendapatnya. Indonesia sebagai negara demokrasi atau berkedaulatan rakyat telah ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang Dasar. 

Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 6 September 2024: Merawat Mental untuk Hindari Maksiat

Melihat pada sejarah, menjadikan Indonesia sebagai negara demokrasi merupakan kesepakatan bijak para pendiri bangsa yang menyadari bahwa Indonesia diciptakan oleh Allah sebagai bangsa yang beragam dari sisi agama, bahasa, suku, adat istiadat, dan lain-lainnya. Sehingga keragaman ini harus dijaga dengan saling menghormati dan memahami karakter satu sama lain termasuk dalam menyampaikan kritikan dan masukan di tengah berbagai perbedaan.    

Memberikan masukan dan kritik boleh disampaikan kepada siapapun, termasuk kepada pemerintah. Namun semua itu haruslah dilakukan dengan cara yang baik. Karena kita tahu bersama bahwa sesuatu yang baik jika dilakukan dengan cara yang tidak baik maka akan berbuah hal yang tidak baik. Islam pun telah memberikan panduan dalam memberi masukan atau mengajak orang lain termasuk pemimpin kepada kebaikan. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125:   

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ    

Artinya: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.”   

Dalam ayat ini etika lebih ditekankan dalam menyeru, mengajak, dan memberikan kritik kepada orang lain. Di antaranya adalah dengan hikmah dan penjelasan yang baik.

Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 6 September 2024: Merawat Mental untuk Hindari Maksiat

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah   

Selain dengan hikmah, menyampaikan kritik kepada pimpinan atau pemerintah juga harus dilakukan dengan etika dan sopan santun. Sangat tidak dianjurkan menyampaikan kritikan, walaupun kepada pemimpin yang zalim, dengan cara-cara anarkis, mengeluarkan ujaran kebencian, mengumpat, dan sejenisnya. Hal ini malah akan menjadi kontraproduktif dan tidak mendapatkan hasil baik yang diinginkan. Cara mengkritik dengan baik sudah ditegaskan dalam Al-Qur’an dari teladan Nabi Musa dan Nabi Harun yang mengkritik Fir’aun dengan kata-kata yang baik.    

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Thaha ayat 44:   

فَقُولَا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى    

Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia menjadi sadar atau takut.”   

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 6 September 2024 Bertema Kewajiban Mencintai Rasulullah SAW

Dalam kitab Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim halaman 294 disebutkan bahwa ayat ini mengandung pelajaran yang sangat berharga. Dari ayat ini, umat Islam mengetahui derajat antara Fir’aun dan Nabi Musa. Fir’aun adalah pemimpin yang angkuh dan arogan sementara Nabi Musa adalah manusia pilihan yang Allah perintahkan untuk tidak berbicara dengan Fir’aun kecuali dengan perkataan yang santun dan lemah lembut.   

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah   Terkait dengan etika mengkritik ini, Rasulullah juga sudah memberikan panduan yang terungkap dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim:

مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ نَصِيحَةٌ لِذِي سُلْطَانٍ فَلَا يُكَلِّمُهُ بِهَا عَلَانِيَةً، وَلْيَأْخُذْ بِيَدِهِ، وَلْيُخْلِ بِهِ، فَإِنْ قَبِلَهَا قَبِلَهَا، وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ وَالَّذِي لَهُ   

Artinya: “Siapa pun yang hendak menasihati pemerintah, maka janganlah dengan terang-terangan di tempat terbuka. Namun, jabatlah tangannya, ajaklah bicara di tempat tertutup. Bila nasihatnya diterima, bersyukurlah. Bila tidak diterima, maka tidak mengapa, sebab sungguh ia telah melakukan kewajibannya dan memenuhi haknya.”   

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 30 Agustus 2024: Bersemangat untuk Selalu Introspeksi Diri

Dari penjelasan ini, maka sudah seharusnya kita mengedepankan etika saat berbicara dengan orang lain terlebih saat menyampaikan kritik khususnya kepada pemimpin atau pemerintah. Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan oleh Allah untuk senantiasa mampu menjaga negara demokrasi kita dengan baik dan mampu saling menasihati dengan baik pula. Amin.   

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ   

Khutbah II 

اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلٓهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أٓلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ ‎أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللّٰهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ‎اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ‎عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ 

(*)

Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved