Setelah Dilantik, Dewan Baru Garut Gerak Cepat Tengok Anak Tanpa Anus dan Upayakan Pemulihannya

Setelah Dilantik, Dewan Baru Garut Gerak Cepat Tengok Anak Tanpa Anus dan Upayakan Pemulihannya

Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: ferri amiril
tribunpriangan.com/sidqi al ghifari
Setelah Dilantik, Dewan Baru Garut Gerak Cepat Tengok Anak Tanpa Anus dan Upayakan Pemulihannya 

Laporan Kontributor TribunPriangan.com Garut, Sidqi Al Ghifari


TRIBUNPRIANGAN.COM, GARUT - Hari pertama kerja sebagai anggota DPRD Kabupaten Garut, Jawa Barat periode 2024-2029, Yudha Puja Turnawan langsung turun tengok seorang anak yang lahir tanpa anus

Anak tersebut bernama Muhammad Rizki (10) warga Kampung Sukatinggal RT 02/11, Desa Padaawas, Kecamatan Pasirwangi. 

Yudha mengatakan, kondisi keluarga anak tersebut memprihatinkan sehingga butuh pertolongan secepatnya. 

"Kita upayakan untuk masuk dulu data DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) setelah itu masuk BPJS bantuan. Melihat kondisi anak, ini harus segera dioperasi," ujarnya kepada Tribun.

Ia menuturkan, anak tersebut juga terganggu pendidikannya lantaran kerap dibully di sekolahnya lantaran tak memiliki anus

Atas hal itu, dirinya mendorong pemerintah desa setempat untuk melakukan sosialisasi ke sekolah sang anak agar bisa kembali bersekolah. 

"Adik Rizki ini masih sekolah kelas 4 SD, sekolahnya juga tidak boleh terganggu, harus lanjut terus tidak boleh ada bullying," ungkapnya. 

Yudha menjelaskan, selain kondisi fisik yang memerlukan bantuan, kediaman orang tua Rizki juga menurutnya tidak layak huni. 

Atas kondisi tersebut, dirinya telah mendorong kementerian sosial agar mendapatkan bantuan RST (Rumah Sejahtera Terpadu) dan bantuan kewirausahaan. 

"Nanti siapa yang cepat aja, bantuan dari APBN atau dari APBD yang lebih dulu keluarnya, nantinya bisa digunakan untuk pengobatan dan bantuan keluarga Rizki," ungkapnya. 

Orang tua Rizki, Aceng Iip (42) mengatakan anaknya itu sejak lahir tidak memiliki anus, ia juga tidak sanggup membawa anaknya itu berobat ke rumah sakit. 

Ia juga mengatakan tidak ada yang tahu soal kondisi anaknya, lantaran Ia tidak pernah menceritakan hal itu kepada pemerintah setempat. 

"Alasannya malu, padahal setiap hari suka bertemu dengan Pak Kades, tapi alhamdulillah akhirnya ada yang bantu," ungkapnya. 

Ia menuturkan ingin segera ada tindakan terhadap anak sulungnya itu, salah satunya dilakukan operasi. 

Iip menuturkan pekerjaannya sehari-hari adalah buruh tani dengan upah Rp. 50 ribu. Upah tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumahnya, sedangkan untuk berobat Ia tidak mampu. 

"Selama ini tidak ke rumah sakit karena uang tidak cukup, kasihan kedua anak saya ini sudah ditinggal ibunya sejak kecil," tandasnya.(*)

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved