Pergerakan Tanah di KBB Meluas, 10 Rumah Rusak Berat, Jalan Kampung Ambles Tak Bisa Dilalui Mobil

Pergerakan tanah yang melanda Kampung Cigombong, Rongga, KBB terus meluas, kemungkinan dipicu akibat hujan deras dan diperparah dengan kondisi tanah

Editor: Machmud Mubarok
Istimewa
Pergerakan tanah yang melanda Kampung Cigombong, RT 04/13, Desa Cibedug Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB) hingga saat ini kondisinya terus meluas. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNPRIANGAN.COM, BANDUNG BARAT - Pergerakan tanah yang melanda Kampung Cigombong, RT 04/13, Desa Cibedug Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB) hingga saat ini kondisinya terus meluas.

Kejadian itu pertama kali diketahui pada 19 Februari 2024, kemudian baru dilaporkan beberapa hari kemudian ke pihak kecamatan dan langsung ditindaklanjuti oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KBB.

Awalnya, dampak dari pergerakan tanah itu sebanyak 34 rumah terancam, empat rumah rusak sedang, dan satu bangunan sekolah retak-retak. Sedangkan saat ini ada 44 rumah yang terancam dan 10 rumah rusak berat.

"Betul pergerakan tanah semakin parah (meluas) dan keretakan pada rumah dan jalan juga membesar, jadi menganga," ujar Plt Kepala Pelaksana BPBD KBB, Asep Sehabudin saat dihubungi, Rabu (28/2/2024).

Baca juga: Dinding Rumah Warga Banjarsari Ciamis Ambrol Akibat Pergerakan Tanah

Ia mengatakan, berdasarkan hasil investigasi petugas BPBD KBB di lapangan, pergerakan tanah tersebut kemungkinan dipicu akibat hujan deras dan diperparah dengan kondisi tanah yang labil.

"Untuk memastikan penyebab dan keamanan bagi warga, pergerakan tanah ini perlu dilakukan kajian geologi," katanya.

Kepala Desa Cibedug, Engkus Kustendi mengatakan, selain mengancam 44 rumah dan 10 terdampak, bencana pergerakan tanah itu juga menyebabkan jalan ambles dengan kedalaman sekitar 50 sentimeter.

"Untuk warga yang rumahnya rusak sudah mengungsi ke rumah saudaranya. Kemudian untuk sekolah, sekarang sudah tidak bisa dipakai karena akan membahayakan murid nanti," ucap Engkus.

Selain berdampak terhadap bangunan, pergerakan tanah itu juga menyebabkan jalan kampung mengalami kerusakan, kemudian warga membuat jalan alternatif agar bisa dilintasi kendaraan.

"Jalan kampungnya juga ambles, jadi kendaraan tidak bisa melintas. Jadi, sekarang warga setempat membuat jalur alternatif," katanya.

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved