Lipsus Kampung di Garut Dibakar DI
Kisah Gerombolan dan Tragedi Mencekam Kampung-kampung di Garut Jawa Barat Dibakar DI/TII
tragedi paling terkenal atas kekejian gorombolan terjadi di wilayah Kecamatan Leles dan Kecamatan Limbangan, 10 warga Garut dilaporkan meninggal
Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: Gelar Aldi Sugiara
Laporan Kontributor Tribunjabar.id Garut, Sidqi Al Ghifari
TRIBUNPRIANGAN.COM, GARUT - Perundingan Renville pada tanggal 7 Januari tahun 1948 antara pihak Indonesia dan Belanda menimbulkan masalah baru.
Dalam perjanjian itu Indonesia gagal mempertahankan wilayah, salah satunya adalah wilayah Jawa Barat. Saat itu Belanda hanya mengakui Sumatera, Jawa Tengah dan Yogyakarta sebagai wilayah Indonesia.
Masalah baru yang muncul adalah memberontaknya Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII).
Dasarnya adalah karena ketidakpuasan Kartosoewirjo terhadap Indonesia yang tidak mampu mempertahankan wilayah Jawa Barat di Perundingan Renville.
Kemudian pada bulan Pebruari 1948 Tentara Islam Indonesia (TII) dibentuk. DI (Darul Islam) yang didirikan Sekarmadji Maridjan Kartosoewiryo dengan TII yang berpanglima Raden Oni ini saling berhubungan lantaran keduanya sudah pernah bertemu untuk melepaskan wilayah Jawa Barat dari cengkeraman Belanda.
Sejarawan dan Budayawan Kabupaten Garut, Warjita mengatakan, kemunculan DI/TII menjadi kejadian menakutkan bagi warga Garut. Pasalnya, seiring berjalannya waktu pasukan mereka mulai melakukan hal-hal yang merugikan penduduk Garut khususnya di wilayah perkampungan.
Baca juga: Benarkah 600 Warga Jawa Barat Masih Terafiliasi NII? Begini Kata Kesbangpol
Ia menuturkan, masyarakat Garut menyebut pasukan DI/TII sebagai "Gorombolan" atau zaman gorombolan. Orang-orang gorombolan kerap turun dari gunung dan memasuki pemukiman warga untuk mencari pembekalan.
"Mereka turun gunung, bagi masyarakat yang tidak kooperatif atau tidak mendukung gerakan mereka, nasibnya akan dibinasakan," ujarnya saat dihubungi Tribunjabar.id, Senin (22/7/2024).
Ia menuturkan, tragedi paling terkenal atas kekejian gorombolan terjadi di wilayah Kecamatan Leles dan Kecamatan Limbangan, 10 warga Garut dilaporkan meninggal dunia, sekolah ditutup dan puluhan rumah dibakar.
Tragedi yang diindikasikan dilakukan oleh gerombolan tersebut terjadi pada malam kemerdekaan Republik Indonesia pada hari Rabu tanggal 17 Agustus tahun 1950.
"Selain masyarakat yang jadi sasaran karena tidak kooperatif mendukung gerakan DI/TII, mereka biasanya menyasar para pejabat," ungkapnya.
Warjita menjelaskan, teror tersebut membuat masyarakat Garut yang berada di pedalaman memilih untuk mengungsi ke wilayah perkotaan.
Bahkan, beberapa diantara mereka juga memilih mengungsi ke luar daerah seperti Jakarta, Cianjur, Bandung dan wilayah lain yang dianggap aman.
"Bahkan orang tua dari Mantan Kapolda Jawa Barat Jenderal Suntana juga mengungsi ke Jakarta, saat itu tahun 60-an, orang tuanya asli Kecamatan Karang Tengah Garut," ungkapnya.
Liputan Khusus
gerombolan
tragedi mencekam
DI/TII
Garut
Negara Islam Indonesia
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo
Satu Penyebab Pantai yang Tenang dan Murah Meriah di Pangandaran Ini Kerap Sepi saat Weekend |
![]() |
---|
Ada Kuliner Khas Garut yang Enak Selain Dodol, Wajib Dibawa Buat Oleh-oleh Keluarga di Rumah |
![]() |
---|
Daftar Kuliner Khas di Pangandaran Selain Seafood, Ada yang Cocok Disantap Saat Cuaca Panas |
![]() |
---|
Wisata Mudah Dijangkau di Ciamis yang Beri Pengalaman Berbeda, Ada Negeri di Atas Awan Puncak Bangku |
![]() |
---|
Link Resmi Pengumuman Seleksi Berkas PPPK Kejaksaan 2025, Terakhir Hari Ini! |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.