Naskah Khutbah Jumat
TEKS KHUTBAH JUMAT 2 Februari 2024/20 Rojab 1445, Kekhawatiran Rasulullah Terhadap Pemimpin Bodoh
Naskah Khutbah Jumat 1 Februari 2024/20 Rojab 1445, Kekhawatiran Rasulullah Terhadap Pemimpin Bodoh
Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: Dwi Yansetyo Nugroho
TRIBUNPRIANGAN.COM - Salat Jumat merupakan salat yang diwajibkan bagi kaum muslimin yang telah balig.
Hari Jumat merupakan Sayyidul Ayyam atau Penghulunya Hari, yang diyakini kaum muslimin sebagai hari penuh keberkahan.
Adapun, beberapa syarat berlaku dalam pelaksanaan salat Jumat, di antaranya adalah melangsungkan Khutbah sebagai rukun dalam salat Jumat.
Dalam bekhutbah sang khotib bebas menerangkan perihal ketaatan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.
Ada berbagai jenis topik khutbah Jumat, namun kali ini TribunPriangan.com ingin mengulas perihal kekhawatiran RasuluLlah mengenai kepemimpinan seorang pemimpin yang terpilih dari kalangan orang yang tidak paham (Bodoh) mengenai perkara jabatan yang sedang di emban, yang mana tidak terlepas dari ridho dan campur tangan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.
Baca juga: ONE DAY ONE HADITS Rabu 31 Januari 2024, Kekhawatiran Nabi terhadap Pemimpin yang Bodoh
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْـدُ. فَإِنِّيْ أُوْصِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ. إِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ .وقال أيضا: وَإِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ.كَمَا أُوْصِيْ بِطَاعَةِ رَسُوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقَائِلِ: أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعةِ، وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّينَ، عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةً ضَلاَلَةٌ.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah,
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.
Shalawat dan salam semoga tercurah pada Nabi akhir zaman, suri tauladan kita, Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang akan terus meningkatkan komitmen kita untuk taat menjalankan perintah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan Rasul-Nya serta menjauhi segenap larangan-larangannya.
Baca juga: ONE DAY ONE HADITS Hari Ini 29 Januari 2024: Ancaman Bagi Pembela Pemimpin yang Zalim
Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah…
Kita telah masuk dalam tahun yang penting, dimana tahun ini menjadi tahun yang menentukan masa depan bangsa lewat setiap pemimpin yang dipilih.
Pemimpin sendiri merupakan orang yang dipilih secara bersama oleh sekelompok orang demi kepentingan dan kesejahteraan bersama dalam membangun suatu negara di masa yang akan datang.
Pemimpin diberi tugas yang sangat berat sebagai pengambil keputusan dan kebijakan demi kepentingan umat yang lebih baik.
Dalam islam, hal ini telah ditunjukan pada masa kehidupan RasuluLlah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, yang menerapkan kepemimpinan yang adil dan tentram.
Sejalan dengan peranannya, umum manusia akan termakan oleh usia, hal ini menjadi penting untuk mencari kandidiat baru sebagai pemimpin di masa yang akan datang dengan harapan menjalankan amanat kepemimpinan yang RasuluLlah ajarkan semasa hidupnya.
Namun tak terlepas dari peranan setan di muka bumi, kepemimpinan selalu menjadi ajang kerusakan demi kepentingan pribadi.
Rasulullah bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَخَافُ عَلَيْكُمْ سِتًّا إِمَارَةَ السُّفَهَاءِ, وَبَيْعَ الْحُكْمِ, وَكَثْرَةَ الشَّرْطِ, وَقَطِيعَةَ الرَّحِمِ, وَنَشْئًا يَنْشَئُونَ يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ, وَسَفْكَ الدَّمِ
“Tak ada yang Aku khawatirkan selain 6 perkara yang akan datang pada diri kalian: kepemimpinan orang bodoh; jual-beli hukum/pemerintahan; banyakya polisi; pemutusan tali silaturahmi; orang muda yang tumbuh menjadikan al-Quran layaknya nyanyian; penumpahan darah” (HR Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, ath-Thabarani).
Redaksi hadis tersebut menurut riwayat dari jalur ‘Awf bin Malik juga diriwayatkan dari jalur ‘Abis al-Ghifari.
Baca juga: Teks Khutbah Jumat 26 Januari 2024 Bertemakan Memperbaiki Niat agar Ibadah Menjadi Nikmat
Ia mengatakan, Rasul Shallallahu alaihi Wasalam bersabda:
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ سِتًّا: إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ, وَكَثْرَةُ الشُّرَطِ, وَبَيْعُ الْحُكْمِ, واسْتِخْفَافٌ بِالدَّمِ, وَقَطِيعَةُ الرَّحِمِ, وَنَشْوٌ يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ, يُقَدِّمُونَ أَحَدُهُمْ لِيُغَنِّيَهُمْ وَإِنْ كَانَ أَقَلُّهُمْ فِقْهًا
Bersegeralah beramal (sebelum) enam perkara: kepemimpinan orang bodoh; banyaknya polisi; jual-beli hukum/pemeritahan; penyepelean urusan darah; pemutusan tali silaturahmi; orang muda yang menjadikan al-Quran layaknya nyanyian, mereka (penduduk zamannya) mengedepankan salah seorang dari mereka untuk mendendangkan al-Quran kepada mereka meski dia paling sedikit pemahamannya (HR ath-Thabarani).
Dalam hadis di atas, ada enam kekhawatiran Rasul terhadap umat.
Boleh jadi, kekhawatiran yang pertama adalah yang paling penting.
Bahkan lima kekhawatiran lainnya mungkin terderivasi dari yang pertama.
Rasul Shallallahu alaihi Wasalam menempatkan kepemimpinan bodoh (imâratu as-sufahâ) sebagai kekhawatiran beliau yang pertama.
Baca juga: TEKS KHUTBAH JUMAT 26 Januari 2024, Tegaskan Hati Agar Berhenti Berbuat Dzalim Kepada Siapapun
As-Sufahâ‘ bentuk jamak dari safîh, yang bermakna : Orang bodoh, kurang akal dan keahlian, ahlu al-hawa (memperturutkan hawa nafsu), sembrono atau gegabah, buruk tindakan dan penilaian. Di dalam Islam, as-sufahâ‘ adalah orang yang tidak boleh diberi kepercayaan untuk mengelola hartanya sendiri (QS an-Nisa’ [4]: 5).
Islam memerintahkan agar ada washi’ yang diangkat untuk mengurusi harta orang as-sufahâ‘ itu. As-Sufahâ’ di-hijr (dilarang untuk bertransasksi).
Jika demikian fakta as-sufahâ‘, lalu bagaimana mungkin dia bisa dipercaya mengelola harta orang lain, apalagi harta publik, dan malah dipercaya mengurusi nasib orang banyak? Kerusakan dan kehancuranlah yang akan terjadi. Rasul Shallallahu alaihi Wasalam mendeskripsikan imâratu as-sufahâ‘.
Beliau bersabda kepada Kaab bin Ujrah:
أَعَاذَكَ اللَّهُ مِنْ إِمَارَةِ السُّفَهَاءِ قَالَ وَمَا إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ قَالَ أُمَرَاءُ يَكُونُونَ بَعْدِي لَايَقْتَدُونَ بِهَدْيِي وَلَايَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ لَيْسُوا مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُمْ وَلَا يَرِدُوا عَلَيَّ حَوْضِي وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُمْ وَسَيَرِدُوا عَلَيَّ حَوْضِي …
“Kaab bin ‘Ujrah, aku memohonkan perlindungan kepada Allah untukmu dari imâratu as-sufahâ`.” Kaab berkata, “Apa itu, ya Rasulullah?” Rasul bersabda, “Yaitu para pemimpin yang ada sesudahku. Mereka tidak mengikuti petunjukku dan tidak meneladani sunnahku. Siapa saja yang membenarkan mereka dengan kebohongan mereka dan menolong mereka atas kezaliman mereka maka dia bukan golonganku dan aku bukan bagian dari golongannya dan dia tidak masuk ke telagaku.Sebaliknya, siapa yang tidak membenarkan mereka dengan kebohongan mereka dan tidak menolong mereka atas kezaliman mereka maka dia termasuk golonganku dan aku termasuk golongannya dan dia akan masuk ke telagaku…” (HR Ahmad, al-Bazzar, Ibnu Hibban, al-Hakim, al-Baihaqi).
Baca juga: TEKS KHUTBAH JUMAT 26 Januari 2024 Tentang Kiat Khusus Perbaiki Niat untuk Ibadah Menjadi Nikmat
Umumnya penguasa Muslim saat ini mengikuti ‘sunnah’ Barat sekular, yang mengambil selain syariah Allah Subhanu wa Ta’ala sebagai sistem hidup mereka.
Bangga dengan sistem sekular yang mereka jalankan, dan meninggalkan petunjuk al-Quran dan as-Sunnah serta meninggalkan syariah-Nya.
Saat demikian berarti umat berada di bawah imâratu as-sufahâ`.
Lalu bagaimana menyikapi imâratu as-sufahâ‘ itu?
Hadis Kaab bin ‘Ujrah memberi petunjuk, yaitu tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak menolong mereka atas kezaliman mereka.
Membenarkan jelas tingkatnya di bawah menaati, dan jika membenarkan kebohongannya saja dilarang.
Lantas bagaimana dengan menaati mereka dalam kezaliman mereka, terlebih dengan memberi justifikasi, pembenaran atau stempel atas kezaliman mereka?
Karena itu sabda Rasul “maka dia bukan golonganku dan aku bukan bagian dari golongannya dan dia tidak masuk ke telagaku” adalah ancaman amat keras terhadap pelakunya.
Bayangkan, di kala semua orang sangat mengharapkan diakui sebagai golongan Rasul Shallallahu alaihi Wasalam justru Rasul Shallallahu alaihi Wasalam berlepas diri dari dia, menolak dan menjauhkan dia?
Baca juga: Teks Naskah Khutbah Jumat 26 Januari 2024: Menghargai Beda Pendapat di Tahun Politik
Kekhawatiran Rasul yang kedua: bay’ al-hukmi. Pemerintahan dan jabatan ditransaksikan oleh orang yang memiliki logistik yang diperlukan agar dia dipilih menjadi amîr (pemimpin/penguasa) atau pejabat. Jabatan diperjualbelikan dengan harga berupa suap. Hukum juga diperdagangkan. Siapa yang punya uang, hukum pun ada di pihaknya.
Kekhawatiran ketiga: safku ad-dimâ‘, penumpahan darah. Urusan darah dianggap sepele. Ketika pencegah berupa ketakwaan hilang, maka berbagai sarana berupa hujjah dan bukti juga ikut lenyap. Yang tersisa bagi umarâ‘ hanya uslûb tiran termasuk menumpahkan darah. Jadilah urusan darah disepelekan. Darah tidak lagi terhormat dan berharga.
Kekhawatiran keempat, katsratu asy-syurath (banyaknya polisi), yakni sistem pemerintahan militeristik. Pendekatan keamanan, ancaman, intimidasi dan pendekatan militeristik yang dikedepankan. Berbagai pihak dianggap acaman bagi kekuasaannya. Imâratu as-sufahâ‘ pun malah takut terhadap rakyatnya. Gemetar karena gerakan kecil sekalipun. Jadilah negeri dipenuhi pejabat dan aparat layaknya memegang cemeti siap mencabuk siapapun.
Kekhawatian kelima, pemutusan tali silaturahmi. Ini mencerminkan kerusakan sosial, melengkapi kerusakan politik, kerusakan pengaturan kehidupan, rusaknya keamanan dan hilangnya rasa aman, tirani.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 26 Januari 2024: Jadikan Ibadah Salat Sebagai Kontrol Sosial
Kekhawatiran keenam, ketika al-Quran tidak dijadikan konstitusi. Hukum dan syariahnya dicampakkan. Al-Quran dijadikan layaknya nyanyian. Di hadapan penguasa as-sufahâ‘, orang yang membaca al-Quran posisinya layaknya penyanyi dan pengisi acara. Yang dimajukan dalam program media adalah yang memiliki suara merdu dan bagus, bukan yang memiliki pemahaman mendalam.
Begitulah, kekhawatiran Rasul Shallallahu alaihi Wasalam atas umat ini dimulai dari kepemimpinan negeri dan berakhir dengan rusaknya imam shalat.
Begitulah bahayanya pemerintahan sufahâ‘ dan dampaknya yang menghancurkan negeri dan penduduk.
Boleh jadi di zaman kita sekarang ini, enam kekhawatiran Rasul Shallallahu alaihi Wasalam itu sedang terjadi atas umat ini.
Tentu semua itu harus diakhiri dan diubah, dengan cara mewujudkan kembali pemimpin yang menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai petunjuk, yang menerapkan syariah secara kâffah dalam sistem yang diwariskan oleh Rasul Shallallahu alaihi Wasalam dan para sahabat beliau radhiyalLâh ‘anhum.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 19 Januari 2024 Bertemakan Jangan Berbangga Diri Berbuat Dosa
Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan,” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad dan Darimi).
Inilah hal yang meresahkan, terlebih ketika agama tampak semakin asing, meskipun pengajian kelihatan semarak, juga menjadi hal yang merisaukan, terlebih ketika kemungkaran dianggap sebagai hak azasi dan bahkan kemuliaan.
Amat dekat perbuatan-perbuatan zalim itu dengan kehidupan sehari-hari, sehingga hadirnya pemimpin yang zalim bukanlah perkara mustahil.
Selebihnya, ada do’a yang dapat kita mohonkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla terhadap para pemimpin kita, suka atau tidak kepadanya. Jika ia seorang yang buruk, semoga ada do’a tulus yang Allah Ta’ala kabulkan sehingga ia berubah menjadi baik. Jika ia baik, semoga ia tidak dikelilingi oleh teman yang buruk maupun teman yang merusak.
“Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami orang yang baik. Berikanlah taufik kepada mereka untuk melaksanakan perkara terbaik bagi diri mereka, bagi Islam dan kaum muslimin. Ya Allah, bantulah mereka menunaikan tugasnya, sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai Rabb Semesta Alam. Ya Allah, jauhkanlah mereka dari teman dekat yang jelek dan teman yang merusak. Juga dekatkanlah orang-orang yang baik dan pemberi nasihat yang baik kepada mereka, wahai Rabb Semesta Alam. Ya Allah, jadikanlah pemimpin kaum muslimin sebagai orang yang baik, dimana pun mereka berada,”
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Baca juga: One Day One Hadits, Berpegang Teguh pada Agama Islam Ibarat Laksana Menggegam Bara Api
Khutbah Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.ـ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.ـ . (*)
Simak berita update TribunPriangan.com lainnya di : Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.