Naskah Khutbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat 30 Agustus 2024/23 Safar 1446, Bertemakan Tentang Bencana, Ujian ataukah Azab?

Berikut disajikan Naskah Khutbah Jumat 30 Agustus 2024/23 Safar 1446, Bertemakan Tentang Bencana, Ujian ataukah Azab?

Kompas.com
Ilustrasi bencana gunung meletus. (Dok. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)) 

Mengutip dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), di awal tahun 2021 ini terjadi sebanyak 197 bencana di seluruh wilayah Indonesia. Sebagian besar kejadian merupakan bencana alam. Bencana banjir mendominasi dengan 134 kejadian, disusul tanah longsor 31 kejadian, dan puting beliung sebanyak 24 kejadian.   

Serangkaian bencana di awal 2021 itu menyebabkan 184 orang meninggal, lebih dari 2.700 orang mengalami luka-luka. Sebanyak 9 orang dinyatakan hilang dan mereka yang menderita serta mengungsi mencapai 1,9 juta orang.   

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

Sederet bencana yang menimpa rakyat Indonesia di awal tahun ini memunculkan sebuah pertanyaan: apakah bencana itu ujian ataukah azab yang Allah timpakan kepada bangsa Indonesia?   Hadirin rahimakumullah, Bencana atau musibah adakalanya ujian dan adakalanya merupakan azab yang disegerakan di dunia.   

Dari mana kita mengetahui bahwa sebuah bencana dan musibah adalah ujian ataukah azab? Apabila musibah itu ditimpakan kepada orang-orang shalih yang taat kepada Allah ta’ala maka ia adalah ujian yang meninggikan derajat mereka dan melipatgandakan pahala mereka di akhirat. Musibah yang berupa ujian ini ditimpakan oleh Allah kepada orang-orang yang dikehendaki kebaikan pada dirinya, seperti para nabi, para wali, para ulama yang mengamalkan ilmunya dan orang-orang shalih lainnya.   

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 23 Agustus 2024 Siapkan Hal Ini Sebelum Datang Waktu Ajal

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)   

Maknanya: “Siapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya” (HR al-Bukhari).   

Dari hadits ini dapat dipahami bahwa seseorang yang dikehendaki kebaikan dan derajat yang tinggi pada dirinya maka Allah melindunginya dari musibah agama dan menimpakan berbagai musibah dunia pada dirinya, anaknya, hartanya atau orang yang ia cintai. Musibah agama adalah seperti meninggalkan shalat limat waktu, berjudi, berzina, mencuri, dan lain sebagainya. Sedangkan musibah dunia sangat banyak bentuknya. Di antaranya kemiskinan, sakit, ditinggal mati orang yang dicintai, diperlakukan buruk orang lain, dan lain sebagainya.   

Semakin taat seseorang dan semakin banyak ia melakukan kebaikan maka semakin besar dan berat ujian yang Allah timpakan kepadanya. Sebagaiman kita tahu, manusia yang paling taat adalah para nabi. Musibah yang menimpa mereka tentu lebih banyak dan lebih berat dibandingkan dengan manusia pada umumnya.   

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 23 Agustus 2024 Bertema Membangun Keluarga Samawa

Nabi Nuh diuji dengan anak dan istrinya yang tidak mau beriman. Beliau juga dicaci dan seringkali dipukuli sampai pingsan ketika menyampaikan dakwah kepada umatnya. Nabi Ibrahim diuji dengan dilemparkan ke api yang berkobar-kobar dan tidak dikarunia anak sampai usia lanjut. Nabi Zakariyya meninggal digergaji. Nabi Yahya kepalanya dipenggal. Banyak nabi di kalangan Bani Israil yang mati dibunuh sebagaimana disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 87 dan surat al ‘Imran ayat 181. Nabi Ayyub diuji dengan sakit selama 18 tahun dan dimatikan seluruh anaknya dan dilenyapkan seluruh hartanya.   

Nabi Muhammad diuji dengan cacian dari kaumnya, dijatuhkan kotoran dan jeroan unta pada kepala dan badannya saat sujud, dilempari batu sampai berdarah, ditinggal mati oleh istri tercintanya, ditinggal mati oleh putranya saat masih bayi, meninggalkan kampung halaman yang sangat beliau cintai, mengalami demam tinggi dua kali lipat dari demam paling tinggi yang dialami manusia pada umumnya dan lain sebainya.   Oleh karena itu semua, Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:   

أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ (رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَأَحْمَدُ وَغَيْرُهُمَا)   

Maknanya: “Manusia yang paling berat musibahnya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang di bawah derajat mereka, kemudian orang-orang yang di bawah derajat mereka. Seseorang diuji berdasarkan sekuat apa ia pegangteguh agamanya” (HR at-Tirmidzi, Ahmad, dan lainnya)   

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:   

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved