Pendaki Tersambar Petir

2 Catatan Penting AOPGI usai Pendaki Asal Banten Tewas Tersambar Petir di Gunung Cikuray Garut

Semua pihak perlu mengambil hikmah salah satunya memperhatikan keselamatan dan kesiapan fisik saat mendaki, termasuk kondisi cuaca.

Dok - Polsek Cilawu
Petugas saat mengevakuasi jenazah Akbar (21) pendaki Gunung Cikuray asal Banten yang meninggal dunia setelah tersambar petir, Sabtu (24/2/2024). 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Garut, Sidqi Al Ghifari

TRIBUNPRIANGAN.COM, GARUT - Akbar (21) seorang pendaki asal Banten tewas usai tersambar petir saat mendaki Gunung Cikuray di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (24/2/2024).

Ketua Asosiasi Olahraga Pendaki Gunung Indonesia (AOPGI) Garut, Dea Achmad, menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya Akbar (21) saat melakukan aktivitas pendakian di gunung yang memiliki ketinggian 2.821 meter di atas permukaan laut itu.

"Kami prihatin dan ikut berduka, lagi-lagi mendaki yang dibilang aktivitas berisiko sangat besar kembali memakan korban," ujarnya saat dihubungi Tribunjabar.id, Minggu (25/2/2024).

Baca juga: Pendaki Gunung Cikuray Garut Asal Banten Tersambar Petir, 1 Meninggal Dunia

Menurut Dea, dalam kejadian tragis itu, semua pihak perlu mengambil hikmah salah satunya memperhatikan keselamatan dan kesiapan fisik saat mendaki.

Termasuk memperhatikan kondisi cuaca agar proses pendakian bisa berjalan aman dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Kami di AOPGI mengkategorikan dua risiko mendaki, yaitu objektif dan subjektif," ungkapnya.

Risiko objektif menurutnya, merupakan perhatian terhadap individu pendaki itu sendiri, semisal kesiapan fisik hingga manajemen pendakian.

Baca juga: Setelah Dilaporkan Hilang, Akhirnya 13 Orang Pendaki di Gede Pangrango Cianjur Sudah Ditemukan

Sedangkan risiko subjektif merupakan perhatian terhadap kondisi alam sebelum melakukan pendakian.

"Risiko subjektif muncul dari alam yang tidak bisa kita prediksi tapi bisa diterka ya, misal jam berapa harus mendaki, kondisi cuaca seperti apa, jika tidak memungkinkan ya kami sarankan tidak memaksakan," ungkapnya.

Dea menjelaskan, problem saat ini adalah aktivitas pendakian dijadikan sebagai tren sehingga kondisi fisik, aturan, dan waktu kerap tidak diperhatikan.

Dirinya juga menekankan, perlu adanya aturan ketat bagi para pendaki khususnya bagi mereka yang mendaki gunung di Garut.

"Perketatlah soal aturan mendaki, ini bisa dilakukan di pos tiketing. Bahkan di daerah lain sudah dilakukan," ucapnya.

Baca juga: Pendaki Diimbau Tidak Mendekati Kawah Gunung Api Saat Turun Hujan, Bandel Siap-siap Maut Menjemput

"Memang ini jadi ribet, tapi demi keselamatan pendaki juga, misal jika cuaca tidak mendukung maka tidak diperbolehkan naik," kata dia melanjutkan

Pihaknya juga bersama AOPGI Jawa Barat saat ini tengah menggodog aturan keselamatan pendakian, mulai dari tes kesehatan dan lain-lain.

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved